Jumat, 10 Maret 2017

BAGAIMANAKAH SIWA MEMBINGUNGKAN ORANG2 JAMAN KALI
Dewa Siva sebagai Sankaracarya.

Kenyataannya, Sivaji adalah pemuja agung nan intim Personal Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa sri krishna, beliau muncul sebagai Sankarcarya atas permintaan Tuhan Sri Krishna sendiri guna mempercepat pengaruh buruk dan kehancuran Kali-yuga. Dalam Siva Purana Tuhan Yang Maha Esa bersabda kepada Dewa Siva: “Pada jaman Kali sesatkanlah masyarakat umum dengan menghadirkan makna-khayal (mayavada) dari Veda untuk membingungkan mereka dan buat agar mereka enggan pada-Ku serta ketagihan kegiatan-kegiatan karma-kanda (kenikmatan indera) dan jnana-kanda, (pembebasan dalam jalan pengetahuan / filsafat.)”

Hal ini juga dibenarkan dalam Padma Purana (Uttarakanda 62.31):
svagamaih kalpilais tvam ca janan madvimukhan kuru, mam ca gopaya yana sayat srstir esottarottara
“Buatlah rakyat umum enggan kepada-Ku dengan bayang tafsiranmu sendiri terhadap Veda, yaitu mayavada. Juga tutupi Diri-Ku dengan cara sedemikian rupa agar orang-orang lebih tertarik kepada kemajuan peradaban material yang hanya mengembangkan penduduk yang kekurangan pengetahuan rohani.”

Hal ini lebih jauh dijelaskan sendiri oleh Dewa Siva kepada istri beliau, Parvati, di dalam Padma Purana (Uttarakanda 25.7).
"mayavadam asac-chastram pracchannam bauddham ucyate
mayaiva kalpitam devi kalau brahmana-rupina"
“Filsafat Mayavada ini adalah sastra-palsu (asac-chastra), serupa dengan filsafat (kekosongan) Buddha. Oh dewi, di jaman Kali, dalam badan seorang brahmana (Sankara-Red.) aku akan muncul mengajarkan filsafat khayal mayavada dan menguraikan Weda secara atheis.”
"brahmanas caparam rupam nirgunam vaksyate maya
sarvasvam jagato ‘pi asya-mohanartham kalau yuge
vedanta tu maha-sastre mayavadam avaidikam
mayaiva vaksyate devi jagatam nasa-karanat"
“Untuk menipu para atheis, kepada mereka aku uraikan Personal Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa sebagai tanpa sifat (nirgunam). Begitu juga dalam menjelaskan Vedanta Aku menguraikan fisafat mayavada yang sama ini untuk menyesatkan seluruh penduduk agar menjadi atheis yang menyangkal wujud Tuhan yang personal.”
"srnu devi pravaksyami tamasani yathakramam
yesam sravana-matrena patityam jnaninam api
apartham sruti-vakyanam darsayat loka-garhitam
karma svarupa-tyajatam atra ca pratipadyate
sarva karma paribhramsan naiskarmyam tatra cocyate
paratma-jivayor aikyam mayatra pratipadyate"
“Istriku tercinta, dengarlah penjelasanku, bagaimana telah-kusebarkan ajaran kebodohan ini melalui filsafat mayavada. Hanya dengan mendengarnya saja, bahkan para sarjana Veda yang sudah maju sekali pun akan jatuh. Filsafat ini, tentu saja akan sangat mencelakakan masyarakat umum, aku sudah menyimpangkan makna yang sesungguhnya dari Veda dan menganjurkan agar orang-orang meninggalkan kegiatan (mono-bratha) supaya tercapai pembebasan dari hukum karma, dan aku juga sudah menguraikan bagaimana jivatma (roh individual) dan paramatma (Tuhan) sebagai tunggal dan sama (Caitanya C, Adi 7.110)
Sri Caitanya Mahaprabhu memperingatkan kita:
"jivera nistara lagi sutra kaila vyasa
mayavadi-bhasya sunile haya sarva-nasa"
"Srila Vyasadeva mengetengahkan filsafat Vedanta guna membebaskan para jiva yang terikat, akan tetapi jika seseorang mendengar komentar mayavada dari Sankaracarya, Saririka-bhasya, maka kehidupan rohaninya akan ternoda dan hancur.” (Cc. Madhya 6.69). Svarupa Damodara Gosvami juga menyatakan hal yang sama:


“Siapa pun yang bersemangat memahami filsafat atheis ini, ia harus dianggap tidak waras (orang edan).” (Cc, Antya 2.94-99).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar