BAGAIMANAKAH SIWA MEMBINGUNGKAN
ORANG2 JAMAN KALI
Dewa Siva sebagai Sankaracarya.
Kenyataannya, Sivaji adalah pemuja agung nan intim Personal Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa sri krishna, beliau muncul sebagai Sankarcarya atas permintaan Tuhan Sri Krishna sendiri guna mempercepat pengaruh buruk dan kehancuran Kali-yuga. Dalam Siva Purana Tuhan Yang Maha Esa bersabda kepada Dewa Siva: “Pada jaman Kali sesatkanlah masyarakat umum dengan menghadirkan makna-khayal (mayavada) dari Veda untuk membingungkan mereka dan buat agar mereka enggan pada-Ku serta ketagihan kegiatan-kegiatan karma-kanda (kenikmatan indera) dan jnana-kanda, (pembebasan dalam jalan pengetahuan / filsafat.)”
Hal ini juga dibenarkan dalam Padma Purana (Uttarakanda 62.31):
svagamaih kalpilais tvam ca janan
madvimukhan kuru, mam ca gopaya yana sayat srstir esottarottara
“Buatlah rakyat umum enggan kepada-Ku
dengan bayang tafsiranmu sendiri terhadap Veda, yaitu mayavada. Juga tutupi
Diri-Ku dengan cara sedemikian rupa agar orang-orang lebih tertarik kepada
kemajuan peradaban material yang hanya mengembangkan penduduk yang kekurangan
pengetahuan rohani.”
Hal ini lebih jauh dijelaskan sendiri oleh Dewa Siva kepada istri beliau, Parvati, di dalam Padma Purana (Uttarakanda 25.7).
"mayavadam asac-chastram
pracchannam bauddham ucyate
mayaiva kalpitam devi kalau brahmana-rupina"
mayaiva kalpitam devi kalau brahmana-rupina"
“Filsafat Mayavada ini adalah
sastra-palsu (asac-chastra), serupa dengan filsafat (kekosongan) Buddha. Oh
dewi, di jaman Kali, dalam badan seorang brahmana (Sankara-Red.) aku akan
muncul mengajarkan filsafat khayal mayavada dan menguraikan Weda secara
atheis.”
"brahmanas caparam rupam
nirgunam vaksyate maya
sarvasvam jagato ‘pi asya-mohanartham kalau yuge
vedanta tu maha-sastre mayavadam avaidikam
mayaiva vaksyate devi jagatam nasa-karanat"
sarvasvam jagato ‘pi asya-mohanartham kalau yuge
vedanta tu maha-sastre mayavadam avaidikam
mayaiva vaksyate devi jagatam nasa-karanat"
“Untuk menipu para atheis, kepada
mereka aku uraikan Personal Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa sebagai tanpa sifat
(nirgunam). Begitu juga dalam menjelaskan Vedanta Aku menguraikan fisafat
mayavada yang sama ini untuk menyesatkan seluruh penduduk agar menjadi atheis
yang menyangkal wujud Tuhan yang personal.”
"srnu devi pravaksyami tamasani
yathakramam
yesam sravana-matrena patityam jnaninam api
apartham sruti-vakyanam darsayat loka-garhitam
karma svarupa-tyajatam atra ca pratipadyate
sarva karma paribhramsan naiskarmyam tatra cocyate
paratma-jivayor aikyam mayatra pratipadyate"
yesam sravana-matrena patityam jnaninam api
apartham sruti-vakyanam darsayat loka-garhitam
karma svarupa-tyajatam atra ca pratipadyate
sarva karma paribhramsan naiskarmyam tatra cocyate
paratma-jivayor aikyam mayatra pratipadyate"
“Istriku tercinta, dengarlah
penjelasanku, bagaimana telah-kusebarkan ajaran kebodohan ini melalui filsafat
mayavada. Hanya dengan mendengarnya saja, bahkan para sarjana Veda yang sudah
maju sekali pun akan jatuh. Filsafat ini, tentu saja akan sangat mencelakakan
masyarakat umum, aku sudah menyimpangkan makna yang sesungguhnya dari Veda dan
menganjurkan agar orang-orang meninggalkan kegiatan (mono-bratha) supaya
tercapai pembebasan dari hukum karma, dan aku juga sudah menguraikan bagaimana
jivatma (roh individual) dan paramatma (Tuhan) sebagai tunggal dan sama
(Caitanya C, Adi 7.110)
Sri Caitanya Mahaprabhu
memperingatkan kita:
"jivera nistara lagi sutra kaila
vyasa
mayavadi-bhasya sunile haya sarva-nasa"
mayavadi-bhasya sunile haya sarva-nasa"
"Srila Vyasadeva mengetengahkan
filsafat Vedanta guna membebaskan para jiva yang terikat, akan tetapi jika
seseorang mendengar komentar mayavada dari Sankaracarya, Saririka-bhasya, maka
kehidupan rohaninya akan ternoda dan hancur.” (Cc. Madhya 6.69). Svarupa
Damodara Gosvami juga menyatakan hal yang sama:
“Siapa pun yang bersemangat memahami filsafat atheis ini, ia harus dianggap tidak waras (orang edan).” (Cc, Antya 2.94-99).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar