NAMA APARADHA
Pelajaran yang diberikan oleh H. H Srila Gour Govinda Swami Maharaja pada saat
upacara diksa di Bhubaneswar, India bersamaan dengan Janmastami, 14 Agustus 1990
Pengantar
Pengantar
Avaignavopadistena
mantrena nirayam vrajet
punas ca vidhina samyag
grahayed vaisnavad guroh
(narada pancaratra)
Di dalam Hari Bhakti Vilasa, Sri Sanatana Goswami mengatakan, bahwa seseorang
hendaknya tidak mengambil mantra diksa dari seseorang yang bukan Vaisnava. Jadi siapa yang
dapat disebut sebagai Vaisnava?. Seorang Stri Sangi- yaitu orang terlalu terikat dengan wanita
dan yang bukan penyembah Sri Krsna maka dia bukanlah seorang Vaisnava. Apabila seorang
menerima diksa (mantra) dari seorang yang bukan Vaisnava maka dia akan jatuh ke neraka.
Karena itu menurut prinsip-prinsip guru, sadhu, sastra seseorang hendaknya hanya
menerima mantra diksa dari seorang Vaisnava- guru yang dapat dipercaya dan bonafide.
nr- deham adyam su labham su-durlabham oakvam su-kalpam guru-karandharam mayanukulena nabbasuateritam puman bhavabdhim na taret sa atma ha
“badan manusia dapat memberikan segala macam keberuntungan dalam kehidupan yang karena susunan hukum alam akan secara otomatis dapat dicapai. Walaupun demikian kehidupan sebagai manusia ini sangat sulit dan jarang dicapai. Badan manusia dapat dibandingkan sebagai kapal atau perahu yang dibuat secara sempurna. Sedangkan guru kerohanian adalah sebagai nahkoda (yang ahli dan berpengalaman) dan ajaran-ajaran dan perintah Kepribadian Tuhan Yangan Maha Esa adalah sebagai angin baik yang dapat mendorong lajunya perahu tersebut. Dengan mempertimbangkan semua keberuntungan ini, seorang manusia yang tidak menggunakan kehidupannya untuk menyeberangi lautan kehidupan material dapat disebut sebagai pembunuh roh (bunuh diri secara rohani).
Srimad Bhagavatam skanda 11 telah mengatakan hal ini: “bahwa kehidupan dalam bentuk badan manusia ini sangat jarang dan sulit sekali diperoleh. Namun demikian tetap merupakan kapal/ perahu yang sangat baik untuk menyeberangi lautan material. Untuk itu seorang nahkoda yang ahli (karandhar) sangat dibutuhkan untuk ditempatkan dalam kapal ini. dan seorang Vaisnava guru-adalah nahkoda yang sangat ahli tersebut, selanjutnya sebagai angin yang baik adalah karunia Sri Krsna yang akan membantu perahu tersebut menyeberangi samudra kehidupan material. Segala fasilitas yang baik ini telah diberikan kepada semua orang pada saat lahir sebagai manusia. Namun bila mereka sama sekali tidak berusaha untuk menyeberangi samudera kehidupan material yang penuh kesengsaraan ini, maka dia sebenarnya sedang bunuh diri. Jadi orang hendaknya mencari seorang guru kerohanian (sad guru) yang dapat dipercaya dan selanjutnya menerima mantra diksa (inisiasi) dari sad guru tersebut. Pada saat guru memberikan mantra diksa, terlebih dahulu beliau akan mengajarkan tentang Nama Aparadha, yaitu kesalahan- kesalahan yang dilakukan sehubungan dengan pengucapan Nama Suci, karena itu setiap calon murid hendaknya mengerti jelas sekali tentang Nama Aparadha tersebut.
nr- deham adyam su labham su-durlabham oakvam su-kalpam guru-karandharam mayanukulena nabbasuateritam puman bhavabdhim na taret sa atma ha
“badan manusia dapat memberikan segala macam keberuntungan dalam kehidupan yang karena susunan hukum alam akan secara otomatis dapat dicapai. Walaupun demikian kehidupan sebagai manusia ini sangat sulit dan jarang dicapai. Badan manusia dapat dibandingkan sebagai kapal atau perahu yang dibuat secara sempurna. Sedangkan guru kerohanian adalah sebagai nahkoda (yang ahli dan berpengalaman) dan ajaran-ajaran dan perintah Kepribadian Tuhan Yangan Maha Esa adalah sebagai angin baik yang dapat mendorong lajunya perahu tersebut. Dengan mempertimbangkan semua keberuntungan ini, seorang manusia yang tidak menggunakan kehidupannya untuk menyeberangi lautan kehidupan material dapat disebut sebagai pembunuh roh (bunuh diri secara rohani).
Srimad Bhagavatam skanda 11 telah mengatakan hal ini: “bahwa kehidupan dalam bentuk badan manusia ini sangat jarang dan sulit sekali diperoleh. Namun demikian tetap merupakan kapal/ perahu yang sangat baik untuk menyeberangi lautan material. Untuk itu seorang nahkoda yang ahli (karandhar) sangat dibutuhkan untuk ditempatkan dalam kapal ini. dan seorang Vaisnava guru-adalah nahkoda yang sangat ahli tersebut, selanjutnya sebagai angin yang baik adalah karunia Sri Krsna yang akan membantu perahu tersebut menyeberangi samudra kehidupan material. Segala fasilitas yang baik ini telah diberikan kepada semua orang pada saat lahir sebagai manusia. Namun bila mereka sama sekali tidak berusaha untuk menyeberangi samudera kehidupan material yang penuh kesengsaraan ini, maka dia sebenarnya sedang bunuh diri. Jadi orang hendaknya mencari seorang guru kerohanian (sad guru) yang dapat dipercaya dan selanjutnya menerima mantra diksa (inisiasi) dari sad guru tersebut. Pada saat guru memberikan mantra diksa, terlebih dahulu beliau akan mengajarkan tentang Nama Aparadha, yaitu kesalahan- kesalahan yang dilakukan sehubungan dengan pengucapan Nama Suci, karena itu setiap calon murid hendaknya mengerti jelas sekali tentang Nama Aparadha tersebut.
SEPULUH JENIS KESALAHAN TERHADAP NAMA SUCI
1. SADHU NINDA:
menghina/ mengkritik para Vaisnava/ sadhu. (satam ninda namnah paramam
aparadham vitanute yatah khayatim yatam katham u sahate tad-vigraham)
Kesalahan pertama adalah menghina atau mengkritik para sadhu (Vaisnava) yang disebut
sadhu ninda. Siapa sadhu tersebut?. Sadhu adalah orang yang telah sepenuhnya menyerahkan diri
kepada kaki padma Sri Krsna. Orang yang telah mengabdikan seluruh kehidupannya untuk
mengajarkan ajaran Bhagavan Sri Krsna keseluruh dunia adalah seorang Vaisnava sadhu. Karena
itu kalian hendaknya jangan sampai menghina atau mengkritik seorang sadhu.
2. Menganggap nama-nama para dewa seperti Siwa atau dewa Brahma sejajar atau tidak
tergantung dengan nama suci Sri Visnu.
(sivasya Sri-visnor ya iha guna-namadi-sakalam dhiya bhinam pasyet sa khalu hari-namahitakarah).
Adalah suatu kesalahan kalau berpikir bahwa para dewa yang lainnya adalah sebagai
Bhagavan dan juga berpikir bahwa nama suci, bentuk sifat-sifat dan kualitas, kegiatan atau lila
Sri Krsna berbeda dengan Sri Krsna sendiri. Juga bila kalian berpikir bahwa dewa Siwa dan
dewa Brahma adalah bhagavan atau Tuhan atau kalian berpikir bahwa nama dewa Siwa dan
dewa Brahma sejajar dengan nama suci Sri Visnu atau Sri Krsna, atau beranggapan bahwa
mengucapkan atau berjapa nama dewa Siwa atau dewa Brahma sebaik mengucapkan (japa)
Maha Mantra Hare Krsna adalah juga suatu kesalahan. Karena itu seorang bhakta, penyembah
atau Vaisnava hendaknya tidak berpikir seperti itu. Dijelaskan bahwa:
Anyadeba sha Vishnu kaje mane se bada agyani isa tatta nahijane a jada jagate Vishnu param isvara girisadi jatadeba tahar kinkara vasudev chade jei anya deva bhaje iswar chadiya sei samsaratemaje
Di dalam sastra dikatakan bahwa Tuhan Sri visnu ata Sri Krsna adalah parameswara. Sedangkan para dewa yang lainnya bahkan dewa Siwa dan dewa Brahma adalah sebagai pembantunya. Bila Sri Krsna atau Sri Visnu dipuja dengan baik, otomatis semua dewa-dewa yang lain ikut dipuja. Untuk itu pemujaan khusus atau terpisah untuk para dewa tidak diperlukan. Maka selanjutnya timbul suatu pertanyaan. Apakah kita boleh mengabaikan atau sama sekali tidak perlu menghormati para dewa,?, atau bagaimana caranya kita berhubungan dengan para dewa? Jawabannya adalah: bahwa seorang Vaisnava hendaknya selalu hormat kepada para dewa, karena semua dewa adalah pelayan atau pembantu- pembantu Sri Krsna/ Sri Vishnu, maka dengan demikian mereka adalah para Vaisnava, tetapi bukan jyatha –tatha anyadeva karenadarsan, Krsna dasa bali tare Karen bandan. Seorang Vaisnava semestinya tidak melecehkan dewa manapun, mereka semuanya adalah pelayan Sri Vishnu/Sri Krsna, dengan cara demikian mereka semuanya adalah Vaisnava, walaupun bukan Vaisnava- Vaisnava yang murni, mereka tetap adalah Vaisnava. Jadi seorang penyembah semestinya selalu hormat kepada para dewa jangan sampai kurang hormat atau bahkan melecehkan para dewa.
Anyadeba sha Vishnu kaje mane se bada agyani isa tatta nahijane a jada jagate Vishnu param isvara girisadi jatadeba tahar kinkara vasudev chade jei anya deva bhaje iswar chadiya sei samsaratemaje
Di dalam sastra dikatakan bahwa Tuhan Sri visnu ata Sri Krsna adalah parameswara. Sedangkan para dewa yang lainnya bahkan dewa Siwa dan dewa Brahma adalah sebagai pembantunya. Bila Sri Krsna atau Sri Visnu dipuja dengan baik, otomatis semua dewa-dewa yang lain ikut dipuja. Untuk itu pemujaan khusus atau terpisah untuk para dewa tidak diperlukan. Maka selanjutnya timbul suatu pertanyaan. Apakah kita boleh mengabaikan atau sama sekali tidak perlu menghormati para dewa,?, atau bagaimana caranya kita berhubungan dengan para dewa? Jawabannya adalah: bahwa seorang Vaisnava hendaknya selalu hormat kepada para dewa, karena semua dewa adalah pelayan atau pembantu- pembantu Sri Krsna/ Sri Vishnu, maka dengan demikian mereka adalah para Vaisnava, tetapi bukan jyatha –tatha anyadeva karenadarsan, Krsna dasa bali tare Karen bandan. Seorang Vaisnava semestinya tidak melecehkan dewa manapun, mereka semuanya adalah pelayan Sri Vishnu/Sri Krsna, dengan cara demikian mereka semuanya adalah Vaisnava, walaupun bukan Vaisnava- Vaisnava yang murni, mereka tetap adalah Vaisnava. Jadi seorang penyembah semestinya selalu hormat kepada para dewa jangan sampai kurang hormat atau bahkan melecehkan para dewa.
3. GURU VAKYA AVAJNA
(guror avajna)
Tidak melaksanakan/ mengabaikan nama tattva-vit guru
Kesalahan yang ke- 3 adalah tidak melaksanakan/ mengikuti nama tatva-vit guru.
Ini
adalah kesalahan yang paling besar dan paling serius. Kesalahan-kesalahan yang lain mungkin
dapat dimaafkan dengan suatu cara tertentu, tetapi sama sekali tidak ada maaf bila seseorang
tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya. Jadi ini adalah kesalahan yang paling
penting dan paling keras atau serius, karena ini suatu kesalahan yang sangat besar, maka
semuanya harus memperhatikan dan mengertikannya dengan baik. Seorang murid hendaknya
jangan menganggap sang guru kerohanian sebagai manusia biasa.
acaryam mam vijaniyan nava manyetas karhicit na martya-buddhyasuyeta sarva deva mayo guruh
“ seorang hendaknya mengerti bahwa para acarya sebagai diri-Ku dan dalam keadaan manapun jangan sampai tidak menghormatinya. Orang hendaknya jangan berpikir bahwa acarya adalah orang biasa. Karena dia adalah wakil dari semua dewa (Srimad Bhagavatam 11.17.27) Inilah ajaran Sri Krsna. Kalian hendaknya jangan pernah berpikir bahwa acarya atau guru kerohanian sebagai manusia biasa “mat-svarupa”, guru adalah manifestasi dari Tuhan Sri Krsna dan semua kepribadian ada pada kepribadian Sri Guru.
gurute abagyan jar trar aparadh se aparadhe tar haye braktibadh gurute achala sraddha kare jei jana suddha nama bale pai se permadhan sad guru prapti jei abagya acHare se papist aparadhi sarbatra samsare sad guru apsaradh ati bhayankara ehi aparadhi nasta hoya deva nara
telah dinyatakan dalam sastra, seharusnya seorang murid mengembangkan bhakti yang mantap tampa menyimpang kepada Tuhan Sri Krsna. Pasti dengan mudah sekali memperoleh bhakti yang murni ( suddha Bhakti). Dengan mudah sekali mereka akan kembali pulang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang hendaknya sangat hati-hati sekali untuk menerima seorang sang guru. Guru yang bonafide (yang dapat dipercaya) penyembah murni Sri Krsna, suddha bhakte layivena guru rupe basi, dinyatakan bahwa hendaknya menerima seorang sudhha bhakta, penyembah murni Sri Krsna sebagai guru kerohanian. Seorang semestinya menerima guru seperti itu, seseorang harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati dia akan tertipu. Dia akan menerima seorang penipu atau hypocrite. Jadi seorang murid hendaknya selalu berusaha untuk melaksanakan segala ajaran, petunjuk, dan perintah-perintah dari gurunya. Inilah kesalahan yang paling serius bila seorang murid tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya.
