Rabu, 10 Maret 2021



KEAGUNGAN IBU SAPI


Dalam kehidupan sehari hari, kata sapi sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Namun setiap orang berpandangan berbeda terhadap satu binatang yang unik ini. Meskipu di jaman modern ini, orang orang sudah melupakan betapa agung dan pentingnya sapi, namun para umat yang mengikuti tradisi Veda masih tetap tegar untuk memberi penghormatan dan perlindungan kepada keturunan ibu Surabhi, bibi deva Indra, pemimpin para deva, yaitu para sapi. Berdasarkan peradaban Veda, sapi merupakan binatang yang sangat di sakralkan. Diuraikan bahwa kita umat manusya memliki tujuh ibu dan salah satu dari tujuh ibu itu adalah sapi. Beliau merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahtrean kepada semua makhluk hidup di bumi ini. Karena itulah para umat manusya diajarkan untuk tidak menyemblih dan memakan daging sapi. Selain mempunyai manfaat di dalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di dalam kehidupan material kita seperti misalnya dengan memberikan susu sapi dan berbagai produk susu. Selain susu dan berbagai produk, sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat obatan seperti misalnya kencing sapi dan tahi sapi yang bahkan ilmuwan modern sekalipun menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di India, didalam system pengobatan Ayur Veda, ada system yang di sebut pengobatan panca gavya. Panca gavya adalah lima jenis produk yang di hasilkan oleh sapi yaitu; susu, yogurt, ghee, kencing sapi dan kotoran sapi. Panca gavya ini diangap sebagai bahan bahan yang menyucikan. Bahkan di dalam yajna dan memandikan pratima di berbagai kuil, bahan bahan ini sangat diperlukan. Tanpa panca gavya, seseorang tidak bisa menginstalasi pratima di dalam kuil.  Selain bahan bahan yang bisa di komsumsi dari segi material, sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal. Sapi jantan di gunakan untuk membajak dan kotoran sapi digunakan untuk pupuk.

Diuraikan bahwa 33 juta para dewa yang bertugas di alam semesta ini bertempat tingal di setiap bagian badan sapi. Ibu Ganga, yang merupakan kepribadian devi yang sangat termasyur yang mampu menhapuskan berbagai dosa orang yang mandi di di sungai Ganga, bertempat tingal di dalam kencing sapi. Ini hanya salah satu keagungan dari ibu sapi yang diuraikan di dalam sastra Veda. Karena itulah umat manusya dianjurkan untuk memelihara sapi dan memberikan penghormatan kepada sapi seperti kita memberikan hormat kepada seorang ibu. Tuhan Sri Krsna sendiri yang muncul ke dunia material ini memberikan contoh kepada kita semua untuk menghormati sapi. Beliau bahkan lebih memementingkan sapi dari semua makhluk hidup lainya termasuk para brahmana. Seprti diuraikan di dalam sastra “namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagad-dhitäya kåñëäya govindäya namo namaù”.
            Di vrndavan, tradisi menghormati sapi sapi masih berlangsung sampai sekarang. Di beberpa tempat di daerah pedalaman di Vraja bumi, ketika mereka memasak roti ( capati ), roti pertama akan diberikan kepada sapi karena mereka mengangap bahwa krsna hanya akan menerima persembahan kalau mereka memuaskan sapi sapi dan para brahmana.kemudian roti kedua di berikan kepada orang suci yan kebetulan lewat di daerah desa tersebut dan roti lainnya, di persembahkan kepada arca Sri Krsna.
            Srila Bhaktivedanta swami Prabhupada, pendiri dan acarya ISKCON menguraikan bahwa perlindungan sapi sangat penting sekali di dalam kehidupan rohani. Beliau menjelaskan sebagai berikut:

 Umat manusya mesti mengetahui pentingnya baik sapi jantan maupun sapi betina dengan demikian memberikan perlindungan sepenuhnya pada binatang yang sangat penting ini, dengan mengikuti jejak kaki maharaj Pariksit. Karena dengan melindungi sapi sapi  dan tradisi kebrahmanaan, maka tuhan yang sangat mencintai sapi sapi dan para brahmana (go-brähmaëa-hitäya), akan menjadi puas sehinga akan mengaugrahkan ketenangan atau kedamaian sejati kepada kita. ( SBhg 1.17.9 PP ) 

 Dengan melalaikan sapi sapi, apa lagi dengan mendirikan tempat pemotongan sapi sapi, ini hanya akan menghancurkan kesejahtraan dunia. Seperti Srila prabhupada sekali lagi mengaris bawahi, “ membunuh sapi berarti mengakhiri peradaban manusya” (SBhg, 1.4.9 PP)
            Secara pribadi saya masih teringat di masyarakat kita di kalangan hindhu di Bali. Ketika saya masih kecil, orang tua saya sering memperingatkan bahwa kalau kamu makan daging sapi, kamu tidak boleh datang ke pura tanpa mandi terlebih dahulu. Peringatan ini di berikan oleh orang tua saya dan sudah merupakan peringatan turun temurun dari nenek moyang kami. Namu sayangnya beberapa orang berangapan bahwa karena kalau kita makan daging sapi, maka kita tidak bisa masuk ke pura, itu berarti sapi adalah binatang haram. Ternyata setelah kita amati dan mempelajari kitab suci veda, ternyata sapi merupakan binatang yang suci yang dihormati oleh para dewa sekalipun. Bukanlah karena sapi merupakan binatang haram, maka kalau kita makan daging sapi kita tidak bisa ke pura tetapi karena sapi merupakan binatang yang sangat suci, sehinga kalau kita memakan daging sapi, maka kita diangap orang yang sangat berdosa, degan demikian tidak bisa masuk ke pura.  Karena itu, setelah makan daging sapi, kita harus menyuckan diri, paling tidak mandi terlebih dahulu sebelum memasuki tempat suci.
  Ini bukan berarti bahwa kita bisa berlangsung memakan daging sapi dan kemudian mandi dan menyucikan diri. Tidak! Itu bukanlah proses prayascita yang sejati. Proses prayascita yang sejati adalah menyucikan diri dari perbuatan berdosa, merenungkan kegiatan berdosa tersebut dan berusaha untuk menghindari kegiatan tersebut. Kita hendaknya tidak melakukan prayascita seperti gajah mandi. Sri Pariksit maharaj di dalam Srimad Bhagavatam menguraikan sebagai berikut.
kvacin nivartate 'bhadrät
kvacic carati tat punaù
präyaçcittam atho 'pärthaà
manye kuïjara-çaucavat

Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan kegitan berdosa lagi. Dengan demikian saya mengangap proces melakukan kegiatan berdosa yang berulang ulang dan penyucian berulang ulang sebagai hal yang tidak berguna. Ini sama halnya dengan gajah mandi ( kunjara-sauca-vat), karena gajah membersihkan dirinya dengan mandi namun begitu selesai mandi dan kembali ke daratan, sang gajah akan menghamburkan lumpur pada kepala dan badannya. ( Srimad Bhagavatam, 6.1.10).  
            Jadi ajaran dari orang tua kita, tidak boleh ke pura setelah makan daging sapi, hendaknya diambil serius dan menghindari daging sapi selama lamanya dan berusaha mengerti keagungan ibu sapi. Diuraikan juga bahwa orang yang membunuh sapi, atau makan daging sapi, akan menderita di planet neraka selama ratusan tahun untuk membayar satu dari bulu sapi yang mereka makan. kalau seseorang makan daging sapi yang memliki seratus ribu bulu, maka orang tersebut mesti menderita di neraka selama 100.000 dikali 100 tahun. Sudah tentunya kita menghindari penyemblihan sapi dan makan daging sapi bukan karena takut untuk masuk neraka tapi karena rasa kasih sayang kita kepada ibu sapi yang telah berkenan memberikan kita berbagai jenis makanan terbuat dari susu sapi dll sperti yang diuraikan di atas. Tanpa kita bisa menghormati ibu sapi, maka kita tidak akan bisa memuaskan yang maha kuasa, yang mempunyai rasa cinta yang sangat daam kepada sapi. Tanpa seseorang memuaskan yang maha kuasa, maka tidak ada kata kedamaian baik di dalam hidup ini maupun di dalam kehidupan mendatang bagi orang seeprti itu.
Segala pujian kepada Go-mata. 
Sri Govindäya namo namas te

By Bhagiratha dasa

Kamis, 13 Agustus 2020

SIAPAKAH YANG TERTINGGI ?

Pada suatu ketika, sekelompok para rsi melakukan suatu korban suci veda di tepi sungai Sarasvati. Timbullah perbedaan pendapat diantara mereka mengenai siapa yang tertinggi diantara 3 kepribadian yang mulia yaitu : Deva Brahma Sir Visnu dan Deva Siva. Mereka ingin sekali mengetahui jawaban dari pertanyaan ini sehingga mereka mengirim putra Brahma yaitu Rsi Brgu untuk menyelesaikan masalah ini. Pertama-tama Rsi Brgu pergi ke Brahmaloka, tempat tinggal ayahnya. Brgu mengetes sejauh mana Brahma dalam sifat kebaikan, sehingga dia tiba dihadapan ayahnya dia tidak bersujud atau memuji Brahma dengan doa-doa pujian. Deva Brahma menjadi sangat marah karena dipengaruhi oleh sifat rajas dan nafsu. Walaupun rasa marah molonjak dihatinya, Brahma dapat menahan dengan kecerdasannya, karena dia masih ingat bahwa Brgu adalah putranya sendiri.

Lalu Brgu ke Kailasa. Disana Deva Siva berdiri dan dengan bahagia bergegas mau memeluk saudaranya. Menurut peradaban vada, anak yang baik hendaknya menghormati ayahnya, adik menghormati kakaknya dan kakak kasih sayang kepada adiknya. Akan tetapi Brgu menolak dipeluk oleh Siva dan dia berkata, "Jangan sentuh saya, kau begitu kotor. Kau pakai ular dilehermu dan kau mengolesi badanmu dengan abu kuburan, jauhi saya".

Deva Siva marah sekali, matanya merah menyala. Dia mengangkat trisulanya dan mau membunuh Brgu namun Devi Parvati datang dan bersujud dikaki suaminya dan menyampaikan kata kata yang lembut menenangkannya. Brgu pun akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dan pergi ke Vaikuntha, tempat bersemayamnya Narayana. Dikatakan bahwa suatu kesalahan dapat dilakukan baik dengan badan, pikiran dan kata-kata. Kesalahan Brgu yang pertama kepada Brahma adalah kesalahan dengan pikiran. Kesalahan keduanya kepada Deva Siva adalah kesalahan dengan kata-kata, karena sifat kebodohan menonjol pada Deva Siva maka ketika Brgu menghinanya dia menjadi marah dengan mata menyala.

Pada waktu itu di Vaikuntha Sri Visnu berbaring dengan kepalaNya dipangkuan permasuriNya, Devi Sri. Tiba-tiba Brgu datang langsung menendang dada Sri Visnu. Segera Sri Visnu turun dari tempat pembaringannya dan sujud di lantai kepada Brgu dan bersabda, "Selamat datang Brahmana, silahkan duduk dan beristirahatlah sejenak, maafkan saya karena tidak menyadari kedatangan anda." Pada waktu itu, Brgu bukan seorang vaisvana murni, kalau tidak dia tidak akan bertindak kasar seperti itu. Sri Visnu melanjutkan. "Sucikanlah aku dengan air cucian kaki teratai anda. O Rsi yang mulia, apakah kaki anda sakit karena telah menyentuh dadaku yang keras ? Ijinkanlah aku memijitnya".

Brgu merasa puas dan bahagia mendengar sabda Panguasa Vaikuntha. Dia tergugah kebahagiaan rohani, air mata menghias matanya sehingga dia tak sanggup untuk menyampaikan sembah sujud kepada Sri Visnu. Tak lama kemudian Brgu mohon pamit dan kembali ke tempat korban suci dan menceritakan semua pengalamannya kepada para Rsi yang berkumpul disana. Mereka semua merasa heran dan kagun dan yakin bahwa Sri Visnu adalah kepribadian yang tertinggi.

      Akan tetapi sebagai akibat dari tindakan Brgu yang menendang dada Sir Visnu, Devi Laksmi tidak dapat mentoleransinya. Beliau berkata "Aku tidak bisa mentoleransi penghinaan terhadap suamiku. Oleh karena itu, O Brgu, aku mengutukmu, bahwa sejak hari ini semua brahmin seperti dirimu akan menjadi miskin". Karena kutukan ini maka pada umumnya para Brahmana itu menjadi miskin. Namun Brgu menerima kutukan ini sebagai karunia karena ia telah insaf bahwa tujuan hidup adalah untuk memuaskan Sri Visnu. Dia mengetahui bahwa cinta kepada uang sering menjadi akar kehancuran.*

Minggu, 21 Juni 2020

RATHA YATRA


RAHASIA DI BALIK RATHA YATRA DAN SEJARAH 153.400.000 TAHUN SILAM PERTAMA KALI DI LAKSANAKAN FESTIVAL RATHA YATRA
Srila Gour Govinda Swami Maharaja,
Bhubaneswar, 11 Juli 1994
Ada banyak salah pengertian tentang Sri Jagannatha dan Ratha-yatra. Kita hendaknya mengerti tattva – filosofi yang benar sebagaimana dijelaskan oleh Mahaprabhu, juga yang dimanifestasikan-Nya, karena Mahaprabhu adalah otoritas tertinggi. Siapa itu Jagannatha? Tidak ada perbedaan di antara Mahaprabhu, Krishna dan Jagannatha: “sei krsna, sei gaura, sei jagannätha." Orang-orang pada umumnya tidak memahami. Mereka banyak memiliki hayalan dan penafsiran.
Mereka sangat bangga atas pendidikan materialnya, keberuntungan, kecerdasan dan pengetahuan materialnya. Tetapi orang tidak dapat memahami Tuhan Yang Maha Esa tanpa karunia dari Tuhan. Hanya itu yang dibutuhkan. Dan juga mereka tidak mendengar dari seorang sadhu, guru, vaishnava, tanpa hal ini tak seorang pun dapat mengerti. Hanya para penyembah terkasih Jagannatha, Krishna dan Mahaprabhu yang akan mengerti. Mahaprabhu adalah seorang acarya, sadhu, guru, dan Dia telah menjelaskan tattva – filosofi di balik Ratha-yatra. Tidaklah begitu gampang untuk mengerti – paramo nirmatsaranam satam vedyam. Srimad-Bhagavatam mengatakan tentang siapa yang dapat mengerti – hanya seorang vaishnava yang tidak iri hati. Walaupun yang lainnya mungkin mendengar, namun mereka tetap tidak dapat mengerti. Hal itu tidak akan masuk ke dalam telinga mereka. Saya akan menjelaskan sejarah dan tattva dari Ratha-yatra sebagaimana Mahaprabhu telah mengungkapkannya.
Hari Kemunculan Jagannatha
Skanda Purana adalah Purana terbesar di antara delapan belas Purana. Di sana ada sebuah khanda yang disebut Utkal-khanda. Di Dalam Utkal-khanda kita menemukan segala sesuatu mengenai Jagannatha dan Purusottama Ksetra, yang mana juga dikenal sebagai Jagannatha Ksetra. Srila Vyasadeva telah menulisnya. Di dalam Skanda purana Tuhan Jagannatha bersabda kepada Maharaja Indradyumna, “ O Raja, Aku akan muncul pada Hari Purnama di bulan Jyestha”.
Ini adalah hari dimana kita merayakan Snana Purnima – Sri Jagannatha abhiseka (mandi – red) di tempat umum. Hal itu terjadi pada masa Svayambhuva Manvantara, pada bagian pertama dari Satya-yuga. Tuhan Jagannatha bersabda, “Aku muncul karena merasa puas dengan pelaksanaan yajna dan bhakti.” Inilah hari kelahiran atau kemunculan Sri Jagannatha-deva. Jadi setiap tahun pada hari yang sama Upacara Abhiseka – memandikan di tempat terbuka harus dilakukan – karena ini adalah perintah Sri Jagannatha kepada Maharaja Indradyumna. Maharaja Indradyumna adalah penyembah yang agung. Dia telah melakukan seribu kali korban suci kuda (asvameda yajna). Karena puas dengan penyembah dan yajna yang telah dilakukannya, maka Sri Jagannatha muncul pada bagian kedua dari masa Svayambhuva Manvantara dan Brahma mensthanakan Arca Jagannatha di Kuil tersebut.
Cerita Purba
Jika anda menghitung periode ini maka anda akan menemukan tanggal pada saat mana pembangunan kuil Jagannatha dimulai, ketika kuil tersebut diresmikan dan kapan Arca disthanakan di atas singgasana. Ini adalah seratus lima puluh tiga juta empat ratus ribu (153.400.000) tahun yang lampau. Perhitungan ini menurut otoritas dari Skanda purana. Ratha-yatra mulai pada masa Svarocisa Manu. Dalam satu hari Brahma ada empat belas Manu. Jaman kekuasaannya disebut Manvantara. Dan sekarang sedang berlangsungnya jaman Vaivasvata Manvantara. Svayambhuva Manu adalah Manu yang pertama, kemudian Svarocisa, diikuti oleh Uttama, Tamasa, Raivata dan Caksusa. Dan saat ini Vaivasvata Manvantara sedang berlangsung. Setelah ini akan datang menyusul Savarni, Daksa-savarni, Brahma-savarni, Dharma-savarni, Rudra-savarni, Deva-savarni, dan Indra-savarni. Jumlahnya empat belas Manu. Svarocisa Manu adalah Manu kedua, dan menurut Skanda Purana Ratha-yatra mulai pada jaman kekuasaannya. Itu adalah pada jaman Satya-yuga, dan Ratha-yatra tersebut telah berlangsung sampai saat ini. Dan di sana juga dijelaskan bahwasanya ini akan berlangsung terus sampai pada bagian akhir dari parardha (setengah) periode dari pada Brahma. Brahma hidup selama seratus tahun. Jadi Ratha-yatra akan terus berlangsung sampai setengah umur Brahma.
Deskripsi Veda
Kata ‘ratha’ ini ditemukan dalam Veda. Dalam upanisad disebutkan:
atmanam rahinam viddhi
sarirsm ratham eva ca
buddhim to sarathim viddhi
manah pragraham eva ca
Jiva atau sang roh adalah seperti seseorang yang duduk di atas sebuah kereta atau ratha, badan adalah kereta itu sendiri, kecerdasan adalah sang kusir dan pikiran adalah tali kekang.
indriyani hayan ahur
visayams tesu gocaran
atmendriya-mano-yuktam
bhoktety ahur manisinah
Orang yang bijaksana mengetahui tentang indria-indira sebagai kuda dari ratha ini dan obyek-obyek indria sebagai jalan tempat mereka berlari. Sang roh, terikat pada indria-indria melalui pikiran, mengalami kebahagiaan dan kesedihan.
yas tv avijnanavan bhavati
ayuktena manasa sada
tasyendriyann avasyani
dystasva iva saratheh
Orang yang tak dapat melihat perbedaan bagaikan orang yang telah kehilangan kendali tali kekang indria-indrianya tak terkendali, seperti pengemudi yang tidak baik.
yas tv avijnanavan bhavati
yuktena manasa sada
tasyendriyann avasyani
sad-asva iva saratheh
Namun bagi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman, yang pikirannya selalu mengendalikan tali kekang dan telah mengendalikan indrianya seperti kuda-kuda kusir yang terlatih dengan baik.
vijnana-sarathir yas tu
manah pragrahavan narah
so 'dhvanah param apnoti
tad-visnoh paramam padam
Bagi orang yang telah memiliki pengetahuan keinsafan mengenai Kebenaran Mutlak sebagai pengendali keretanya dan yang pikirannya terkendali, dia mencapai batas jalan dari ikatan material dan mencapai tujuan utama – kediaman Tuhan Vishnu, Personalitas Tuhan Yang Maha Esa.
Kita dapat melihat bahwa kata ‘ratha’ ini sangat tua, sebagaimana yang ditemukan di dalam Upanisad, yang merupakan bagian utama dari Veda. Badan adalah ratha, sebuah kereta. Atma – sang roh – adalah rathi – penumpang yang duduk di dalam ratha. Dia adalah pemilik ratha. Buddhi, kecerdasan, adalah sarathi, kusir kereta. Pikiran adalah tali yang terikat pada kuda, dan indria-indria adalah sang kuda. Orang yang mengendarai kereta kuda menempatkan ‘kacamata kuda’ pada kuda-kudanya. Mengapa? Dalam perjalanan mereka tidak akan melihat kesana kemari. Pandangan mereka akan lurus ke depan. Dia terikat dengan sangat kuat pada tali-temali. Indria-indria adalah kuda. Mereka adalah obyek dari kenikmatan indria: sabda, sparsa, rupa, rasa, gandha – suara, sentuhan, bentuk, rasa dan bau. Mereka akan menarik kereta beserta kusirnya. Mata akan menarik seseorang melalui bentuk yang indah, telinga akan menarik seseorang melalui suara yang merdu, dan hidung akan menarik seseorang melalui aroma harum. Lalu bagaimana keadaan ratha ini? Kereta ini akan dibawa kesana kemari.
Sang kusir kereta, yang merupakan kecerdasan, hendaknya sangat ahli. Kecerdasan yang murni datang dari Krishna. Ketika pikiran mantap pada kaki padma Krishna, maka kamu akan memiliki kecerdasan yang murni. Itulah kusir yang ahli. Dia akan memegang tali kendali pikiran dengan ketat, sehingga kuda tidak lari kesana kemari. Dia tidak akan memperkenankan sang kuda untuk melihat obyek kenikmatan indria. Hanya bentuk Krishna Yang Mahatampan, man mana bhava. Pikiran yang terkendali artinya mantap sepenuhnya pada kaki padma Sri Bhagavan, Vishnu atau Sri Krishna. Maka indria-indria yang lainnya, kuda terlatih, mereka sepenuhnya di bawah kendali sang kusir. vijyana-sarathir yas tu manah pragrahavan – Ketika pikiran terkendali, indira-indria juga terkendali. Jadi 'dhvanah param apnoti tad-visnoh paramam padam'– maka kereta akan berlari di atas jalan dan tujuan akhirnya adalah kerajaan tertinggi dari Sri Vishnu. Jika kuda-kuda sangat nakal dan kusir juga tidak ahli, bila dia tidak dapat memegang tali kendali dengan kuat, dan juga dia lupa mengenakan kacamata pada kudanya – maka kudanya akan melihat kesana kemari dan akan menarik kereta kesana kemari. Dan kamu tidak akan dapat mencapai tujuan. Jadi kata ratha ini bukanlah kata yang baru. Ini adalah kata yang sudah sangat purba di dalam Veda.
Pada abad ke-3 SM di jaman Dravidadesa yang purba (sekarang dikenal sebagai Tamil Nadu – India Selatan) ada seorang raja yang sangat hebat bernama Pandyavijaya. Pandyavijaya memiliki seorang pendeta yang bernama Devesvara yang merupakan bhakta (penyembah) Sri Vishnu yang agung. Dengan mengikuti petunjuk Devesvara, Raja Pandyavijaya menegakkan kembali Sanatana Dharma. Pandyavijaya menyelamatkan arca Sri Jagannatha, Baladeva dan Subhadra dari cengkraman umat Buddha yang telah mengambil dan membawa arca-arca tersebut. Raja menyelamatkan Mereka dan mensthanakan Mereka di atas Kereta dan memulai Ratha-yatra. Ratha-yatra berangkat mulai dari Kuil Jagannatha yang asli yang juga dikenal sebagai Nilacala, yang sekarang juga dikenal sebagai Sundaracala.
Ada sebuah taman indah di tempat Jagannatha tersebut (500 tahun yang lalu ketika Sri Caitanya Mahaprabhu, taman tersebut masih ada dan beristirahat di taman tersebut). Setelah beberapa hari, raja Pandyavijaya menaruh kembali arca-arca tersebut di atas Kereta dan membawa Mereka ke Kuil yang asli. Menurut sejarah-sejarah pada umumnya, Ratha-yatra dimulai ketika itu. Tetapi menurut sejarah Veda yaitu Skanda Purana – Ratha-yatra itu telah dimulai bertahun-tahun sebelumnya. Prosesi ketika arca-arca Jagannatha, Baladeva, Subhadra dibawa ke Kereta masing-masing disebut sebagai Panduvijaya atau Pahandivijaya, sesuai dengan nama Raja Pandyavijaya. Para Dayita, pelayan Sri Jagannatha, mengangkat arca dari satu bantal ke bantal lainnya.
Prahlada menyelenggarakan Ratha-yatra
Di dalam Bhavisya Purana dijelaskan bahwa pada jaman Satya-yuga Prahlada telah menyelenggarakan Ratha-yatra. Beliau mensthanakan Mahavishnu di atas Ratha kemudian menariknya.
Kemudian para deva, para siddha, para gandarva menyelenggarakan Ratha-yatra. Juga pada jaman purba, pada bulan kartika, juga terdapat Krishna Ratha-yatra, Ratha-yatra daripada Krishna. Tetapi menurut Skanda Purana, tanggal dan hari Ratha-yatra adalah pasti. Di sana dikatakan bahwa pada hari kedua bulan Asadha, pada Pusyami Naksatra adalah hari berlangsungnya Ratha-yatra. Tetapi di dalam ISKCON kita dapat melaksanakan Ratha-yatra kapan saja. Kita melakukan itu (Ratha-yatra-red) kapan saja karena Srila Prabhupada telah memulainya. Mengapa beliau melakukan seperti itu? Beberapa mengkritik. Mereka mengatakan penyembah-penyembah dalam ISKCON tidak mengikuti sastra dan bahwa ada tanggal yang pasti untuk Ratha-yatra. Di sini di Utkal, Orissa, kita tidak dapat menyelenggarakan Ratha-yatra di luar tanggal yang pasti. Kita pasti akan menghadapi banyak kritikan karena Ratha-yatra yang sudah sangat terkenal di Jagannatha Puri diselenggarakan pada hari sebagaimana dijelaskan dalam Skanda Purana. Jadi kita tidak dapat melakukan selain hari itu.
Makna dibalik Ratha-yatra
Sehari sebelum Ratha-yatra disebut Gundica Marjana, yaitu membersihkan kuil Gundica. Apakah tattva dibalik gundica marjana ini? Mahaprabhu membersihkan dengan tangan-Nya sendiri, bersama dengan sahabat-sahabat karib-Nya.
Dengan cara seperti itu menunjukkan kepada kita bagaimana caranya menyucikan hati kita. Hati kita adalah singgasana untuk Tuhan – hrdaya simhasana. Tetapi sebelum hati kita disucikan dari segala kekotoran material – kepalsuan, kemunafikan, keinginan untuk kenikmatan material, keingingan untuk pembebasan material, keinginan untuk nama baik, kemashyuran, prestise dan penghormatan – Tuhan tidak akan berkenan duduk di sana. Semua hal ini bagai rumput-rumput, pasir, kerikil dan duri. Mahaprabhu membersihkan kuil dua kali. Kemudian dengan pakaian-Nya sendiri Dia terus menggosok sehingga tak tersisa setitik kotoran pun. Dengan cara seperti itu Dia menunjukkan kepada kita bahwa hati kita harus benar-benar sangat bersih, bila tidak demikian Tuhan tidak akan duduk. Itulah tattva dari Gundica-lila. Kemudian apakah tattva di balik Ratha-yatra? Apa yang diungkapkan oleh Mahaprabhu?
anyera hrdaya mana, mora mana vendavana
'mane' 'vane' eka kari' jani
tahan tomara pada-dvaya, karaha yadi udaya
tabe tomara purna krpa mani
[Berbicara dalam suasana hati Srimati Radharani, Sri Caitanya Mahaprabhu berkata, ”Untuk kebanyakan orang, pikiran dan hati adalah satu, tetapi karena pikiran-Ku tidak terpisah dari Vrindavana Aku menganggap pikiran-Ku dan Vrindavana adalah satu. Pikiran-Ku sendiri sudah menjadi Vrindavana, dan karena engkau suka Vrindavana, mohon menempatkan kaki padma-Mu di sana. Aku akan menganggap-Nya sebagai karunia-Mu sepenuhnya.”]
tomara ye anya vesa anya sanga anya-desa vraja
jane kabhu nahi bhaya
vraja-bhumi chadite nare, toma na dekhile mare,
vraja-janera ki habe upaya
Para penduduk Vrindavana tak ingin melihat-Mu berpakaian seperti seorang pangeran, mereka juga tak ingin Engkau bergaul dengan para pahlawan agung di negeri lain. Mereka tak dapat meninggalkan tanah Vrindavana, dan tanpa kehadiran-Mu, mereka semua sekarat. Apa jadinya keadaan mereka?
tumi-vrajera jévana, vraja-rajera prana-dhana
tumi vrajera sakala sampad
krpardra tomara mana, asi jiyao vraja – jana
vraje udya karao nija – pada
Krishna-Ku sayang, Engkau adalah jiwa dan hidup dari Vrindavana-dhama. Engkau khususnya adalah daya hidup dari Nanda Maharaja. Engkau adalah satu-satunya harta di tanah Vrindavana, dan Engkau penuh karunia. Mohon datang dan biarkan mereka hidup. Bermurah hatilah untuk menapakkan kaki padma-Mu lagi di Vrindavana.
Dua Wujud yang sedang Menangis
Mahaprabhu adalah Jagannatha, Dia adalah Krishna, otoritas tertinggi. Apapun yang telah Dia ungkapkan untuk kita sehubungan dengan tattva dibalik Ratha-yatra, itu adalah otentik. Krishna adalah Mahaprabhu dan Dia juga Jagannatha yang sama - sei krsna, sei gaura, sei Jagannatha - sama sekali tak ada perbedaan di antara Mereka. Tetapi suasana hati Mahaprabhu sangatlah berbeda. Krishna dalam suasana hati Srimati Radharani adalah Mahaprabhu. Bentuk Krishna sebagai Gaura adalah krsna-viraha-vidurä-rupa, derita rasa rindu yang sangat mendalam karena berpisah dengan Krishna. Dia adalah Krishna yang sedang merasakan kerinduan yang sangat mendalam dengan Krishna. Krishna yang sedang menangisi Krishna adalah Gaura. Inilah Tattva. Jagannatha adalah Krishna, tetapi sedang menangis untuk Radha. Bentuk itu disebut radha-viruha-vidura-rupa, dengan mata yang besar dan bulat serta tangan dan kaki-Nya yang terserap ke dalam tubuh seperti kura-kura. Dalam bentuk seperti itu Krishna sedang merasakan derita rasa rindu yang sangat dalam karena berpisah dengan Radha.
Itulah yang juga disebut mahabhava – perasaan tertinggi dalam gairah cinta kasih rohani. Rasa rindu Radha kepada Krishna dan rasa rindu Krishna kepada Radha, keduanya ada di sana di Purusottama–ksetra – Gaura dan Jagannatha, jadi ada perjumpaan di sana. Gaura dalam radha-bhava, sedang menangis untuk Krishna, “Dimanakah prana-vallabha (nafas dan kesayangan) Ku, Shyamasundara Krishna? kva krsna nanda-kula-candramah, kva krsna nanda-murali-ravah, kva krsna sikhi candrakalankrtih, kva krsna rasa-rasa tandavi. Di manakah Krishna yang merupakan bulan dinasti Nanda? Dimanakah Krishna yang memainkan seruling-Nya dengan sangat manis – nanda-murali-ravah? Dimanakah Krishna yang kepala-Nya selalu dihiasi dengan bulu Burung Merak? Dimanakah Krishna yang menari dalam tarian rasa? Dimanakah Krishna itu, prana-vallabha – Tuhan dari hidup, dan hati-Ku. Dimanakah Dia?” Mahaprabhu selalu menangis dan menangis terus. Ketika dia pergi untuk memperoleh darsana Sri Jagannatha Dia melihat, “Oh! Dia adalah Prana-vallabha-Ku Tuhan bagi hati-Ku. Jagannatha menunjukkan kepada-Nya bentuk Shyamasundara-Nya yang sangat tampan, karena Mahaprabhu dalam radha-bhava. Siapakah yang akan melihat bentuk Jagannatha tersebut? Dia menunjukkan bentuk tersebut bagi orang yang berada dalam radha-bhava, yang menangis untuk Krishna, “Prana-vallabha, Tuhan bagi hati-Ku” Segera setelah Gaura melihat, Oh Prana-vallabha-Ku, Shyamasundara!.” Dia berlari! Dan di tengah jalan Dia pingsan dan terjatuh. Jagannatha adalah Krishna yang menangis untuk Radha. Ketika Jagannatha melihat Mahaprabhu, Dia melihat, “Oh Radha bunga hati-Ku.” Dia melihat Radha dalam Gaura dan Gaura melihat Shyamasundara dalam Jagannatha.
Pertautan mereka berdua di Nilacala – di Purusottama-ksetra. Dua wujud yang sedang menangis – menangis untuk Krishna dan menangis untuk Radha. Kedua wujud tersebut sedang menangis karena kerinduan yang sangat mendalam akibat perpisahan, vipralambha. Jadi Jagannatha-ksetra adalah Vipralambha-ksetra—tempat untuk merasakan kerinduan.
Petunjuk untuk Ratha-yatra
Dalam Vishnu Dharma dinyatakan, asadhasya site pakse dvitiya pusya samyuta. Pada bulan Asadha, pada hari kedua dari bulan terang, pada Pusya-naksatra – saat bintang Pusyä ada di sana, itulah hari untuk Jagannatha Ratha-yatra. Ini dinyatakan dalam Skanda Purana dan juga dalam Vishnu Dharma. Naksatra tersebut tidak datang setiap tahun. Bila tak ada Pusya-naksatra, hendaknya Ratha-yatra tetap dilaksanakan. Bila Pusya-naksatra ada, maka itu akan menjadi penuh kemujuran. Festival Ratha-yatra hendaknya dilaksanakan dengan menyiapkan berbagai makanan dan manisan lezat untuk Jagannatha, Baladeva dan Subhadra. Seseorang hendaknya memberi makan para Brahmana dan Vaishnava. Selama tujuh hari Ratha hendaknya tinggal di Gundica mandira. Di negara barat Gundica mandira mungkin berada di pinggir pantai atau di pinggir sebuah sungai. Juga disebutkan dalam Vishnu Dharma bahwa seseorang mungkin menempatkan Kereta pada pantai atau pinggir sungai selama tujuh hari. Melakukan festival di sana, kemudian melaksanakan Ratha-yatra kembali. Menghiasi kembali Ratha dengan bunga dan hiasan lainnya dengan sangat indah. Kembalinya Yatra (perjalanan kembali - red) jatuh pada hari kesepuluh, Dasami titthi. Kadang-kadang kembalinya Yatra akan jatuh pada hari Ekadasi. Kembalinya Yatra ini juga sangat mujur. Siapapun yang melihat Sri Bhagavan Vishnu, Krishna, Jagannatha di atas Kereta-Nya pasti akan mendapat pembebasan.
Di dalam Vishnu dan Padma Purana dinyatakan:
asadhasya dvitiyayam
ratha kuryad visesatah
asadha suklaikadasyam
japa homa mahotsavam
rathasthitam vrajantam tam
mahmvedi mahotsave
ye pasanti mudabhaktya
vasas tesam hareh pade
satyam satyam punah satyam
pratijnatam dvijpttamah
natah sreyah prado visnor
utsavah sastra sammatah
Padma Purana juga memberikan hari ini – hari kedua pada bulan terang dari bulan Asadha sebagai hari pelaksanaan Ratha-yatra. Kemudian kembalinya Yatra mungkin dilakukan pada saat hari Ekadasi atau hari kesepuluh. Seseorang hendaknya melaksanakan korban suci api, mengucapkan nama suci, melaksanakan festival besar, dan kemudian pergi melihat Tuhan dalam Ratha-Nya. Bagi mereka yang melihat Tuhan dalam Ratha-Nya segera pergi ke kediaman Tuhan Vishnu, rathe ta vamana drstva punar janma na vidyate. Ini sangat populer di antara orang-orang Hindu. Bila kamu melihat Tuhan Vamana pada Ratha-Nya, maka tak ada kelahiran kembali

Kamis, 27 Februari 2020

NAMA APARADHA



NAMA APARADHA 
Pelajaran yang diberikan oleh H. H Srila Gour Govinda Swami Maharaja pada saat upacara diksa di Bhubaneswar, India bersamaan dengan Janmastami, 14 Agustus 1990 

Pengantar 
Avaignavopadistena mantrena nirayam vrajet punas ca vidhina samyag grahayed vaisnavad guroh 
(narada pancaratra) 
Di dalam Hari Bhakti Vilasa, Sri Sanatana Goswami mengatakan, bahwa seseorang hendaknya tidak mengambil mantra diksa dari seseorang yang bukan Vaisnava. Jadi siapa yang dapat disebut sebagai Vaisnava?. Seorang Stri Sangi- yaitu orang terlalu terikat dengan wanita dan yang bukan penyembah Sri Krsna maka dia bukanlah seorang Vaisnava. Apabila seorang menerima diksa (mantra) dari seorang yang bukan Vaisnava maka dia akan jatuh ke neraka. Karena itu menurut prinsip-prinsip guru, sadhu, sastra seseorang hendaknya hanya menerima mantra diksa dari seorang Vaisnava- guru yang dapat dipercaya dan bonafide.

 nr- deham adyam su labham su-durlabham oakvam su-kalpam guru-karandharam mayanukulena nabbasuateritam puman bhavabdhim na taret sa atma ha 

“badan manusia dapat memberikan segala macam keberuntungan dalam kehidupan yang karena susunan hukum alam akan secara otomatis dapat dicapai. Walaupun demikian kehidupan sebagai manusia ini sangat sulit dan jarang dicapai. Badan manusia dapat dibandingkan sebagai kapal atau perahu yang dibuat secara sempurna. Sedangkan guru kerohanian adalah sebagai nahkoda (yang ahli dan berpengalaman) dan ajaran-ajaran dan perintah Kepribadian Tuhan Yangan Maha Esa adalah sebagai angin baik yang dapat mendorong lajunya perahu tersebut. Dengan mempertimbangkan semua keberuntungan ini, seorang manusia yang tidak menggunakan kehidupannya untuk menyeberangi lautan kehidupan material dapat disebut sebagai pembunuh roh (bunuh diri secara rohani).

Srimad Bhagavatam skanda 11 telah mengatakan hal ini: “bahwa kehidupan dalam bentuk badan manusia ini sangat jarang dan sulit sekali diperoleh. Namun demikian tetap merupakan kapal/ perahu yang sangat baik untuk menyeberangi lautan material. Untuk itu seorang nahkoda yang ahli (karandhar) sangat dibutuhkan untuk ditempatkan dalam kapal ini. dan seorang Vaisnava guru-adalah nahkoda yang sangat ahli tersebut, selanjutnya sebagai angin yang baik adalah karunia Sri Krsna yang akan membantu perahu tersebut menyeberangi samudra kehidupan material. Segala fasilitas yang baik ini telah diberikan kepada semua orang pada saat lahir sebagai manusia. Namun bila mereka sama sekali tidak berusaha untuk menyeberangi samudera kehidupan material yang penuh kesengsaraan ini, maka dia sebenarnya sedang bunuh diri. Jadi orang hendaknya mencari seorang guru kerohanian (sad guru) yang dapat dipercaya dan selanjutnya menerima mantra diksa (inisiasi) dari sad guru tersebut. Pada saat guru memberikan mantra diksa, terlebih dahulu beliau akan mengajarkan tentang Nama Aparadha, yaitu kesalahan- kesalahan yang dilakukan sehubungan dengan pengucapan Nama Suci, karena itu setiap calon murid hendaknya mengerti jelas sekali tentang Nama Aparadha tersebut. 

SEPULUH JENIS KESALAHAN TERHADAP NAMA SUCI 


1. SADHU NINDA: 
menghina/ mengkritik para Vaisnava/ sadhu. (satam ninda namnah paramam aparadham vitanute yatah khayatim yatam katham u sahate tad-vigraham) 

Kesalahan pertama adalah menghina atau mengkritik para sadhu (Vaisnava) yang disebut sadhu ninda. Siapa sadhu tersebut?. Sadhu adalah orang yang telah sepenuhnya menyerahkan diri kepada kaki padma Sri Krsna. Orang yang telah mengabdikan seluruh kehidupannya untuk mengajarkan ajaran Bhagavan Sri Krsna keseluruh dunia adalah seorang Vaisnava sadhu. Karena itu kalian hendaknya jangan sampai menghina atau mengkritik seorang sadhu. 


2. Menganggap nama-nama para dewa seperti Siwa atau dewa Brahma sejajar atau tidak tergantung dengan nama suci Sri Visnu. (sivasya Sri-visnor ya iha guna-namadi-sakalam dhiya bhinam pasyet sa khalu hari-namahitakarah).

 Adalah suatu kesalahan kalau berpikir bahwa para dewa yang lainnya adalah sebagai Bhagavan dan juga berpikir bahwa nama suci, bentuk sifat-sifat dan kualitas, kegiatan atau lila Sri Krsna berbeda dengan Sri Krsna sendiri. Juga bila kalian berpikir bahwa dewa Siwa dan dewa Brahma adalah bhagavan atau Tuhan atau kalian berpikir bahwa nama dewa Siwa dan dewa Brahma sejajar dengan nama suci Sri Visnu atau Sri Krsna, atau beranggapan bahwa mengucapkan atau berjapa nama dewa Siwa atau dewa Brahma sebaik mengucapkan (japa) Maha Mantra Hare Krsna adalah juga suatu kesalahan. Karena itu seorang bhakta, penyembah atau Vaisnava hendaknya tidak berpikir seperti itu. Dijelaskan bahwa: 

Anyadeba sha Vishnu kaje mane se bada agyani isa tatta nahijane a jada jagate Vishnu param isvara girisadi jatadeba tahar kinkara vasudev chade jei anya deva bhaje iswar chadiya sei samsaratemaje 

Di dalam sastra dikatakan bahwa Tuhan Sri visnu ata Sri Krsna adalah parameswara. Sedangkan para dewa yang lainnya bahkan dewa Siwa dan dewa Brahma adalah sebagai pembantunya. Bila Sri Krsna atau Sri Visnu dipuja dengan baik, otomatis semua dewa-dewa yang lain ikut dipuja. Untuk itu pemujaan khusus atau terpisah untuk para dewa tidak diperlukan. Maka selanjutnya timbul suatu pertanyaan. Apakah kita boleh mengabaikan atau sama sekali tidak perlu menghormati para dewa,?, atau bagaimana caranya kita berhubungan dengan para dewa? Jawabannya adalah: bahwa seorang Vaisnava hendaknya selalu hormat kepada para dewa, karena semua dewa adalah pelayan atau pembantu- pembantu Sri Krsna/ Sri Vishnu, maka dengan demikian mereka adalah para Vaisnava, tetapi bukan jyatha –tatha anyadeva karenadarsan, Krsna dasa bali tare Karen bandan. Seorang Vaisnava semestinya tidak melecehkan dewa manapun, mereka semuanya adalah pelayan Sri Vishnu/Sri Krsna, dengan cara demikian mereka semuanya adalah Vaisnava, walaupun bukan Vaisnava- Vaisnava yang murni, mereka tetap adalah Vaisnava. Jadi seorang penyembah semestinya selalu hormat kepada para dewa jangan sampai kurang hormat atau bahkan melecehkan para dewa. 


3. GURU VAKYA AVAJNA (guror avajna) 
Tidak melaksanakan/ mengabaikan nama tattva-vit guru Kesalahan yang ke- 3 adalah tidak melaksanakan/ mengikuti nama tatva-vit guru. 

Ini adalah kesalahan yang paling besar dan paling serius. Kesalahan-kesalahan yang lain mungkin dapat dimaafkan dengan suatu cara tertentu, tetapi sama sekali tidak ada maaf bila seseorang tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya. Jadi ini adalah kesalahan yang paling penting dan paling keras atau serius, karena ini suatu kesalahan yang sangat besar, maka semuanya harus memperhatikan dan mengertikannya dengan baik. Seorang murid hendaknya jangan menganggap sang guru kerohanian sebagai manusia biasa. 

acaryam mam vijaniyan nava manyetas karhicit na martya-buddhyasuyeta sarva deva mayo guruh

 “ seorang hendaknya mengerti bahwa para acarya sebagai diri-Ku dan dalam keadaan manapun jangan sampai tidak menghormatinya. Orang hendaknya jangan berpikir bahwa acarya adalah orang biasa. Karena dia adalah wakil dari semua dewa (Srimad Bhagavatam 11.17.27) Inilah ajaran Sri Krsna. Kalian hendaknya jangan pernah berpikir bahwa acarya atau guru kerohanian sebagai manusia biasa “mat-svarupa”, guru adalah manifestasi dari Tuhan Sri Krsna dan semua kepribadian ada pada kepribadian Sri Guru.

 gurute abagyan jar trar aparadh se aparadhe tar haye braktibadh gurute achala sraddha kare jei jana suddha nama bale pai se permadhan sad guru prapti jei abagya acHare se papist aparadhi sarbatra samsare sad guru apsaradh ati bhayankara ehi aparadhi nasta hoya deva nara

telah dinyatakan dalam sastra, seharusnya seorang murid mengembangkan bhakti yang mantap tampa menyimpang kepada Tuhan Sri Krsna. Pasti dengan mudah sekali memperoleh bhakti yang murni ( suddha Bhakti). Dengan mudah sekali mereka akan kembali pulang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang hendaknya sangat hati-hati sekali untuk menerima seorang sang guru. Guru yang bonafide (yang dapat dipercaya) penyembah murni Sri Krsna, suddha bhakte layivena guru rupe basi, dinyatakan bahwa hendaknya menerima seorang sudhha bhakta, penyembah murni Sri Krsna sebagai guru kerohanian. Seorang semestinya menerima guru seperti itu, seseorang harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati dia akan tertipu. Dia akan menerima seorang penipu atau hypocrite. Jadi seorang murid hendaknya selalu berusaha untuk melaksanakan segala ajaran, petunjuk, dan perintah-perintah dari gurunya. Inilah kesalahan yang paling serius bila seorang murid tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya. 


4. SRUTI SASTRA NINDA (sruti sastra nindanam)
 Menghina kesusastraan veda Kesalahan ke- 4 adalah srutti sastra ninda
menghina kesusastraan/ kitab suci veda 

maya badha jibe Krsna bahu krpakari veda purandi dila arya gyan dhari maya mugda jiber nahi Krsna smrti gyan jiber kripaye kaile Krsna veda piuran 

disini dikatakan, bahwa roh yang terikat telah melupakan Sri Krsna, maka atas karunia beliau yang tiada sebabnya, Sri Krsna telah memberikan semua kesusastraan weda. Karena itu kalian hendaknya jangan pernah menghina kitab-kitab suci weda tersebut. 


5. NAMA ARTAVADA (tathartha vadah) Menafsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa Nama arthavada, berarti menafsirkan nama suci Sri Krsna dengan berbagai jalan, 

Contohnya orang yang melakukan kesalahan bisa mengatakan: “Krsna artinya hitam”, dalam abhidan (kamus sansekerta) dikatakan demikian dan ini adalah kesalahan. Krsna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, kebenaran mutlak. Karena itu kalian hendaknya tidak menfsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa atau Sri Krsna, atau memberi arti lain dengan berbagai cara apapun, itu adalah suatu kesalahan. Banyak orang juga mengatakan sebagai berikut, “memang di dalam sastra dinyatakan tentang kehebatan nama suci tetapi sesungguhnya itu tidak benar karena itu hanya dilebih-lebihkan saja yang maksudnya agar orang tertarik pada nama suci Sri Hari”. Ini juga kesalahan, mereka yang mengembangkan sikap ragu-ragu (samsaya atma) terhadap nama suci ini otomatis dia sudah melakukan kesalahan. Kalian hendaknya jangan pernah ragu-ragu terhadap nama suci Sri Krsna yang tidak berbeda dengan Sri Krsna sendiri “abhinna twam nama namina”. Dan khususnya pada zaman kali ini tidak ada inkarnasi lain dari Sri Krsna, hanya ada satu inkarnasi-Nya yaitu nama suci Krsna. Kali yuga nama rupe Krsna avatar, inilah petunjuk sastra, dan kesimpulan sastra, siddhanta. Dalam hal ini telah diberikan dalam semua sastra dan khususnya dinyatakan sendiri oleh Sri Caitanya Mahaprabhu yang tidak lain adalah Sri Krsna sendiri yang telah datang sebagai seorang penyembah, seorang acarya, beliau mengatakan seperti ini: bila seseorang melakukan kesalahan itu berarti dia telah meragukan nama suci Sri Krsna, dan bagi mereka yang memberikan penafsiran yang berbeda terhadap nama suci ini, mereka adalah salah besar dan bila pada suatu kesempatan kalian bertemu dengan seorang pendosa dan berbicara dengan orang tersebut, itu juga berbuat kesalahan. Untuk menyucikan diri dari kesalahan tersebut kalian hendaknya mandi di air sungai gangga, bila tidak ada sungai gangga kalian hendaknya mandi di air suci yang lainnya. Sambil mengucapkan mantra gangga dia hendaknya segera mandi, bila tidak demikian kesalahan tersebut tidak akan bisa diperbaiki atau disucikan. 


6. NAMAVALE PAPABUDHI (namo balad yasya hi papa-buddhir na vidyate tasya yamair hi subdhih) Melakukan kegiatan berdosa atas kekuatan nama suci Tuhan. 

Kesalahan ke- 6 disebut namavale papbhudi, artinya melakukan kegiatan yang berdosa atas kekuatan dari pengucapan nama suci. Dikatakan dalam sastra “eka Krsna kare sarwa papa kshya” satu nama Sri Krsna sudah sangat kuat sekali, bahkan mampu menghancurkan dosa-dosa yang telah dikumpulkan dari sejak berjuta-juta kali penjelmaan, jadi sangat kuat sekali, hanya satu nama Krsna saja “eka Krsna kare sarwa papa kshya”, kemudian bila sesorang mengatakan atau berpikir “wah ini adalah senjata yang sangat ampuh yang sudah saya miliki sekarang, karena itu saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna dan menghancurkan seluruh reaksi dosa, kemudian saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna lagi untuk menghilangkan reaksinya”. Mentalitas ini disebut navale papabuddhi, itu berarti melakukan suatu hal yang berdosa atas kekuatan pengucapan Hari Nama. Ini adalah suatu kesalahan. Karena itu janganlah mengembangkan mentalitas seperti itu. Bagi mereka yang menerima seorang guru yang bonafide dan sedang di inisiasi olehnya, untuk mendapatkan Hari nama, mereka semestinya tidak memikirkan tentang hal-hal yang berdosa dan semestinya dia sangat hati-hati, bahkan didalam hati sekalipun jangan pernah berpikir tentang kegiatan berdosa. Walaupun pada zaman kali sesorang mendapat maaf, yaitu bahwa pada zaman kali kalau seseorang berpikir tentang kegiatan berdosa hanya dalam pikirannya saja, dia tidak akan menerima reaksi dosa dan kegiatan yang berdosa, kalau dia tidak melakukannya, tetapi pada zaman kali seseorang baru berpikir saja bahwa dia akan menerima seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya (bonafide) dan menerima Hari Nama dari beliau, walau hanya berpikir saja dia sudah mendapatkan hasil. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, segera memperlihatkan karunia kepadanya, jadi hasil yang sangat baik, hanya dengan berpikir saja, apalagi kalau mereka bertindak atau akan berbuat kearah itu. Tapi mereka yang sudah didiksa atau diinisiasi, hendaknya sangat berhati-hati sekali jangan sampai memikirkan tentang kegiatan berdosa. Tentu saja pikiran itu sangat lemah sekali, secara tidak disadari akan berpikir tentang sesuatu, tetapi sesorang hendaknya dengan sangat serius sekali dan bersumpah bahwa mulai sejak ini dan seterusnya tidak memberikan pikiran kalian yang lemah itu untuk berpikir tentang dosa apapun. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, beliau mengetahui sampai dimana keseriusanmu dan bagaimana perkembangan keyakinanmu terhadap nama suci. Beliau mengetahui isi hati kita. Inilah hal yang sangat penting, bila dalam hati tidak ada apa-apa tapi hari nama masuk kedalam pikiran dan selekasnya ia menjadi sadar. Oh pikiran yang bodoh dan lemah ini telah memikirkan sesuatu yang buruk dan segera dia mengucapkan Maha mantra Hare Krsna dan berdoa dengan serius dari hatinya yang paling dalam kepada Sri Krsna dan nama suci untuk memaafkannya, maka dia akan dimaafkan, tetapi hal itu jangan dilakukan berulang-ulang, mengertikah kalian dengan semua yang saya katakan..? Sehubungan dengan hal ini perkenankan saya mengatakan satu hal lagi. Bagi mereka yang bukan penyembah/para asadhu dan bagi mereka yang menjadi penipu/munafik, dimana diluar mereka berpenampilan sebagai penyembah atau Vaisnava, tetapi didalamnya lain, mereka tidak lebih sebagai seorang munafik dan penipu. Dengan bergaul dengan orang-orang penipu, orang-orang munafik, yang hanya di luarnya saja berpakaian sebagai seorang penyembah (Vaisnava/bhakta), berjapa Hare Krsna, tetapi didalamnya tidak demikian halnya, mereka itulah yang disebut penipu atau munafik, apakah mengerti…? Kalau bergaul dengan mereka maka pemikiran-pemikiran berdosa akan masuk kedalam pikiran. Bila seseorang sangat hati-hati dalam hal ini, untuk tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu yaitu yang memungkinkan dia berbuat kesalahan, mungkin dapat menghindarkan diri dari kesalahan seperti itu. Bila tidak demikian akan sangat sulit adanya. 

7. SRADAHINA JANE NAMA UPADESH (asraddhane vimukhe py asrnvati yas copadesah siva namparadah) Mengajarkan kemuliaan nama suci terhadap orang-orang yang tidak berkeyakinan. 

Sradhahina jane nama upadesh artinya bahwa seorang penyembah hendaknya jangan menjelaskan tentang kehebatan dan kemuliaan nama suci kepada orang-orang yang belum mengembangkan keyakinan yang kuat terhadap nama suci dan juga terhadap Sri Krsna sendiri. Jadi adalah suatu kesalahan bila mengajarkan atau membicarakan kemuliaan nama suci kepada orang-orang demikian itu “sradahina jane nama upadesh” hanya orang-orang yang sudah mengembangkan keyakinan sepenuhnya terhadap Sri Krsna dan nama suciNya memenuhi syarat untuk menerima nama suci. Kewajiban bagi mereka yang akan mengajarkan tentang nama suci adalah bahwa mereka pertama-tama harus mengucapkan nama suci ini dengan suara keras: 

HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE 

Melalui cara mengucapkan nama suci dengan suara keras seseorang akan menanamkan keyakinan kepada orang yang belum menumbuhkan keyakinan kepada nama suci. Inilah langkah awal, jangan membicarakan apapun tentang nama suci, cukup hanya berjapa dengan suara keras, laksanakan kirtan dengan suara keras dan biarkan mereka mendengarkan getaran suara rohani ini. itulah yang sangat penting, bila ia menyentuh telinga-telinga seperti itu, maka secara berangsur-angsur dia akan mengembangkan keyakinannya, hal demikian itu dilakukan oleh Srila Prabhupada ketika beliau pergi kenegara barat. Beliau hanya mengambil sepasang kartal dan pergi ke Taman dimana para hippies sedang bergumul dengan obat-obat terlarang dan mabuk mabukan. Srila Prabhupada hanya mengucapkan Maha mantra Hare Krsna HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE Hanya bernyanyi beliau memenuhi seluruh atmosfir dengan getaran suara rohani, dimana cara ini memiliki daya tarik yang alamiah. Krsna adalah yang maha menarik, begitu pula dengan nama suciNya, karena itu antara Sri Krsna dan nama suciNya tidak ada bedanya. Jadi miliki daya tarik yang wajar. Karena itu kaum hippies tersebut secara otomatis tertarik, anda mengerti…? Dengan jalan ini beliau menanamkan sradha (keyakinan) kepada mereka. Setelah itu barulah beliau mengajar mereka. Demikianlah caranya. Bila tidak melaksanakan seperti itu, dimana kalau kamu langsung bicara tentang kemulian dan kehebatan nama suci kepada orang-orang yang belum memiliki keyakinan, maka kamu akan melakukan kesalahan. 


8. ANYA SUBHA KARMA SAHA HARI NAMA SAMAN (dharma vraha tyaga hutadi sarva subha krya samyam api pramadah) Menganggap cara mengucapkan maha mantra Hare Krsna sama dengan kegiatan saleh lainya.

Saya sudah berkali-kali mengajarkan kalian semua bahwa antara nama suci dengan Sri Krsna tidak ada bedanya. Sri Krsna adalah absolute maka nama beliaupun absolute. Sri Krsna adalah yang paling utama, Tuhan yang Maha Esa, kebenaran mutlak, tidak seorangpun sejajar dengan Sri Krsna. Begitu pula halnya tidak ada sesuatupun yang sejajar dengan namaNya, jadi bila seseorang berpikir bahwa pengucapan maha mantra Hare Krsna sebaik melakukan kegiatan saleh lainnya, dia melakukan kesalahan. Pada umumnya para mayawadi berpikir atau berkata demikian. Jadi kalau kalian bergaul dengan para mayawadi maka secara otomatis kalian akan melakukan kesalahan ini. 


9. NAMA GRAHANA SAMAYE ASAVADHANATA (anavadhanata) Tidak memberikan perhatian yang penuh/serius pada saat mengucapkan nama suci. 

“nama grahana samaye asavadhanata” pada saat mengucapkan nama suci/ maha mantra yang diberikan oleh guru pada saat diksa, seorang sisya semestinya memusatkan segala perhatiannya terhadap maha mantra. Kalian semestinya mantap dalam pikiran terhadap Krsna apakah mengerti…? Ini berarti pada saat guru memerintahkan untuk berjapa 16 putaran setiap hari dengan japa ini, hendaknya berjapa dengan sangat hati-hati dengan penuh perhatian. Dengan memusatkan pikiran dan perkataan kepada Sri Krsna. Pada dasarnya sifat dari pikiran itu selalu naik turun (bergelombang) goyah atau terombang-ambing, itu adalah biasa. Jadi untuk melengkapi jumlah putaran yang diwajibkan, kadang-kadang dalam berjapa kurang perhatian (… guru meniru cara berjapa yang cepat dan kurang jelas). Pikiran bergelombang dan pergi kearah lain dan japa menuju arah lainnya lagi, itu adalah suatu kesalahan. Penyembah hendaknya jangan melakukan hal ini, jadi siapaun yang memiliki sifat dimana pikirannya selalu bergelombang, goyah dan terombang ambing, dia hendaknya sangat hati-hati untuk menyelesaikan japa sesuai dengan jumlah putaran yang telah diwajibkan. Bila memungkinkan selesaikan japa tersebut pada pagi hari pada saat Brahma muhurta, yaitu mulai jam 04.00- 06.00. itulah saat yang paling baik dan tepat. Pada saat ini pikiran tidak akan bergelombang terlalu keras sehingga dengan mudah memusatkan pikiran, karena pada saat ini kebanyakan orang belum bangun tidur, maka tidak ada getaran suara lain yang datang sehingga suasana sangat tenang dan damai, maka dengan mudah dapat memusatkan pikiran. Sedangkan pada jam-jam lainnya pikiran pasti akan bergelombang dengan keras. Jadi saat antara jam 04.00-06.00 adalah saat yang sangat tepat dan mendukung. Jadi usahakanlah berjapa sebanyak mungkin pada saat tersebut, maka anda semua akan terhindar dari kesalahan diatas. Sedangkan sisa putaran yang belum selesai dapat diselesaikan pada saat suasana tenang sebelum tidur, dimana pikiran tidak diganggu oleh pikiran-pikiran lainnya. Selesaikan japamu baru kemudian tidur, inilah jalan yang paling mudah, sedangkan menjelang tengah hari antara jam 10.00 dan jam 11.00 atau jam 14.00 sangat sulit untuk berkonsentrasi. Jadi itulah cara terbaik untuk berjapa semaksimal mungkin antara jam 04.00-06.00 pagi karena pada saat itu anda akan merasa enak sekali, bila kalian dapat berjapa dengan baik maka kalian akan merasa sangat bahagia dan kalian dengan mudah dapat menghadapi maya, dan mengatasinya. Bila tidak demikian maka akan merasa sangat sulit sekali, bahkan maya akan menguasai kalian. Begitulah kenyataannya maka dari itu siapapun jangan melakukan kesalahan ini. Ada suatu hal yang penting yang ingin saya tambahkan. Bila seseorang berjapa pada tingkat permulaan, tentu tidak dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada bentuk Sri Krsna. Maka akan lebih bijaksana bila berjapa dihadapan arca sehingga dengan mudah dapat berkonsentrasi, atau berjapalah dihadapan foto Sri-Sri Radha Krsna dan berjapa dalam pergaulan bersama Vaisnava sadhu. Demikianlah prosesnya kalau kalian mengikutinya dengan baik maka pikiran tidak akan bergelombang atau terombang-ambing lagi, dan jika pikiran sudah mantap maka tidak akan ada masalah lagi dan kalian akan selamat. Orang demikian dapat berjapa dimana saja, karena pikirannya sudah mantap. Dia sudah tidak pernah terganggu oleh kebisingan dari luar atau apapun juga. Tetapi selama kalian belum mencapai tingkatan ini, maka kalian mesti berjapa sesuai proses tersebut diatas. 


10. AHAM-MAMABHUDI TYAGA NAKARIBA (srute’pi nama mahatmye yah priti-rahito narah aham namadi-paramao namni so’pi aparadhakrt) Masih ragu-ragu dalam mengucapkan nama suci dan masih tetap memelihara keteriktan material, walaupun sudah mengerti tentang ajaran tersebut. (mentalitas aku dan milikku) 

“ahammamabhudi tyaga nakariba” Guru maharaja, guru kerohanian memberikan begitu banyak petunjuk-petunjuk dan para penyembah setiap hari mendengarkan dari Sri guru yang sedang menyampaikan Srimad Bhagavatam, dan banyak perintah ada disana dan kami mengatakan secara berulang-ulang segala sesuatu adalah milik Sri Krsna. Amaravalite prbhu are kichu nahin, bagaimanapun saya tidak bisa berkata bahwa ini adalah milikku, atau “aku dan milikku”. Saya adalah pelayan kekal dari Sri Krsna, saya adalah milik Sri Krsna. Saya bukan milik diri saya, badan, pikiran, kata-kata, segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai milikiku adalah milik Sri Krsna. “amaravalite prabhu are kichu nahin” tidak ada suatu apapun yang dapat saya katakan sebagai milikku. Sri guru deva, guru kerohanian mengatakan hal ini berulang kali. Semua sastra semua acarya, semua mahajanas, semua sudah mengatakan secara berulang-ulang dan juga ketika sedang di inisiasi oleh Sri guru. Bila seorang sisya mengatakan “aku dan milikku” ia melakukan kesalahan itulah kesalahan terakhir/ kesalahan yang ke-10 Jadi berhati-hatilah dan jaga ke- 10 jenis kesalahan itu dalam pikiran kalian setiap hari kalian harus membaca dan mengingat serta mencoba untuk menghindari semua kesalahan ini. Jadi coba lebih berhati-hati seraya menghindari kesalahan-kesalahan tersebut satu-persatu, mulai kesalahan no. 1, 2, 3 dan seterusnya seperti itu, dengan cara ini menjadikan diri kalian tidak bersalah dan memuji nama suci tampa kesalahan, kemudian kalian akan memperoleh Krsna prema, kalian akan memperoleh Krsna. Kalau tidak demikian kalian tidak akan mungkin memperolehNya. Guru memberikan kalian Krsna, memberi Krsna Nama, Nama Krsna berarti memberikan Krsna “ambil Krsna”. Bila kalian berhasrat untuk memperoleh Krsna, selalu berdoa kepada gurudeva “oh Sri gurudeva tolonglah berikan saya Krsna, silahkan curahkan karunia anda kepada saya, karena saya hanya ingin Sri Krsna. Bukankah begitu…?” krsne se tomara krsne dite paro tomara sakati ache ami to kangale Krsna Krsna boli dhai tava pache pavhe Apa kalian mengerti…? Kami menyanyikannya, O Sri Gurudeva, O Vaisnava Thakur, Krsna adalah milik dirimu, Krsna milik dirimu, kalian mengerti…? Anda telah mengikat Krsna di dalam hati anda dan Krsna tidak bisa meninggalkan hati anda, Krsna tidak sanggup meninggalkan hati anda, jadi Krsna adalah milik anda, saya ingin Krsna, saya sangat berhasrat dan saya sangat serius bagaimana memperoleh Krsna. Jadi kalian berlari sedemikian rupa menuju seorang guru, silahkan O gurudeva, Oh Vaisnava thakur, silahkan, silahkan taburkan karunia, berikan saya Krsna, berikan kami Krsna, persis seperti seorang peminta-minta orang yang tidak punya uang se-sen pun akan mengikuti seorang yang kaya, tolonglah berikan saya satu sen. Sama halnya disini kalian mengatakan berikan saya Krsna. Apakah kalian mengerti…? Kemudian Vaisnava Thakur adalah cukup berkarunia, beliau menaburkan karunia kepada kalian, baiklah saya berikan kalian Krsna, jadi ambillah Krsna!! Namanya tidak berbeda dengan Krsna sendiri, jadi jagalah nama suci tersebut. Kegelapan yang kecil sekalipun, ketidak hatihatian, akan menyebabkan anda kehilngan Krsna, pikirkanlah hal itu dengan sepenuh hati. Krsna akan pergi dari kalian, kemudian kalian akan menangis Ahaaaaaa…..!! oh saya kehilangan Krsna, dimanakah Krsna, kemudian apa yang bisa dilakukan…? Tapi Sri guru begitu baik hati, beliau lagi memberikan curahan karunia dan memberikan kalian Krsna, ambil Krsna…! Tapi jaga Krsna dengan sebaik-baiknya, lebih berhati-hatilah, kalau tidak demikian kegelapan sekilaspun dapat menyebabkan kalian kehilangan Krsna… jadi berhati-hatilah…!! Terimakasih banyak.

Rabu, 26 Februari 2020

MAYA


MAYA, TENAGA MATERIAL TUHAN YANG MAHA ESA


Maya adalah nama lain prakrti, tenaga material (material energi) dari Tuhan sendiri. Tenaga material ini terdiri dari tiga unsur sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan/kebodohan). Ketiga sifat alam material ini disebut triguna. Sri Krishna berkata, “Daivi hy esa guna mayi mama maya duratyaya, tenaga material (maya)-Ku ini yang terdiri dari unsur-unsur triguna, sangat sulit diatasi” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.14).
Maya berasal dari dua suku kata yaitu ma = tidak dan ya = itu. Jadi maya berarti “Yang bukan itu”. Diartikan demikian karena tenaga material Tuhan ini menyebabkan;
Para makhluk hidup lupa pada hakekat dirinya sebagai roh atau jiva spiritual kekal abadi.
Para makhluk hidup menganggap badan jasmaninya yang di panggil si “A” adalah dirinya sendiri.
Karena itu, maya secara umum dimengerti sebagai khayalan, sesuatu yang tidak nyata, tidak benar atau tidak sejati.

Beberapa istilah untuk menyebutkan istilah maya ini antara lain;

Disebut Mohini-Prakrti, sebab maya berhakekat mengkhayalkan.
Disebut Avidya-Sakti, sebab maya berhakekat menggelapkan atau menyebabkan kelupaan atau kebodohan.
Disebut Tri-gunamayi, sebab maya tersusun dari unsur-unsur Tri-guna, tiga sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan/kebodohan).
Disebut Apara-Prakrti, sebab maya bisa dimanfaatkan oleh para makhluk hidup (jiva) untuk kesenangannya di dunia fana (sang jiva = Para-Prakrti).
Disebut Bahiranga-Sakti atau tenaga luar (external energy) Tuhan, sebab maya berhakekat menyisihkan/menjauhkan sang makhluk hidup (jiva) dari Tuhan.
Disebut Acit-Vaibhava, sebab maya merupakan tenaga material Tuhan yang mewujudkan dunia fana yang sementara dan berubah-ubah.
Disebut Maha-Maya, sebab maya sungguh sulit diatasi.

