Selasa, 18 Juni 2019

Sri Syamananda Prabhu

KARUNIA LUAR BIASA DARI SHRI VRSABHANUNANDINI
Mereka yang dapat memahami dengan baik rekan-rekan Shri Gauranga sebagai jiwa yang terbebaskan selamanya, maka akan mendapatkan tempat mereka di sisi putra raja Vraja.
Shri Shyamananda Prabhu, Srinivasa Acharya dan Shri Narottama dasa Thakura adalah rekan internal Shri Gaurasundara. Mereka semua datang ke dunia material ini hanya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Shri Gaura-Krishna, setelah kembali-nya Tuhan Shri Gaura-Krishna ke Dunia Rohani.
Shri Syamananda muncul di Utkala di desa Dharenda Bahadurpur. Nama ayah Beliau adalah Shri Krishna Mandal dan nama ibu Beliau adalah Shri Durika. Shri Krishna Mandal, yang keturunannya berada dalam situasi tidak beruntung, dimana Beliau memiliki banyak putra dan putri, namun sungguh malang semuanya telah meninggal dunia, sampai pada akhirnya kelahiran putra Beliau yang terakhir. Karena alasan inilah putra beliau yang terakhir ini diberi nama Dukhiya.
Semua orang mengatakan bahwa anak ini akan menjadi orang suci yang sangat berjiwa tinggi. “Beliau telah memilih hari kelahirannya pada saat yang sangat menguntungkan yaitu pada hari bulan purnama di bulan Caitra, semuanya atas kemurahan Tuhan Jagannatha. Seakan-akan Tuhan Jagannatha secara pribadi membawanya ke sini untuk menyebarkan ajaran-Nya, dan karena itu Tuhan Jagannath secara pribadi mempertahankan hidupnya. Dia tampak seperti dewa asmara yang baru. Mata dan pikiran seseorang akan menjadi tenang ketika memandangnya. "
Seiring berlalunya waktu, upacara penyucian, pengambilan biji-bijian, pengikatan rambut (upacara pemotongan rambut) yang pertama, dan sampai upacara untuk memulai pendidikan telah dilakukan satu per satu. Para pendeta terkejut melihat kecerdasannya yang mencolok. Dalam waktu singkat ia telah menyelesaikan studinya tentang tata bahasa, puisi, dan keahliannya dalam memberikan pengajaran. Ketika dia mendengar tentang kemuliaan Shri Gaura-Nityananda dari para Vaishnava di desanya, rasa keterikatannya pada kaki Padma Shri Gaura-Nityananda, yang berkembang di dalam dirinya menjadi semakin mendalam.
Shri Krishna Mandal adalah seorang penyembah yang sangat maju. Melihat bahwa putranya selalu asyik memikirkan Shri Gaura-Nityananda. Dia mengatakan kepada putranya bahwa dia harus diinisiasi ke dalam mantra suci. Selanjutnya terjadilah percakapan berikut :
Dukhiya : Shri Hrdaya Chaitanya adalah guruku. Dia berada di Ambika Kalna. Guru Beliau adalah Shri Gauri dasa Pandita. Dua bersaudara, Shri Gaura-Nityananda, selalu hadir di rumah beliau selamanya. Jika Ayah memberikan izin, saya akan segera ke sana untuk menjadi sisyanya.
Shri Krishna Mandal: Tapi Duhkhiya, bagaimana Anda akan sampai di sana?
Dukhiya : Ayah, ada banyak orang dari daerah kita yang pergi ke sana untuk mandi di Sungai Gangga. Saya akan pergi bersama mereka.
Ayahnya berunding cukup lama tentang masalah ini dan setelah itu akhirnya Shri Krishna Mandal memberikan izin. Demikianlah akhirnya Duhkhiya berangkat menuju Gaudadesa. Tak lama kemudian ia tiba di Navadwipa, lalu Santipur dan akhirnya tiba di Ambika Kalna, di tempat ini ia bertanya dari penduduk setempat di mana ia mungkin menemukan rumah Gauri dasa Pandita.
Di luar gerbang mandir, Dukhiya bersujud dengan dandavat-nya. Shri Hrdaya Chaitanya kebetulan lewat saat itu. Hrdaya Chaitanya Prabhu menatapnya beberapa saat dan kemudian bertanya, "Siapa anda?"
Dukhiya menjawab, “hamba datang untuk melayani kaki Padma Anda. Rumah hamba berada di Dharenda Bahadurpur. hamba lahir di dalam kasta sad-gopa. Nama ayah hamba adalah Shri Krishna Mandal dan nama hamba Duhkhiya. "
Shri Hrdaya Chaitanya sangat senang dengan ucapan manis Dukhiya. Shri Hrdaya Chaitanya lalu memberi tahu dukhiya, “Mulai saat ini namamu adalah Krishna das. Sejak tadi pagi saya merasa seseorang akan datang hari ini. ”
Shri Krishna dasa memulai pelayanannya dengan penuh pengabdian, dan pada hari yang mujur, gurunya menginisiasinya ke dalam mantra suci. Shri Hrdaya Chaitanya dapat melihat bahwa sisya barunya sangat cerdas dan pada saat yang sama sangat berbhakti, maka Shri Hrdaya Chaitanya memberi perintah untuk pergi ke Vrindavana dengan tujuan mempelajari literatur-literatur di bawah pengawasan Shrila Jiva Gosvami. Shri Krishna das menundukkan kepalanya, dan pada hari yang baik ia pergi ke dhama suci, Vrindavan. Sesaat sebelum keberangkatan-nya, Shri Hrdaya Chaitanya memberikan banyak instruksi dan menyampaikan kepada Krishna das untuk memberikan penghormatan kepada kaki padma para Gosvamis Vrindavan.
Duhkhi Krishna das pertama kali datang ke Navadwipa. Setelah menanyakan dari seseorang tentang keberadaan Shri Jagannatha Misra Bhavan, beliau datang ke sana dan masuk ke dalam. Selanjutnya Krishna das melihat Shri Isana Thakura, seketika itu Krishna das bersujud dan mempersembahkan hormatnya. Isana Thakura kemudian bertanya kepadanya siapa dia, dan Krishna das-pun memperkenalkan dirinya. Isana Thakura memberkati Krishna das dan dia tetap tinggal di sana hari itu.
Keesokan harinya Krishna das berangkat ke Mathura bersama dengan rombongan peziarah lainnya. Setelah tiba di Gaya Dham, Krishna das menyentuh kaki padma Shri Visnu di sana. Krishna das mengingat lila Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu menerima inisiasi dari Shri Ishvara Puri di tempat tersebut dan Krishna das-pun menjadi diliputi perasaan cinta rohani yang luar biasa. Dari Gaya, Krishna das selanjutnya menuju ke Kasi Dham di mana dia bertemu dengan Tapana Misra, Candrasekhara dan para penyembah lainnya, dan Krishna das memberikan penghormatan kepada kaki padma mereka. Mereka-pun memberkati Krishna das.
Krishna das akhirnya memasuki Mathura Dhama. Setelah mandi di Visrama Ghata, ia mengambil darsana dari Shri Adikesava dan berguling-guling di tanah yang berdebu ditempat suci kelahiran Tuhan Shri Krishna. Dari sini Krishna das melanjutkan menuju Vrindavana, di mana setelah mempelajari banyak hal tentang Shrila Jiva Gosvami, ia mempersembahkan penghormatannya kepada kaki padma Shrila Jiva Gosvami. Setelah ditanya, Krishna das-pun memperkenalkan dirinya dengan terperinci.
“Gurudeva telah memberikan komitmennya, agar hamba selanjutnya menjadi tanggung jawab Anda. Permohonan Beliau kepada Yang Mulia Shrila Jiva Goswami adalah, “Saya mempercayakan Duhkhi Krishna das dalam pengawasan dan perlindungan Anda. Tolong penuhi keinginan pikirannya dan kirimkan dia kembali kepada saya setelah beberapa waktu. “
Shrila Jiva Gosvami sangat senang menerima Duhkhi Krishna dasa dalam perlindungannya. Krishna das dengan sangat hati-hati mulai melayani Shrila Jiva Gosvami dan juga mempelajari literatur-literatur Shrila Jiva Gosvami. Srinivasa Acharya dan Narottama dasa Thakura juga datang ke tempat Shrila Jiva Gosvami saat itu untuk belajar di bimbingannya. Demikianlah Krishna das mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Srinivasa Acharya dan Narottama dasa Thakura.
Krishna das memohon kepada Shrila Jiva Gosvami untuk melakukan pelayanan lainnya. Shri Jiva memberikan instruksi kepada Krishna das untuk menyapu rimba hutan Sevakunja setiap hari. Sejak hari itu Krishna das mulai melaksanakan pelayanan tersebut dengan senang hati. Krishna das merasa hidupnya telah menjadi sukses. Saat dia menyapu, air mata mengalir dari matanya. Kadang-kadang dia dengan keras menyanyikan nama Shri Shri Radha-Govinda dan kadang-kadang dia diam sejenak dari aktivitasnya sambil mengingat lila-lila rohani Tuhan Shri Shri Radha-Govinda. Terkadang dia meletakkan sapu yang penuh debu di kepalanya, karena dikatakan bahwa, bahkan Dewa Brahma dan Dewa Siwa pun berdoa untuk menerima sedikit debu Vrindavana ini di kepala mereka.
Tuhan Vrindavana dan permaisuri tercinta-Nya sangat senang dengan pelayanan Krishna das, dan berhasrat untuk memberikan darshan mereka. Suatu hari ketika Krishna das sedang membersihkan kunja, hatinya dipenuhi dengan cinta. Saat itulah Krishna das melihat gelang kaki yang sangat indah tergeletak di atas debu. Krishna das mengambilnya, menyentuhnya ke kepalanya dan kemudian mengikatnya di sudut kain cadar-nya. "Aku akan memberikannya kepada siapa pun miliknya ketika mereka datang untuk mencarinya," pikirnya.
Keesokan paginya, para gopi cukup terkejut ketika mereka melihat bahwa gelang kaki kiri Shrimati Radharani telah hilang. Radharani menjelaskan, “Tadi malam, ketika aku menari di kunja, pasti jatuh. Tolong cari gelang kaki itu dan bawa kembali kepadaku, siapa-pun yang bisa menemukannya. ”
Ketika para gopi datang untuk mencari gelang itu, Visakha devi memperhatikan Krishna das sedang menyapu hutan. Dia bertanya kepadanya, “Apakah kamu menemukan gelang kaki di sini?” Duhkhi Krishna dasa begitu terpesona oleh kata-kata manisnya dan wujudnya yang bercahaya, layaknya seorang dewa yang turun dari surga, sehingga dia hanya menatapnya dengan tercengang. Sekali lagi Visakha dewi bertanya kepada Krishna das, "Apakah kamu menemukan gelang kaki di sini?" Duhkhi Krishna memberikan penghormatan dan dengan sangat rendah hati menjawab, “Ya, saya menemukannya. Anda siapa?" dan terjadilah percakapan sebagai berikut :
"Saya seorang gadis gembala sapi."
"Di mana Anda tinggal?"
"Di desa ini."
"Apakah itu gelang kaki Anda?"
"Bukan itu bukan milik saya. Itu milik pengantin baru di rumah kami. ”
"Bagaimana dia bisa berada disini?"
"Dia datang ke sini kemarin untuk memetik bunga dan gelang itu pasti jatuh saat itu."
"Baiklah, kalau begitu tolong katakan kepadanya dia bisa datang dan mengambilnya dariku."
"Tidak, kamu bisa memberikannya padaku."
"Tidak, aku ingin memberikannya secara pribadi."
Setelah beberapa saat, Visakha devi kembali bersama Shrimati Radha Thakurani yang berdiri di tempat teduh di bawah sebuah pohon besar. Visakha memanggil Krishna dasa, "Bhakta, orang yang kehilangan gelang kakinya telah datang untuk mengambilnya kembali."
Duhkhi Krishna das benar-benar lupa akan dirinya sendiri sambil menatap, meskipun dari kejauhan, pada kemegahan Shri Vrsabhanunandini yang begitu cemerlang dan tak tertandingi. Dengan penuh sukacita dia menyerahkan gelang kaki itu ke Visakha dewi. Pada saat itu, Duhkhi Krishna dasa dapat merasakan bahwa sesuatu yang sangat mendalam akan terjadi. Matanya dipenuhi dengan air mata dan akhirnya Krishna das-pun jatuh ke tanah untuk segera memberikan penghormatan. Dengan sangat gembira Krishna das berguling-guling di atas debu.
Visakha dewi kemudian mengatakan kepadanya, “Wahai para bakta yang terbaik! Sakhi kami ingin memberikan karunia-Nya kepada anda sebagai ungkapan rasa terima kasih-Nya. "
Duhkhi Krishna dasa melihat air suci Radha kunda di depannya. Setelah mempersembahkan penghormatannya, dia membenamkan dirinya ke dalam air suci Radha Kundha. Setelah itu Krishna das mencapai bentuk rohani yang feminim, yang sangat menakjubkan. Krishna das keluar dari kunda suci, dan selanjutnya berdiri di depan Visakha devi dan berdoa. Visakha dewi menuntun 'sakhi hutan' ini dengan tangannya, Visakha mendekati Shrimati Radha Thakurani, dan sakhi yang baru itu jatuh di bawah kaki Padma Shrimati Radha Thakurani. Kemudian Shrimati Radharani menghiasi dahinya dengan tilaka, menggunakan gelang kaki Beliau dan kumkum dari kaki Padma Beliau.
"Tilak ini akan tetap berada di dahimu. Mulai hari ini Anda akan dikenal sebagai Syamananda. Sekarang kamu bisa pergi. ”Setelah Beliau mengatakan hal tersebut, Shrimati Radha Thakurani dan para sakhi-Nya tidak lagi terlihat. Dukhi Krishna dasa kembali dalam kesadarannya dan dia mendapati dirinya seperti sebelumnya, sendirian dan didalam tubuh prianya: namun masih dengan tilaka yang dibuat oleh Shrimati Radharani di dahinya. Krishna das masih terliputi dalam kebingunganya, dia berulang kali berucap, "Apa yang telah saya lihat?" "Apa yang kulihat?", Sementara itu air mata kebahagiaan rohani bergulir di pipinya.
Setelah mengucapkan doa ratusan dan ratusan kali kepada Shri Radhika, ia akhirnya kembali ke Shrila Jiva Gosvami. Shrila Jiva Gosvami begitu kaget ketika dia melihat desain tilaka baru yang cemerlang di dahi Krishna dasa yang masih muda. Setelah mempersembahkan sembah sujudnya, Dukhi Krishna dasa menceritakan pada Shrila Jiva Goswami dengan matanya yang berkaca-kaca karena penuh air mata kebahagian, terkait kejadian yang dialaminya di Sevakunja. Mendengar karunia rohani yang luar biasa ini, Shri Jiva sangat gembira, tetapi memperingatkan Dukhi, “Jangan mengungkapkan kejadian ini kepada siapa pun. Mulai hari ini, nama-mu adalah Syamananda. ”
Memperhatikan bahwa nama dan gaya tilaka Dukhi Krishna dasa telah berubah tanpa ada alasan yang jelas, para Vaishnava secara alami mulai membahas perubahan aneh ini di antara mereka. Berita itu akhirnya sampai ke Ambika Kalna. Ketika Hrdaya Chaitanya mendengar kelakuan muridnya yang tampaknya telah menyimpang, Hrdaya Chaitanya Prabhu-pun mulai gelisah dan marah. Dia segera berangkat ke Vrindavana.
Beberapa bulan kemudian Hrdaya Chaitanya tiba di Vrindavan dan dia ingin segera melihat sisya-nya, Dukhi Krishna dasa. Syamananda-pun datang dan mempersembahkan sembah sujudnya di kaki padma gurudeva-nya. Melihat bentuk tilaka di dahi muridnya, Hrdaya Chaitanya Prabhu menjadi sangat marah dan berseru, "Perilaku Anda terhadap saya benar-benar tidak sopan."
Hrdaya Chaitanya terus menghukum Shyamananda dan akhirnya mulai memukulinya. Para Vaishnava akhirnya berhasil menahan dan menenangkan Hrdaya Chaitanya dengan menawarkan berbagai penjelasan atas nama Syamananda. Syamananda hanya menoleransi semuanya dengan wajah yang tidak memelas dan terus melayani gurudeva-nya dengan sangat setia.
Malam itu, Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu bermimpi di mana Shri Radha Thakurani sendiri muncul dalam suasana hati yang sangat tidak berkenan. Shri Radha Thakurani menegur Hrdaya Chaitanya Prabhu dengan mengatakan, “Saya adalah orang yang merasa sangat puas dengan pelayanan yang dipersembahkan oleh Dukhi Krishna dasa, saya adalah orang yang telah mengubah bentuk tilaka dan namanya. Apa yang Anda atau orang lain katakan tentang hal itu? ” selanjutnya Hrdaya Chaitanya Prabhu berdoa dan memohon pengampunan di kaki padma Shri Vrajesvari dan menganggap dirinya sebagai pelaku pelanggaran tersebut.
Keesokan paginya Hrdaya Chaitanya Prabhu memanggil Syamananda. Membawanya ke pangkuannya, Hrdaya Chaitanya Prabhu memeluknya berulang kali dengan penuh kasih sayang. Dengan mata yang penuh dengan air mata, Hrdaya Chaitanya Prabhu mengulangi kata-kata : "Kamu sangat beruntung."
Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu tinggal di Vrajadhama untuk sementara waktu dan kemudian, setelah memberikan perintah agar Syamananda tetap bersama Shri Jiva Gosvami selama beberapa hari lagi, dia kembali ke Gaudadesa.
Shri Syamananda, Srinivasa, dan Shri Narottama mulai menjalani hari-hari mereka dengan penuh kebahagiaan, mempelajari literatur goswami dan meminta sedikit makan dari pintu ke pintu. Mereka bertiga memutuskan untuk melanjutkan hal tersebut dan dengan demikian bisa mencurahkan waktu lebih mereka untuk melayani dan memuja Tuhan Shri Krishna di Vrindavana.
Para goswami mengadakan perundingan bersama dan memutuskan bahwa Shri Syamananda, Srinivasa, dan Shri Narottama harus dikirim ke Gaudadesa untuk menyebarkan ajaran Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu sebagaimana yang telah disajikan dalam literatur gosvami. Suatu hari Shrila Jiva Gosvami memanggil mereka bertiga dan memberi tahukan kepada mereka tentang keputusan ini, dan mereka bertiga menerima perintah itu dengan penuh rasa hormat.
Setelah itu, pada hari yang baik Shrila Jiva Gosvami-pun mengirim mereka dalam perjalanan mereka dengan sebuah sarana yang besar yang dihias dengan sangat baik dan diisi dengan tulisan suci. Akan tetapi buku-buku itu dicuri oleh raja perampok, Sir Hambhir, di Bisnupur. Di tempat itu Srinivasa Acharya prabhu tetap tinggal untuk mendapatkan kembali buku-buku yang telah dicuri itu, sementara Narottama melanjutkan menuju Kheturi dan Syamananda melanjutkan ke Ambika Kalna. Sesampainya di sana, Syamananda memberikan penghormatan kepada gurunya, dan Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu memeluknya dan bertanya tentang kesejahteraan para gosvamis Vrindavana. Ketika dia mendengar bahwa buku-buku para gosvami telah dicuri di Bishnupur, Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu menjadi sangat khawatir.
Syamananda melayani kaki padma gurunya dalam kebahagiaan yang besar dan dengan cara inilah Syamananda melewati hari-harinya. Pada saat itu sebagian besar penyembah Tuhan Sri Chaitanya di Orissa telah berpulang. Dengan demikian penyebaran ajaran Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu terhenti. Hrdaya Chaitanya Prabhu menganggap masalah ini adalah masalah yang sangat serius dan akhirnya menginstruksikan kepada Shyamananda Prabhu untuk pergi ke Orissa dengan tujuan melanjutkan penyebaran misi Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu. Syamananda pada awalnya sangat sedih karena dia harus segera berpisah lagi dari guru spiritualnya yang snagat dia cintai, tetapi Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu menjelaskan dengan sangat jelas bahwa Syamananda prabhu tidak memiliki alternatif lain selain menerima perintah ini di kepalanya.
Syamananda berangkat ke Utkaladesh (Orissa). Setelah memasuki Orissa, ia pertama kali pergi ke tempat kelahirannya di Dharenda Bahadurpur. Penduduk desa sangat senang melihatnya setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Dia tinggal di sana selama beberapa hari dan menyebarkan ajaran kesadaran Krishna, hasilnya banyak orang menjadi tertarik dan berlindung di bawah kaki-padmanya. Dari sana dia datang ke Dandeshwar, tempat ayahnya, Shri Krishna Mandal, sebelumnya tinggal. Orang-orang di sana juga senang menerima dia dan festival Hari katha diadakan di sana selama beberapa hari. Di sini juga banyak orang yang tertarik dengan potensi rohani Shyamananda Prabhu dan akhirnya menjadi murid2nya. Jadi, dengan kedatangan Shyamananda Prabhu yang menguntungkan di Utkala, ajaran-ajaran Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu kembali dihidupkan.