acaryam mam vijaniyan nava manyetas karhicit na martya-buddhyasuyeta sarva deva mayo guruh
“ seorang hendaknya mengerti bahwa para acarya sebagai diri-Ku dan dalam keadaan manapun jangan sampai tidak menghormatinya. Orang hendaknya jangan berpikir bahwa acarya adalah orang biasa. Karena dia adalah wakil dari semua dewa (Srimad Bhagavatam 11.17.27) Inilah ajaran Sri Krsna. Kalian hendaknya jangan pernah berpikir bahwa acarya atau guru kerohanian sebagai manusia biasa “mat-svarupa”, guru adalah manifestasi dari Tuhan Sri Krsna dan semua kepribadian ada pada kepribadian Sri Guru.
gurute abagyan jar trar aparadh se aparadhe tar haye braktibadh gurute achala sraddha kare jei jana suddha nama bale pai se permadhan sad guru prapti jei abagya acHare se papist aparadhi sarbatra samsare sad guru apsaradh ati bhayankara ehi aparadhi nasta hoya deva nara
telah dinyatakan dalam sastra, seharusnya seorang murid mengembangkan bhakti yang mantap tampa menyimpang kepada Tuhan Sri Krsna. Pasti dengan mudah sekali memperoleh bhakti yang murni ( suddha Bhakti). Dengan mudah sekali mereka akan kembali pulang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang hendaknya sangat hati-hati sekali untuk menerima seorang sang guru. Guru yang bonafide (yang dapat dipercaya) penyembah murni Sri Krsna, suddha bhakte layivena guru rupe basi, dinyatakan bahwa hendaknya menerima seorang sudhha bhakta, penyembah murni Sri Krsna sebagai guru kerohanian. Seorang semestinya menerima guru seperti itu, seseorang harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati dia akan tertipu. Dia akan menerima seorang penipu atau hypocrite. Jadi seorang murid hendaknya selalu berusaha untuk melaksanakan segala ajaran, petunjuk, dan perintah-perintah dari gurunya. Inilah kesalahan yang paling serius bila seorang murid tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya.
4. SRUTI SASTRA NINDA
(sruti sastra nindanam)
Menghina kesusastraan veda
Kesalahan ke- 4 adalah srutti sastra ninda:
menghina kesusastraan/ kitab suci veda
maya badha jibe Krsna bahu krpakari veda purandi dila arya gyan dhari maya mugda jiber nahi Krsna smrti gyan jiber kripaye kaile Krsna veda piuran
disini dikatakan, bahwa roh yang terikat telah melupakan Sri Krsna, maka atas karunia beliau yang tiada sebabnya, Sri Krsna telah memberikan semua kesusastraan weda. Karena itu kalian hendaknya jangan pernah menghina kitab-kitab suci weda tersebut.
maya badha jibe Krsna bahu krpakari veda purandi dila arya gyan dhari maya mugda jiber nahi Krsna smrti gyan jiber kripaye kaile Krsna veda piuran
disini dikatakan, bahwa roh yang terikat telah melupakan Sri Krsna, maka atas karunia beliau yang tiada sebabnya, Sri Krsna telah memberikan semua kesusastraan weda. Karena itu kalian hendaknya jangan pernah menghina kitab-kitab suci weda tersebut.
5. NAMA ARTAVADA
(tathartha vadah)
Menafsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa
Nama arthavada, berarti menafsirkan nama suci Sri Krsna dengan berbagai jalan,
Contohnya orang yang melakukan kesalahan bisa mengatakan: “Krsna artinya hitam”, dalam abhidan (kamus sansekerta) dikatakan demikian dan ini adalah kesalahan. Krsna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, kebenaran mutlak. Karena itu kalian hendaknya tidak menfsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa atau Sri Krsna, atau memberi arti lain dengan berbagai cara apapun, itu adalah suatu kesalahan. Banyak orang juga mengatakan sebagai berikut, “memang di dalam sastra dinyatakan tentang kehebatan nama suci tetapi sesungguhnya itu tidak benar karena itu hanya dilebih-lebihkan saja yang maksudnya agar orang tertarik pada nama suci Sri Hari”. Ini juga kesalahan, mereka yang mengembangkan sikap ragu-ragu (samsaya atma) terhadap nama suci ini otomatis dia sudah melakukan kesalahan. Kalian hendaknya jangan pernah ragu-ragu terhadap nama suci Sri Krsna yang tidak berbeda dengan Sri Krsna sendiri “abhinna twam nama namina”. Dan khususnya pada zaman kali ini tidak ada inkarnasi lain dari Sri Krsna, hanya ada satu inkarnasi-Nya yaitu nama suci Krsna. Kali yuga nama rupe Krsna avatar, inilah petunjuk sastra, dan kesimpulan sastra, siddhanta. Dalam hal ini telah diberikan dalam semua sastra dan khususnya dinyatakan sendiri oleh Sri Caitanya Mahaprabhu yang tidak lain adalah Sri Krsna sendiri yang telah datang sebagai seorang penyembah, seorang acarya, beliau mengatakan seperti ini: bila seseorang melakukan kesalahan itu berarti dia telah meragukan nama suci Sri Krsna, dan bagi mereka yang memberikan penafsiran yang berbeda terhadap nama suci ini, mereka adalah salah besar dan bila pada suatu kesempatan kalian bertemu dengan seorang pendosa dan berbicara dengan orang tersebut, itu juga berbuat kesalahan. Untuk menyucikan diri dari kesalahan tersebut kalian hendaknya mandi di air sungai gangga, bila tidak ada sungai gangga kalian hendaknya mandi di air suci yang lainnya. Sambil mengucapkan mantra gangga dia hendaknya segera mandi, bila tidak demikian kesalahan tersebut tidak akan bisa diperbaiki atau disucikan.
Contohnya orang yang melakukan kesalahan bisa mengatakan: “Krsna artinya hitam”, dalam abhidan (kamus sansekerta) dikatakan demikian dan ini adalah kesalahan. Krsna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, kebenaran mutlak. Karena itu kalian hendaknya tidak menfsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa atau Sri Krsna, atau memberi arti lain dengan berbagai cara apapun, itu adalah suatu kesalahan. Banyak orang juga mengatakan sebagai berikut, “memang di dalam sastra dinyatakan tentang kehebatan nama suci tetapi sesungguhnya itu tidak benar karena itu hanya dilebih-lebihkan saja yang maksudnya agar orang tertarik pada nama suci Sri Hari”. Ini juga kesalahan, mereka yang mengembangkan sikap ragu-ragu (samsaya atma) terhadap nama suci ini otomatis dia sudah melakukan kesalahan. Kalian hendaknya jangan pernah ragu-ragu terhadap nama suci Sri Krsna yang tidak berbeda dengan Sri Krsna sendiri “abhinna twam nama namina”. Dan khususnya pada zaman kali ini tidak ada inkarnasi lain dari Sri Krsna, hanya ada satu inkarnasi-Nya yaitu nama suci Krsna. Kali yuga nama rupe Krsna avatar, inilah petunjuk sastra, dan kesimpulan sastra, siddhanta. Dalam hal ini telah diberikan dalam semua sastra dan khususnya dinyatakan sendiri oleh Sri Caitanya Mahaprabhu yang tidak lain adalah Sri Krsna sendiri yang telah datang sebagai seorang penyembah, seorang acarya, beliau mengatakan seperti ini: bila seseorang melakukan kesalahan itu berarti dia telah meragukan nama suci Sri Krsna, dan bagi mereka yang memberikan penafsiran yang berbeda terhadap nama suci ini, mereka adalah salah besar dan bila pada suatu kesempatan kalian bertemu dengan seorang pendosa dan berbicara dengan orang tersebut, itu juga berbuat kesalahan. Untuk menyucikan diri dari kesalahan tersebut kalian hendaknya mandi di air sungai gangga, bila tidak ada sungai gangga kalian hendaknya mandi di air suci yang lainnya. Sambil mengucapkan mantra gangga dia hendaknya segera mandi, bila tidak demikian kesalahan tersebut tidak akan bisa diperbaiki atau disucikan.
6. NAMAVALE PAPABUDHI
(namo balad yasya hi papa-buddhir na vidyate tasya yamair hi subdhih)
Melakukan kegiatan berdosa atas kekuatan nama suci Tuhan.
Kesalahan ke- 6 disebut namavale papbhudi, artinya melakukan kegiatan yang berdosa atas kekuatan dari pengucapan nama suci. Dikatakan dalam sastra “eka Krsna kare sarwa papa kshya” satu nama Sri Krsna sudah sangat kuat sekali, bahkan mampu menghancurkan dosa-dosa yang telah dikumpulkan dari sejak berjuta-juta kali penjelmaan, jadi sangat kuat sekali, hanya satu nama Krsna saja “eka Krsna kare sarwa papa kshya”, kemudian bila sesorang mengatakan atau berpikir “wah ini adalah senjata yang sangat ampuh yang sudah saya miliki sekarang, karena itu saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna dan menghancurkan seluruh reaksi dosa, kemudian saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna lagi untuk menghilangkan reaksinya”. Mentalitas ini disebut navale papabuddhi, itu berarti melakukan suatu hal yang berdosa atas kekuatan pengucapan Hari Nama. Ini adalah suatu kesalahan. Karena itu janganlah mengembangkan mentalitas seperti itu. Bagi mereka yang menerima seorang guru yang bonafide dan sedang di inisiasi olehnya, untuk mendapatkan Hari nama, mereka semestinya tidak memikirkan tentang hal-hal yang berdosa dan semestinya dia sangat hati-hati, bahkan didalam hati sekalipun jangan pernah berpikir tentang kegiatan berdosa. Walaupun pada zaman kali sesorang mendapat maaf, yaitu bahwa pada zaman kali kalau seseorang berpikir tentang kegiatan berdosa hanya dalam pikirannya saja, dia tidak akan menerima reaksi dosa dan kegiatan yang berdosa, kalau dia tidak melakukannya, tetapi pada zaman kali seseorang baru berpikir saja bahwa dia akan menerima seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya (bonafide) dan menerima Hari Nama dari beliau, walau hanya berpikir saja dia sudah mendapatkan hasil. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, segera memperlihatkan karunia kepadanya, jadi hasil yang sangat baik, hanya dengan berpikir saja, apalagi kalau mereka bertindak atau akan berbuat kearah itu. Tapi mereka yang sudah didiksa atau diinisiasi, hendaknya sangat berhati-hati sekali jangan sampai memikirkan tentang kegiatan berdosa. Tentu saja pikiran itu sangat lemah sekali, secara tidak disadari akan berpikir tentang sesuatu, tetapi sesorang hendaknya dengan sangat serius sekali dan bersumpah bahwa mulai sejak ini dan seterusnya tidak memberikan pikiran kalian yang lemah itu untuk berpikir tentang dosa apapun. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, beliau mengetahui sampai dimana keseriusanmu dan bagaimana perkembangan keyakinanmu terhadap nama suci. Beliau mengetahui isi hati kita. Inilah hal yang sangat penting, bila dalam hati tidak ada apa-apa tapi hari nama masuk kedalam pikiran dan selekasnya ia menjadi sadar. Oh pikiran yang bodoh dan lemah ini telah memikirkan sesuatu yang buruk dan segera dia mengucapkan Maha mantra Hare Krsna dan berdoa dengan serius dari hatinya yang paling dalam kepada Sri Krsna dan nama suci untuk memaafkannya, maka dia akan dimaafkan, tetapi hal itu jangan dilakukan berulang-ulang, mengertikah kalian dengan semua yang saya katakan..? Sehubungan dengan hal ini perkenankan saya mengatakan satu hal lagi. Bagi mereka yang bukan penyembah/para asadhu dan bagi mereka yang menjadi penipu/munafik, dimana diluar mereka berpenampilan sebagai penyembah atau Vaisnava, tetapi didalamnya lain, mereka tidak lebih sebagai seorang munafik dan penipu. Dengan bergaul dengan orang-orang penipu, orang-orang munafik, yang hanya di luarnya saja berpakaian sebagai seorang penyembah (Vaisnava/bhakta), berjapa Hare Krsna, tetapi didalamnya tidak demikian halnya, mereka itulah yang disebut penipu atau munafik, apakah mengerti…? Kalau bergaul dengan mereka maka pemikiran-pemikiran berdosa akan masuk kedalam pikiran. Bila seseorang sangat hati-hati dalam hal ini, untuk tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu yaitu yang memungkinkan dia berbuat kesalahan, mungkin dapat menghindarkan diri dari kesalahan seperti itu. Bila tidak demikian akan sangat sulit adanya.
Kesalahan ke- 6 disebut namavale papbhudi, artinya melakukan kegiatan yang berdosa atas kekuatan dari pengucapan nama suci. Dikatakan dalam sastra “eka Krsna kare sarwa papa kshya” satu nama Sri Krsna sudah sangat kuat sekali, bahkan mampu menghancurkan dosa-dosa yang telah dikumpulkan dari sejak berjuta-juta kali penjelmaan, jadi sangat kuat sekali, hanya satu nama Krsna saja “eka Krsna kare sarwa papa kshya”, kemudian bila sesorang mengatakan atau berpikir “wah ini adalah senjata yang sangat ampuh yang sudah saya miliki sekarang, karena itu saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna dan menghancurkan seluruh reaksi dosa, kemudian saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna lagi untuk menghilangkan reaksinya”. Mentalitas ini disebut navale papabuddhi, itu berarti melakukan suatu hal yang berdosa atas kekuatan pengucapan Hari Nama. Ini adalah suatu kesalahan. Karena itu janganlah mengembangkan mentalitas seperti itu. Bagi mereka yang menerima seorang guru yang bonafide dan sedang di inisiasi olehnya, untuk mendapatkan Hari nama, mereka semestinya tidak memikirkan tentang hal-hal yang berdosa dan semestinya dia sangat hati-hati, bahkan didalam hati sekalipun jangan pernah berpikir tentang kegiatan berdosa. Walaupun pada zaman kali sesorang mendapat maaf, yaitu bahwa pada zaman kali kalau seseorang berpikir tentang kegiatan berdosa hanya dalam pikirannya saja, dia tidak akan menerima reaksi dosa dan kegiatan yang berdosa, kalau dia tidak melakukannya, tetapi pada zaman kali seseorang baru berpikir saja bahwa dia akan menerima seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya (bonafide) dan menerima Hari Nama dari beliau, walau hanya berpikir saja dia sudah mendapatkan hasil. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, segera memperlihatkan karunia kepadanya, jadi hasil yang sangat baik, hanya dengan berpikir saja, apalagi kalau mereka bertindak atau akan berbuat kearah itu. Tapi mereka yang sudah didiksa atau diinisiasi, hendaknya sangat berhati-hati sekali jangan sampai memikirkan tentang kegiatan berdosa. Tentu saja pikiran itu sangat lemah sekali, secara tidak disadari akan berpikir tentang sesuatu, tetapi sesorang hendaknya dengan sangat serius sekali dan bersumpah bahwa mulai sejak ini dan seterusnya tidak memberikan pikiran kalian yang lemah itu untuk berpikir tentang dosa apapun. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, beliau mengetahui sampai dimana keseriusanmu dan bagaimana perkembangan keyakinanmu terhadap nama suci. Beliau mengetahui isi hati kita. Inilah hal yang sangat penting, bila dalam hati tidak ada apa-apa tapi hari nama masuk kedalam pikiran dan selekasnya ia menjadi sadar. Oh pikiran yang bodoh dan lemah ini telah memikirkan sesuatu yang buruk dan segera dia mengucapkan Maha mantra Hare Krsna dan berdoa dengan serius dari hatinya yang paling dalam kepada Sri Krsna dan nama suci untuk memaafkannya, maka dia akan dimaafkan, tetapi hal itu jangan dilakukan berulang-ulang, mengertikah kalian dengan semua yang saya katakan..? Sehubungan dengan hal ini perkenankan saya mengatakan satu hal lagi. Bagi mereka yang bukan penyembah/para asadhu dan bagi mereka yang menjadi penipu/munafik, dimana diluar mereka berpenampilan sebagai penyembah atau Vaisnava, tetapi didalamnya lain, mereka tidak lebih sebagai seorang munafik dan penipu. Dengan bergaul dengan orang-orang penipu, orang-orang munafik, yang hanya di luarnya saja berpakaian sebagai seorang penyembah (Vaisnava/bhakta), berjapa Hare Krsna, tetapi didalamnya tidak demikian halnya, mereka itulah yang disebut penipu atau munafik, apakah mengerti…? Kalau bergaul dengan mereka maka pemikiran-pemikiran berdosa akan masuk kedalam pikiran. Bila seseorang sangat hati-hati dalam hal ini, untuk tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu yaitu yang memungkinkan dia berbuat kesalahan, mungkin dapat menghindarkan diri dari kesalahan seperti itu. Bila tidak demikian akan sangat sulit adanya.
7. SRADAHINA JANE NAMA UPADESH
(asraddhane vimukhe py asrnvati yas copadesah siva namparadah)
Mengajarkan kemuliaan nama suci terhadap orang-orang yang tidak berkeyakinan.
Sradhahina jane nama upadesh artinya bahwa seorang penyembah hendaknya jangan menjelaskan tentang kehebatan dan kemuliaan nama suci kepada orang-orang yang belum mengembangkan keyakinan yang kuat terhadap nama suci dan juga terhadap Sri Krsna sendiri. Jadi adalah suatu kesalahan bila mengajarkan atau membicarakan kemuliaan nama suci kepada orang-orang demikian itu “sradahina jane nama upadesh” hanya orang-orang yang sudah mengembangkan keyakinan sepenuhnya terhadap Sri Krsna dan nama suciNya memenuhi syarat untuk menerima nama suci. Kewajiban bagi mereka yang akan mengajarkan tentang nama suci adalah bahwa mereka pertama-tama harus mengucapkan nama suci ini dengan suara keras:
HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE
Melalui cara mengucapkan nama suci dengan suara keras seseorang akan menanamkan keyakinan kepada orang yang belum menumbuhkan keyakinan kepada nama suci. Inilah langkah awal, jangan membicarakan apapun tentang nama suci, cukup hanya berjapa dengan suara keras, laksanakan kirtan dengan suara keras dan biarkan mereka mendengarkan getaran suara rohani ini. itulah yang sangat penting, bila ia menyentuh telinga-telinga seperti itu, maka secara berangsur-angsur dia akan mengembangkan keyakinannya, hal demikian itu dilakukan oleh Srila Prabhupada ketika beliau pergi kenegara barat. Beliau hanya mengambil sepasang kartal dan pergi ke Taman dimana para hippies sedang bergumul dengan obat-obat terlarang dan mabuk mabukan. Srila Prabhupada hanya mengucapkan Maha mantra Hare Krsna HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE Hanya bernyanyi beliau memenuhi seluruh atmosfir dengan getaran suara rohani, dimana cara ini memiliki daya tarik yang alamiah. Krsna adalah yang maha menarik, begitu pula dengan nama suciNya, karena itu antara Sri Krsna dan nama suciNya tidak ada bedanya. Jadi miliki daya tarik yang wajar. Karena itu kaum hippies tersebut secara otomatis tertarik, anda mengerti…? Dengan jalan ini beliau menanamkan sradha (keyakinan) kepada mereka. Setelah itu barulah beliau mengajar mereka. Demikianlah caranya. Bila tidak melaksanakan seperti itu, dimana kalau kamu langsung bicara tentang kemulian dan kehebatan nama suci kepada orang-orang yang belum memiliki keyakinan, maka kamu akan melakukan kesalahan.
Sradhahina jane nama upadesh artinya bahwa seorang penyembah hendaknya jangan menjelaskan tentang kehebatan dan kemuliaan nama suci kepada orang-orang yang belum mengembangkan keyakinan yang kuat terhadap nama suci dan juga terhadap Sri Krsna sendiri. Jadi adalah suatu kesalahan bila mengajarkan atau membicarakan kemuliaan nama suci kepada orang-orang demikian itu “sradahina jane nama upadesh” hanya orang-orang yang sudah mengembangkan keyakinan sepenuhnya terhadap Sri Krsna dan nama suciNya memenuhi syarat untuk menerima nama suci. Kewajiban bagi mereka yang akan mengajarkan tentang nama suci adalah bahwa mereka pertama-tama harus mengucapkan nama suci ini dengan suara keras:
HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE
Melalui cara mengucapkan nama suci dengan suara keras seseorang akan menanamkan keyakinan kepada orang yang belum menumbuhkan keyakinan kepada nama suci. Inilah langkah awal, jangan membicarakan apapun tentang nama suci, cukup hanya berjapa dengan suara keras, laksanakan kirtan dengan suara keras dan biarkan mereka mendengarkan getaran suara rohani ini. itulah yang sangat penting, bila ia menyentuh telinga-telinga seperti itu, maka secara berangsur-angsur dia akan mengembangkan keyakinannya, hal demikian itu dilakukan oleh Srila Prabhupada ketika beliau pergi kenegara barat. Beliau hanya mengambil sepasang kartal dan pergi ke Taman dimana para hippies sedang bergumul dengan obat-obat terlarang dan mabuk mabukan. Srila Prabhupada hanya mengucapkan Maha mantra Hare Krsna HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE Hanya bernyanyi beliau memenuhi seluruh atmosfir dengan getaran suara rohani, dimana cara ini memiliki daya tarik yang alamiah. Krsna adalah yang maha menarik, begitu pula dengan nama suciNya, karena itu antara Sri Krsna dan nama suciNya tidak ada bedanya. Jadi miliki daya tarik yang wajar. Karena itu kaum hippies tersebut secara otomatis tertarik, anda mengerti…? Dengan jalan ini beliau menanamkan sradha (keyakinan) kepada mereka. Setelah itu barulah beliau mengajar mereka. Demikianlah caranya. Bila tidak melaksanakan seperti itu, dimana kalau kamu langsung bicara tentang kemulian dan kehebatan nama suci kepada orang-orang yang belum memiliki keyakinan, maka kamu akan melakukan kesalahan.
8. ANYA SUBHA KARMA SAHA HARI NAMA SAMAN
(dharma vraha tyaga hutadi sarva subha krya samyam api pramadah)
Menganggap cara mengucapkan maha mantra Hare Krsna sama dengan kegiatan saleh
lainya.
Saya sudah berkali-kali mengajarkan kalian semua bahwa antara nama suci dengan Sri Krsna tidak ada bedanya. Sri Krsna adalah absolute maka nama beliaupun absolute. Sri Krsna adalah yang paling utama, Tuhan yang Maha Esa, kebenaran mutlak, tidak seorangpun sejajar dengan Sri Krsna. Begitu pula halnya tidak ada sesuatupun yang sejajar dengan namaNya, jadi bila seseorang berpikir bahwa pengucapan maha mantra Hare Krsna sebaik melakukan kegiatan saleh lainnya, dia melakukan kesalahan. Pada umumnya para mayawadi berpikir atau berkata demikian. Jadi kalau kalian bergaul dengan para mayawadi maka secara otomatis kalian akan melakukan kesalahan ini.
Saya sudah berkali-kali mengajarkan kalian semua bahwa antara nama suci dengan Sri Krsna tidak ada bedanya. Sri Krsna adalah absolute maka nama beliaupun absolute. Sri Krsna adalah yang paling utama, Tuhan yang Maha Esa, kebenaran mutlak, tidak seorangpun sejajar dengan Sri Krsna. Begitu pula halnya tidak ada sesuatupun yang sejajar dengan namaNya, jadi bila seseorang berpikir bahwa pengucapan maha mantra Hare Krsna sebaik melakukan kegiatan saleh lainnya, dia melakukan kesalahan. Pada umumnya para mayawadi berpikir atau berkata demikian. Jadi kalau kalian bergaul dengan para mayawadi maka secara otomatis kalian akan melakukan kesalahan ini.
9. NAMA GRAHANA SAMAYE ASAVADHANATA
(anavadhanata)
Tidak memberikan perhatian yang penuh/serius pada saat mengucapkan nama suci.
“nama grahana samaye asavadhanata” pada saat mengucapkan nama suci/ maha mantra yang diberikan oleh guru pada saat diksa, seorang sisya semestinya memusatkan segala perhatiannya terhadap maha mantra. Kalian semestinya mantap dalam pikiran terhadap Krsna apakah mengerti…? Ini berarti pada saat guru memerintahkan untuk berjapa 16 putaran setiap hari dengan japa ini, hendaknya berjapa dengan sangat hati-hati dengan penuh perhatian. Dengan memusatkan pikiran dan perkataan kepada Sri Krsna. Pada dasarnya sifat dari pikiran itu selalu naik turun (bergelombang) goyah atau terombang-ambing, itu adalah biasa. Jadi untuk melengkapi jumlah putaran yang diwajibkan, kadang-kadang dalam berjapa kurang perhatian (… guru meniru cara berjapa yang cepat dan kurang jelas). Pikiran bergelombang dan pergi kearah lain dan japa menuju arah lainnya lagi, itu adalah suatu kesalahan. Penyembah hendaknya jangan melakukan hal ini, jadi siapaun yang memiliki sifat dimana pikirannya selalu bergelombang, goyah dan terombang ambing, dia hendaknya sangat hati-hati untuk menyelesaikan japa sesuai dengan jumlah putaran yang telah diwajibkan. Bila memungkinkan selesaikan japa tersebut pada pagi hari pada saat Brahma muhurta, yaitu mulai jam 04.00- 06.00. itulah saat yang paling baik dan tepat. Pada saat ini pikiran tidak akan bergelombang terlalu keras sehingga dengan mudah memusatkan pikiran, karena pada saat ini kebanyakan orang belum bangun tidur, maka tidak ada getaran suara lain yang datang sehingga suasana sangat tenang dan damai, maka dengan mudah dapat memusatkan pikiran. Sedangkan pada jam-jam lainnya pikiran pasti akan bergelombang dengan keras. Jadi saat antara jam 04.00-06.00 adalah saat yang sangat tepat dan mendukung. Jadi usahakanlah berjapa sebanyak mungkin pada saat tersebut, maka anda semua akan terhindar dari kesalahan diatas. Sedangkan sisa putaran yang belum selesai dapat diselesaikan pada saat suasana tenang sebelum tidur, dimana pikiran tidak diganggu oleh pikiran-pikiran lainnya. Selesaikan japamu baru kemudian tidur, inilah jalan yang paling mudah, sedangkan menjelang tengah hari antara jam 10.00 dan jam 11.00 atau jam 14.00 sangat sulit untuk berkonsentrasi. Jadi itulah cara terbaik untuk berjapa semaksimal mungkin antara jam 04.00-06.00 pagi karena pada saat itu anda akan merasa enak sekali, bila kalian dapat berjapa dengan baik maka kalian akan merasa sangat bahagia dan kalian dengan mudah dapat menghadapi maya, dan mengatasinya. Bila tidak demikian maka akan merasa sangat sulit sekali, bahkan maya akan menguasai kalian. Begitulah kenyataannya maka dari itu siapapun jangan melakukan kesalahan ini. Ada suatu hal yang penting yang ingin saya tambahkan. Bila seseorang berjapa pada tingkat permulaan, tentu tidak dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada bentuk Sri Krsna. Maka akan lebih bijaksana bila berjapa dihadapan arca sehingga dengan mudah dapat berkonsentrasi, atau berjapalah dihadapan foto Sri-Sri Radha Krsna dan berjapa dalam pergaulan bersama Vaisnava sadhu. Demikianlah prosesnya kalau kalian mengikutinya dengan baik maka pikiran tidak akan bergelombang atau terombang-ambing lagi, dan jika pikiran sudah mantap maka tidak akan ada masalah lagi dan kalian akan selamat. Orang demikian dapat berjapa dimana saja, karena pikirannya sudah mantap. Dia sudah tidak pernah terganggu oleh kebisingan dari luar atau apapun juga. Tetapi selama kalian belum mencapai tingkatan ini, maka kalian mesti berjapa sesuai proses tersebut diatas.
“nama grahana samaye asavadhanata” pada saat mengucapkan nama suci/ maha mantra yang diberikan oleh guru pada saat diksa, seorang sisya semestinya memusatkan segala perhatiannya terhadap maha mantra. Kalian semestinya mantap dalam pikiran terhadap Krsna apakah mengerti…? Ini berarti pada saat guru memerintahkan untuk berjapa 16 putaran setiap hari dengan japa ini, hendaknya berjapa dengan sangat hati-hati dengan penuh perhatian. Dengan memusatkan pikiran dan perkataan kepada Sri Krsna. Pada dasarnya sifat dari pikiran itu selalu naik turun (bergelombang) goyah atau terombang-ambing, itu adalah biasa. Jadi untuk melengkapi jumlah putaran yang diwajibkan, kadang-kadang dalam berjapa kurang perhatian (… guru meniru cara berjapa yang cepat dan kurang jelas). Pikiran bergelombang dan pergi kearah lain dan japa menuju arah lainnya lagi, itu adalah suatu kesalahan. Penyembah hendaknya jangan melakukan hal ini, jadi siapaun yang memiliki sifat dimana pikirannya selalu bergelombang, goyah dan terombang ambing, dia hendaknya sangat hati-hati untuk menyelesaikan japa sesuai dengan jumlah putaran yang telah diwajibkan. Bila memungkinkan selesaikan japa tersebut pada pagi hari pada saat Brahma muhurta, yaitu mulai jam 04.00- 06.00. itulah saat yang paling baik dan tepat. Pada saat ini pikiran tidak akan bergelombang terlalu keras sehingga dengan mudah memusatkan pikiran, karena pada saat ini kebanyakan orang belum bangun tidur, maka tidak ada getaran suara lain yang datang sehingga suasana sangat tenang dan damai, maka dengan mudah dapat memusatkan pikiran. Sedangkan pada jam-jam lainnya pikiran pasti akan bergelombang dengan keras. Jadi saat antara jam 04.00-06.00 adalah saat yang sangat tepat dan mendukung. Jadi usahakanlah berjapa sebanyak mungkin pada saat tersebut, maka anda semua akan terhindar dari kesalahan diatas. Sedangkan sisa putaran yang belum selesai dapat diselesaikan pada saat suasana tenang sebelum tidur, dimana pikiran tidak diganggu oleh pikiran-pikiran lainnya. Selesaikan japamu baru kemudian tidur, inilah jalan yang paling mudah, sedangkan menjelang tengah hari antara jam 10.00 dan jam 11.00 atau jam 14.00 sangat sulit untuk berkonsentrasi. Jadi itulah cara terbaik untuk berjapa semaksimal mungkin antara jam 04.00-06.00 pagi karena pada saat itu anda akan merasa enak sekali, bila kalian dapat berjapa dengan baik maka kalian akan merasa sangat bahagia dan kalian dengan mudah dapat menghadapi maya, dan mengatasinya. Bila tidak demikian maka akan merasa sangat sulit sekali, bahkan maya akan menguasai kalian. Begitulah kenyataannya maka dari itu siapapun jangan melakukan kesalahan ini. Ada suatu hal yang penting yang ingin saya tambahkan. Bila seseorang berjapa pada tingkat permulaan, tentu tidak dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada bentuk Sri Krsna. Maka akan lebih bijaksana bila berjapa dihadapan arca sehingga dengan mudah dapat berkonsentrasi, atau berjapalah dihadapan foto Sri-Sri Radha Krsna dan berjapa dalam pergaulan bersama Vaisnava sadhu. Demikianlah prosesnya kalau kalian mengikutinya dengan baik maka pikiran tidak akan bergelombang atau terombang-ambing lagi, dan jika pikiran sudah mantap maka tidak akan ada masalah lagi dan kalian akan selamat. Orang demikian dapat berjapa dimana saja, karena pikirannya sudah mantap. Dia sudah tidak pernah terganggu oleh kebisingan dari luar atau apapun juga. Tetapi selama kalian belum mencapai tingkatan ini, maka kalian mesti berjapa sesuai proses tersebut diatas.
10. AHAM-MAMABHUDI TYAGA NAKARIBA
(srute’pi nama mahatmye yah priti-rahito narah aham namadi-paramao namni so’pi aparadhakrt)
Masih ragu-ragu dalam mengucapkan nama suci dan masih tetap memelihara keteriktan
material, walaupun sudah mengerti tentang ajaran tersebut. (mentalitas aku dan milikku)
“ahammamabhudi tyaga nakariba” Guru maharaja, guru kerohanian memberikan begitu banyak petunjuk-petunjuk dan para penyembah setiap hari mendengarkan dari Sri guru yang sedang menyampaikan Srimad Bhagavatam, dan banyak perintah ada disana dan kami mengatakan secara berulang-ulang segala sesuatu adalah milik Sri Krsna. Amaravalite prbhu are kichu nahin, bagaimanapun saya tidak bisa berkata bahwa ini adalah milikku, atau “aku dan milikku”. Saya adalah pelayan kekal dari Sri Krsna, saya adalah milik Sri Krsna. Saya bukan milik diri saya, badan, pikiran, kata-kata, segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai milikiku adalah milik Sri Krsna. “amaravalite prabhu are kichu nahin” tidak ada suatu apapun yang dapat saya katakan sebagai milikku. Sri guru deva, guru kerohanian mengatakan hal ini berulang kali. Semua sastra semua acarya, semua mahajanas, semua sudah mengatakan secara berulang-ulang dan juga ketika sedang di inisiasi oleh Sri guru. Bila seorang sisya mengatakan “aku dan milikku” ia melakukan kesalahan itulah kesalahan terakhir/ kesalahan yang ke-10 Jadi berhati-hatilah dan jaga ke- 10 jenis kesalahan itu dalam pikiran kalian setiap hari kalian harus membaca dan mengingat serta mencoba untuk menghindari semua kesalahan ini. Jadi coba lebih berhati-hati seraya menghindari kesalahan-kesalahan tersebut satu-persatu, mulai kesalahan no. 1, 2, 3 dan seterusnya seperti itu, dengan cara ini menjadikan diri kalian tidak bersalah dan memuji nama suci tampa kesalahan, kemudian kalian akan memperoleh Krsna prema, kalian akan memperoleh Krsna. Kalau tidak demikian kalian tidak akan mungkin memperolehNya. Guru memberikan kalian Krsna, memberi Krsna Nama, Nama Krsna berarti memberikan Krsna “ambil Krsna”. Bila kalian berhasrat untuk memperoleh Krsna, selalu berdoa kepada gurudeva “oh Sri gurudeva tolonglah berikan saya Krsna, silahkan curahkan karunia anda kepada saya, karena saya hanya ingin Sri Krsna. Bukankah begitu…?” krsne se tomara krsne dite paro tomara sakati ache ami to kangale Krsna Krsna boli dhai tava pache pavhe Apa kalian mengerti…? Kami menyanyikannya, O Sri Gurudeva, O Vaisnava Thakur, Krsna adalah milik dirimu, Krsna milik dirimu, kalian mengerti…? Anda telah mengikat Krsna di dalam hati anda dan Krsna tidak bisa meninggalkan hati anda, Krsna tidak sanggup meninggalkan hati anda, jadi Krsna adalah milik anda, saya ingin Krsna, saya sangat berhasrat dan saya sangat serius bagaimana memperoleh Krsna. Jadi kalian berlari sedemikian rupa menuju seorang guru, silahkan O gurudeva, Oh Vaisnava thakur, silahkan, silahkan taburkan karunia, berikan saya Krsna, berikan kami Krsna, persis seperti seorang peminta-minta orang yang tidak punya uang se-sen pun akan mengikuti seorang yang kaya, tolonglah berikan saya satu sen. Sama halnya disini kalian mengatakan berikan saya Krsna. Apakah kalian mengerti…? Kemudian Vaisnava Thakur adalah cukup berkarunia, beliau menaburkan karunia kepada kalian, baiklah saya berikan kalian Krsna, jadi ambillah Krsna!! Namanya tidak berbeda dengan Krsna sendiri, jadi jagalah nama suci tersebut. Kegelapan yang kecil sekalipun, ketidak hatihatian, akan menyebabkan anda kehilngan Krsna, pikirkanlah hal itu dengan sepenuh hati. Krsna akan pergi dari kalian, kemudian kalian akan menangis Ahaaaaaa…..!! oh saya kehilangan Krsna, dimanakah Krsna, kemudian apa yang bisa dilakukan…? Tapi Sri guru begitu baik hati, beliau lagi memberikan curahan karunia dan memberikan kalian Krsna, ambil Krsna…! Tapi jaga Krsna dengan sebaik-baiknya, lebih berhati-hatilah, kalau tidak demikian kegelapan sekilaspun dapat menyebabkan kalian kehilangan Krsna… jadi berhati-hatilah…!! Terimakasih banyak.
“ahammamabhudi tyaga nakariba” Guru maharaja, guru kerohanian memberikan begitu banyak petunjuk-petunjuk dan para penyembah setiap hari mendengarkan dari Sri guru yang sedang menyampaikan Srimad Bhagavatam, dan banyak perintah ada disana dan kami mengatakan secara berulang-ulang segala sesuatu adalah milik Sri Krsna. Amaravalite prbhu are kichu nahin, bagaimanapun saya tidak bisa berkata bahwa ini adalah milikku, atau “aku dan milikku”. Saya adalah pelayan kekal dari Sri Krsna, saya adalah milik Sri Krsna. Saya bukan milik diri saya, badan, pikiran, kata-kata, segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai milikiku adalah milik Sri Krsna. “amaravalite prabhu are kichu nahin” tidak ada suatu apapun yang dapat saya katakan sebagai milikku. Sri guru deva, guru kerohanian mengatakan hal ini berulang kali. Semua sastra semua acarya, semua mahajanas, semua sudah mengatakan secara berulang-ulang dan juga ketika sedang di inisiasi oleh Sri guru. Bila seorang sisya mengatakan “aku dan milikku” ia melakukan kesalahan itulah kesalahan terakhir/ kesalahan yang ke-10 Jadi berhati-hatilah dan jaga ke- 10 jenis kesalahan itu dalam pikiran kalian setiap hari kalian harus membaca dan mengingat serta mencoba untuk menghindari semua kesalahan ini. Jadi coba lebih berhati-hati seraya menghindari kesalahan-kesalahan tersebut satu-persatu, mulai kesalahan no. 1, 2, 3 dan seterusnya seperti itu, dengan cara ini menjadikan diri kalian tidak bersalah dan memuji nama suci tampa kesalahan, kemudian kalian akan memperoleh Krsna prema, kalian akan memperoleh Krsna. Kalau tidak demikian kalian tidak akan mungkin memperolehNya. Guru memberikan kalian Krsna, memberi Krsna Nama, Nama Krsna berarti memberikan Krsna “ambil Krsna”. Bila kalian berhasrat untuk memperoleh Krsna, selalu berdoa kepada gurudeva “oh Sri gurudeva tolonglah berikan saya Krsna, silahkan curahkan karunia anda kepada saya, karena saya hanya ingin Sri Krsna. Bukankah begitu…?” krsne se tomara krsne dite paro tomara sakati ache ami to kangale Krsna Krsna boli dhai tava pache pavhe Apa kalian mengerti…? Kami menyanyikannya, O Sri Gurudeva, O Vaisnava Thakur, Krsna adalah milik dirimu, Krsna milik dirimu, kalian mengerti…? Anda telah mengikat Krsna di dalam hati anda dan Krsna tidak bisa meninggalkan hati anda, Krsna tidak sanggup meninggalkan hati anda, jadi Krsna adalah milik anda, saya ingin Krsna, saya sangat berhasrat dan saya sangat serius bagaimana memperoleh Krsna. Jadi kalian berlari sedemikian rupa menuju seorang guru, silahkan O gurudeva, Oh Vaisnava thakur, silahkan, silahkan taburkan karunia, berikan saya Krsna, berikan kami Krsna, persis seperti seorang peminta-minta orang yang tidak punya uang se-sen pun akan mengikuti seorang yang kaya, tolonglah berikan saya satu sen. Sama halnya disini kalian mengatakan berikan saya Krsna. Apakah kalian mengerti…? Kemudian Vaisnava Thakur adalah cukup berkarunia, beliau menaburkan karunia kepada kalian, baiklah saya berikan kalian Krsna, jadi ambillah Krsna!! Namanya tidak berbeda dengan Krsna sendiri, jadi jagalah nama suci tersebut. Kegelapan yang kecil sekalipun, ketidak hatihatian, akan menyebabkan anda kehilngan Krsna, pikirkanlah hal itu dengan sepenuh hati. Krsna akan pergi dari kalian, kemudian kalian akan menangis Ahaaaaaa…..!! oh saya kehilangan Krsna, dimanakah Krsna, kemudian apa yang bisa dilakukan…? Tapi Sri guru begitu baik hati, beliau lagi memberikan curahan karunia dan memberikan kalian Krsna, ambil Krsna…! Tapi jaga Krsna dengan sebaik-baiknya, lebih berhati-hatilah, kalau tidak demikian kegelapan sekilaspun dapat menyebabkan kalian kehilangan Krsna… jadi berhati-hatilah…!! Terimakasih banyak.