Maya adalah tenaga material yang menghayalkan. Disini kata “mengkhayalkan” mencakup pengertian menggelapkan, menyebabkan lupa, menyesatkan dan membingungkan. Dengan kata lain, maya adalah tenaga material Tuhan yang menyebabkan illusi, tipuan atau angan-angan hingga sang makhluk hidup (jiva) senantiasa berpikir salah, keliru dan sesat.

Ketiga unsur maya yang disebut  tri-guna, (tiga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas) secara metaporik (kiasan) sering disebut:

Jerat atau tali-temali maya yang mengikat para makhluk hidup (jiva) di dunia fana atau alam material.

Tangan-tangan halus maya yang mencengkeram para makhluk hidup (jiva) di dunia fana atau alam material.

Tirai maya yang menutupi atau menggelapkan para makhluk hidup (jiva) di alam material atau dunia fana.

Maya berasal dari tenaga spiritual Tuhan

Dengan 5 (lima) unsur materi kasar (ether, udara, api air dan tanah), maya mewujudkan dunia fana atau alam material yang nampak ini.

Dengan 5 (lima) unsur materi kasar tersebut diatas + 3 (tiga) unsur materi halus (ego, pikiran dan kecerdasan) + 5 (lima) indria persepsi (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit) + 5 (lima) obyek indria (rasa,aroma, wujud suara dan sentuhan) + 5 (lima) indria  pekerja (kaki, tangan, mulut, anus dan kemaluan), maya mewujudkan beraneka-macam badan jasmani bagi para makhluk hidup (jiva).

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam sattvam (kebaikan), maka sang jiva berjasmani manusia tekun dalam kegiatan spiritual keinsyafan diri, senang membaca kitab suci, dan suka berdiskusi tentang hal-hal metapisik atau spiritual.

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam rajas (kenafsuan), maka sang jiva berjasmani manusia memiliki banyak keinginan duniawi sehingga dia bekerja amat keras secara pamrih untuk bisa menikmati berbagai kesenangan material.

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam tamas (kegelapan/kebodohan), maka sang jiva berjasmani manusia berwatak  tidak cerdas, bekerja lambat dan tidak praktis, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyengsarakan makhluk-makhluk lain.

Begitu sang manusia lahir, dia seketika dicengkeram oleh maya dengan tiga tangan halus Tri-Guna-nya. Dalam hubungan ini, Sri Krishna berkata, ”Sattvam raja tamah iti gunah prakrti sambhavah nibadhnanti dehe dehinam avyayam, begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material dengan memperoleh badan jasmani (= lahir ke dunia fana), ia seketika di cengkram oleh (tiga tangan maya nan halus) Tri-Guna yaitu sifat alam sattvam, rajas dan tamas." (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.5).

Cara maya bekerja mengkhayalkan para makhluk hidup dapat dijelaskan dengan analogi berikut.

Akibat-akibat cengkeraman maya;

Manusia menjadi terkhayalkan sehingga ia menganggap dirinya sendiri (sebagai jiva rohani-abadi) sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya, padahal kegiatannya itu terlaksana oleh alam material. Dikatakan, “Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimu dhatma kartaham iti manyate. Dikhayalkan oleh (tirai maya yaitu) Tri-Guna, sang makhluk hidup berpikir bahwa dirinyalah yang melakukan segala kepada hal kegiatannya itu ter-laksana oleh alam material” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 3.27). Contoh, sifat alam rajas (kenafsuan) yang  dominan menyelimuti jasmaninya, menyebabkan seseorang gemar nonton film porno dan kekerasan.

Manusia menjadi tidak insyaf diri (bodoh) dan sibuk dalam kegiatan pamrih, lalu terikat di dunia fana oleh hasil kegiatannya itu. Dikatakan, ”Prakrter guna sammudhah sajjante guna  karmasu tan akrtsna vido mandan, dikhayalkan oleh (tirai maya yaitu) Tri-Guna, sang makhluk hidup menjadi tidak insyaf diri (bodoh) dan sibuk dalam berbagai kegiatan material pamrih, dan jadi terikat pada hasil kegiatannya itu” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 3.29). Contoh, sang pengusaha terus bekerja keras meski telah kaya raya. Sifat alam rajas (kenafsuan) menyebabkan dia tak pernah puas atas segala harta yang telah dimilikinya. Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan dia tidak perduli pada tujuan hidup sebagai manusia. Dan sifat alam sattvam (kebaikan) tiada henti membuai dirinya dengan kenikmatan materi, pujian dan juga sanjungan dari orang-orang materialistik.

Manusia tidak mengerti bahwa Sri Krishna adalah Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan, ”Tribhir gunamayair bhavair ebhih sarvam idam jagat mohitam na bhijanati mam ebhyah param avyayam, digelapkan (tirai maya yaitu) oleh sifat-sifat material (Tri Guna), seluruh dunia tidak mengenal diriKu yang mengatasi ketiga sifat alam material tersebut dan kekal abadi.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.13).

Manusia tidak sadar bahwa dirinya (sebagai jiva rohani-abadi) berpindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan. Dikatakan, ”Karanam guna sango’sya sad-asad yoni janmasu, karena dicengkeram (oleh tangan-tangan maya nan halus yaitu) Tri-Guna, sang makhluk  hidup berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan. ” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 13.22)

Manusia mengembangkan jenis keyakinan/kepercayaan tertentu selain kepada Tuhan. Dikatakan,”Yajante sattvika devan yaksa raksamsi rajasah pretan bhuta ganams canye yajante tamasa janah, mereka yang diliputi sifat alam sattvam, menyembah para Dewa. Mereka yang diliputi sifat alam rajas, menyembah para Yaksa dan Raksasa (yang tergolong Asura atau Demon). Sedangkan mereka yang diliputi sifat alam tamas, menyembah hantu dan roh-roh halus.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 17.4).

Beraneka-macam pandangan hidup keliru yang timbul dari cengkraman maya, adalah sebagai berikut:

1. Badan jasmani dianggap diri sendiri.
2. Alam material dianggap tempat tinggal sejati.
3. Kenikmatan indria semu dan sementara dianggap kebahagiaan tertinggi.
4. Memuaskan indria jasmani dianggap tujuan hidup.
5. Cara-cara memuaskan indria jasmani disebut pengetahuan.
6. Pencapaian pangkat/jabatan/kedudukan material dianggap membuat diri terhormat.
7. Pemilikan gelar-gelar akademik dianggap membuat hidup lebih maju.
8. Pemilikan banyak kekayaan material dianggap meniadakan kesengsaraan.
9. Kelahiran dianggap kesempatan menikmati.
10. Kematian dianggap akhir kehidupan.
11. Persenyawaan unsur-unsur materi secara kimiawi dianggap sumber kehidupan.
12. Alam material dianggap terwujud secara mekanis.
13. Kemajuan teknologi dianggap membuat kehidupan lebih beradab.
14. Ceritra-ceritra kitab suci Veda dianggap dongeng.
15. Binatang dan makhluk rendah lain dianggap tidak punya jiva (roh).
16. Kehidupan beradab dianggap hanya ada di Bhumi.
17. Ekonomi dianggap masalah kehidupan paling utama.
18. Perbuatan dianggap bermoral jika secara material menyenangkan dan menguntungkan.
19. Kebebasan individual dianggap nilai kemanusiaan tertinggi.
20. Kehidupan kumpul kebo dianggap pola hidup wajar.
21. Demokrasi dianggap sistem pemerintahan terbaik.
22. Pendidikan akademik dianggap pendidikan sesungguhnya.
23. Hidup sederhana dan bersahaja dianggap kehinaan dan kesesatan.
24. Dicengkeram oleh maya, sang jiva berjasmani manusia menderita sakit. Yaitu sakit materi yaitu kecanduan/ketagihan/keterikatan/kemelekatan pada kenikmatan indriawi atau kesenangan material dunia fana. Sakit materi yang dideritanya ditunjukkan oleh kerja keras memuaskan indria. Dan kerja keras seperti itu hanya menyengsarakan dirinya belaka.

Dikatakan oleh Veda, ”Mayam tu prakrtim viddhi mayinam tu mahesvaram, meskipun maya terlihat hebat dalam mewujudkan dunia fana, namun ia dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Svetasvatara Upanisad 4.10).

Sri Krishna berkata, ”Mama maya duratyaya mam eva ye prapadyante mayam etan taranti te, tenaga material (maya)-Ku ini sungguh sulit diatasi. Tetapi siapapun yang berserah diri kepada-Ku, mudah mengatasinya." (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.14).

Selanjutnya Sri Krishna berkata, "Mam ca yo’vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, siapapun yang tekun dalam pelayanan bhakti kepada-Ku tanpa pernah gagal, seketika mengatasi (cengkeraman tangan maya nan halus yaitu) Tri Guna” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.26).

Ciri-ciri orang yang bebas dari cengkeraman maya adalah sebagai berikut, ”Dia tidak membenci pencerahan rohani, kemelekatan duniawi ataupun khayalan bila hal-hal itu datang padanya. Dia juga tidak menginginkan hal-hal itu bilamana tidak datang kepadanya. Dia tetap tenang karena tidak  terpengaruh oleh sifat-sifat alam material itu. Dia hidup mantap karena sadar bahwa hanya sifat-sifat alam itu saja yang aktif. Dia merasakan kesusahan dan kesenangan sama saja, dan melihat tanah, batu dan emas dengan pandangan sama. Dia tidak goyah oleh pujian ataupun cacian, bertindak sama kepada kawan maupun lawan. Dan dia tidak melakukan kegiatan pamrih apapun.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.22-26).

https://www.google.com/amp/s/dharmasastra3.wordpress.com/2010/11/07/maya-tenaga-material-tuhan-yang-maha-esa/amp/