Di tepi Sungai Suvarna Rekha tinggal seorang pemilik tanah yang saleh dan berbakti bernama Shri Acyuta deva. Putra satu-satunya bernama Rasika. Dari masa kecilnya Rasika sangat khusuk memuja Tuhan Krishna. Dia sudah memastikan bahwa tujuan terbesar dalam hidupnya adalah pengabdian kepada Tuhan Sri Hari. Rasika menjadi ingin berlindung di kaki padma seorang guru spiritual yang bonafide. Suatu hari ketika dia sedang duduk sendirian, merenungkan hal ini, ketika dia mendengar suara rohani: "Rasika! Jangan khawatir lagi. Segera kepribadian yang sangat hebat yang dikenal dengan nama Syamananda akan tiba di sini. Berlindunglah di kaki padmanya. ”
Mendengar ini, Rasika terus menunggu dan mengawasi kedatangan Prabhu Syamananda. Setelah beberapa hari, Syamananda prabhu, ditemani oleh murid-muridnya, datang ke desa Rohini, yang terletak sangat indah di tepi Sungai Suvarna Rekha. Kebahagiaan Rasika tidak bisa diungkapkan. Setelah mempersembahkan sujudnya, ia dengan rendah hati membimbing Syamananda prabhu ke rumahnya dan menyembah kaki padma Syamananda bersama dengan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya, yang semuanya menyerahkan diri sepenuhnya kepada kaki Padma Syamananda.
Pada hari yang baik, Syamananda prabhu memberikan diksa kepada Rasika dalam mantra Radha-Krishna dan Shri Rasika Deva memulai festival namasankirtan di rumahnya. Dia mengundang semua teman-temannya serta para penyewa tanah miliknya dan semua orang sangat tertarik dengan ajaran Shri Gaura Nityananda, seperti yang diuraikan oleh Syamananda prabhu, sehingga mereka segera ingin berlindung di kaki padmanya. Dengan demikian banyak orang di daerah Rohini menjadi murid Syamananda prabhu.
Di daerah Rohini hidup seorang yogi yang sangat terkenal dengan nama Damodara. Suatu hari dia datang untuk mendapatkan darsana dari Syamananda prabhu. Dia menjadi terpikat. Bahkan dari kejauhan dia melihat cahaya cemerlang yang terpancar dari tubuhnya. Semakin dekat ia mepersembahkan salam di kaki padma Syamananda. Syamananda sebaliknya juga mengucapkan salam. Dengan berlinangan air mata, Syamananda meminta yogi itu, “Dalam keadaan suci Anda, Anda harus selalu mengucapkan nama suci Shri Gaura-Nityananda. Mereka sangat penyayang, dan mereka akan melimpahkan cinta kasih Krishna kepadamu. ”
Mendengar pernyataan Acharya ini, pikiran yogi Damodara menjadi melunak dalam cinta, dan dia menjawab, “Saya akan menyembah kaki padma Gaura Nityananda. Mohon berbelas kasihan kepada saya. ”Maka, Syamananda memberkatinya. Dengan demikian, yogi itu menjadi pemuja yang hebat dan terus menyanyikan kemuliaan Gaura-Nityananda dengan air mata di matanya.
Banyak pria kaya tinggal di desa Balarampur. Ketika mereka mendengar tentang kejayaan Syamananda, mereka menjadi sangat ingin melihatnya, dan beberapa datang untuk memintanya mengunjungi kota mereka. Syamananda dengan penuh belas kasihan menerima undangan mereka, bersama Rasikananda, Damodar, dan beberapa muridnya yang lain, ia dengan penuh kejayaan memasuki Balarampur, di mana masyarakatnya yang mulia dan sangat gembira menerima Shyamananda yang selanjutnya memuja kaki padmanya dan mempersembahkan hidangannya. Sebuah festival Hari-katha diadakan selama beberapa hari berikutnya di mana banyak orang menerima perlindungan di bawah kaki Padma Shyamananda.
Hari demi hari kejayaan Syamananda menyebar ke seluruh Utkaladesa. Dari Nrsimhapur ia datang ke Gopiballabhpur. Di sini juga, banyak orang yang baik hati tertarik dan karenanya berlindung pada kaki padmanya. Orang-orang di sini secara khusus memintanya untuk menginstal Shri Vigraha dari Radha-Krishna. Maka dari kontribusi mereka, sebuah kuil untuk Tuhan lengkap dengan aula untuk sankirtana, dapur, tempat untuk para penyembah, sebuah kolam dan taman-taman di sekitarnya mulai dibangun.
Setelah itu Acharya Shri Syamananda melakukan instalasi Shri Shri Radha-Govinda dan sebuah festival besar diadakan di mana tampaknya sebagian besar penduduk Bengal, Orissa hadir. Melihat keindahan bentuk transendental Shri Radha dan Govinda, hati orang-orang terpuaskan sepenuhnya. Shyamananda Prabhu mempercayakan Shri Rasikananda dengan pemujaannya. Setelah melakukan perjalanan sepanjang Orissa dan menyebarkan ajaran Tuhan Shri Gaura-Nityananda, Syamananda kembali ke kaki padma Shri Hrdaya Chaitanya Prabhu di Ambika Kalna. Setelah mempersembahkan sujudnya di kaki padma gurunya, Syamananda menceritakan bagaimana panji kemenangan Tuhan Shri Gaura Nitai kini berkibar di seluruh Utkaladesa. Shri Hrdaya Chaitanya dengan penuh kasih memeluknya dengan penuh rasa terima kasih.
Syamananda diundang ke festival di Kheturi, yang ia hadiri bersama para muridnya. Sekali lagi ia dipersatukan dengan teman-teman lamanya Srinivasa dan Shri Narottama. Ketiganya merasakan berada dalam lautan kebahagiaan rohani, saat mereka bertukar kasih sayang dan pelukan. Shri Jahnava Mata, Shri Raghunanandana Thakura, Shri Acyutananda, Shri Vrindavana dasa Thakura, serta banyak pemimpin pendukung lainnya dari misi penyebaran ajaran Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu saat itu juga hadir. Setelah akhir perayaan, Syamananda mohon pamit dari para Vaishnava di sana dan segera berangkat ke Utkaladesa.
Ketika dia datang ke Kantaknagar, dia kembali bertemu dengan Srinivasa Acharya Prabhu, dan di Jajigram dia melihat Shri Raghunandana Thakura sekali lagi. Dia diberitahu bahwa pada saat ini banyak dari rekan-rekan pribadi Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu telah berpulang.
Tak lama kemudian, Shyamananda Prabhu memasuki daerah Utkaladesa. Dalam perjalanan tersebut dia tinggal di rumah para penyembah yang berbeda dan memberkati mereka dengan karunianya. Dengan cara ini dia kembali datang ke Gopiballabhpur. Di sini ia menerima berita bahwa gurunya, Shri Hrdaya Chaitanya prabhu, juga telah berpulang, seketika itu Syamananda tidak sadarkan diri. Setelah pulih dari kesadarannya, dia menangis selama beberapa waktu, kesedihan yang begitu mendalam. Shri Hrdaya Chaitanya menampakkan dirinya dalam mimpi Syamananda Prabhu dan berusaha menghiburnya.
Nama Syamananda Prabhu menjadi semakin terkenal di seluruh Orissa dan pemujaan Shri Gaura-Nityananda diresmikan di banyak tempat. Shri Rasika Murari, Shri Radhananda, Shri Purusottama, Shri Manohara, Cintamani, Balabhadra, Shri Jagadisvara, Shri Uddhava, Akrura Madhurana, Shri Govinda, Shri Jagannatha, Gadadhar, Anandanandana, dan Shri Radha Mohan. . Setelah berhasil menyebarkan ajaran di berbagai daerah, Syamananda kembali ke Gopi-ballabhpur di mana ia mengikuti festival besar selama beberapa hari. Selanjutnya dia datang ke rumah Uddanda Raya Bhui, di Nrsimhapur di mana Uddanda Raya Bhui juga mengadakan festival besar.
Pada hari pertama dari dua minggu yang gelap di bulan Asar, Shri Shyamananda Prabhu meninggalkan dunia ini. Puspa Samadhi Shyamananda Prabhu dan tempat Beliau menemukan gelang kaki Shrimati Radharani berada tepat di seberang jalan dari kuil Shri Shri Radha-Syamsundara di Vrndavana. Shri Shri Radha-Syamsundara adalah Arca yang biasanya dipuja oleh Shri Syamananda Prabhu .
Jay Shri Syamananda Prabhu ki… jay
Hare Krishna.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar