Kamis, 27 Februari 2020

NAMA APARADHA



NAMA APARADHA 
Pelajaran yang diberikan oleh H. H Srila Gour Govinda Swami Maharaja pada saat upacara diksa di Bhubaneswar, India bersamaan dengan Janmastami, 14 Agustus 1990 

Pengantar 
Avaignavopadistena mantrena nirayam vrajet punas ca vidhina samyag grahayed vaisnavad guroh 
(narada pancaratra) 
Di dalam Hari Bhakti Vilasa, Sri Sanatana Goswami mengatakan, bahwa seseorang hendaknya tidak mengambil mantra diksa dari seseorang yang bukan Vaisnava. Jadi siapa yang dapat disebut sebagai Vaisnava?. Seorang Stri Sangi- yaitu orang terlalu terikat dengan wanita dan yang bukan penyembah Sri Krsna maka dia bukanlah seorang Vaisnava. Apabila seorang menerima diksa (mantra) dari seorang yang bukan Vaisnava maka dia akan jatuh ke neraka. Karena itu menurut prinsip-prinsip guru, sadhu, sastra seseorang hendaknya hanya menerima mantra diksa dari seorang Vaisnava- guru yang dapat dipercaya dan bonafide.

 nr- deham adyam su labham su-durlabham oakvam su-kalpam guru-karandharam mayanukulena nabbasuateritam puman bhavabdhim na taret sa atma ha 

“badan manusia dapat memberikan segala macam keberuntungan dalam kehidupan yang karena susunan hukum alam akan secara otomatis dapat dicapai. Walaupun demikian kehidupan sebagai manusia ini sangat sulit dan jarang dicapai. Badan manusia dapat dibandingkan sebagai kapal atau perahu yang dibuat secara sempurna. Sedangkan guru kerohanian adalah sebagai nahkoda (yang ahli dan berpengalaman) dan ajaran-ajaran dan perintah Kepribadian Tuhan Yangan Maha Esa adalah sebagai angin baik yang dapat mendorong lajunya perahu tersebut. Dengan mempertimbangkan semua keberuntungan ini, seorang manusia yang tidak menggunakan kehidupannya untuk menyeberangi lautan kehidupan material dapat disebut sebagai pembunuh roh (bunuh diri secara rohani).

Srimad Bhagavatam skanda 11 telah mengatakan hal ini: “bahwa kehidupan dalam bentuk badan manusia ini sangat jarang dan sulit sekali diperoleh. Namun demikian tetap merupakan kapal/ perahu yang sangat baik untuk menyeberangi lautan material. Untuk itu seorang nahkoda yang ahli (karandhar) sangat dibutuhkan untuk ditempatkan dalam kapal ini. dan seorang Vaisnava guru-adalah nahkoda yang sangat ahli tersebut, selanjutnya sebagai angin yang baik adalah karunia Sri Krsna yang akan membantu perahu tersebut menyeberangi samudra kehidupan material. Segala fasilitas yang baik ini telah diberikan kepada semua orang pada saat lahir sebagai manusia. Namun bila mereka sama sekali tidak berusaha untuk menyeberangi samudera kehidupan material yang penuh kesengsaraan ini, maka dia sebenarnya sedang bunuh diri. Jadi orang hendaknya mencari seorang guru kerohanian (sad guru) yang dapat dipercaya dan selanjutnya menerima mantra diksa (inisiasi) dari sad guru tersebut. Pada saat guru memberikan mantra diksa, terlebih dahulu beliau akan mengajarkan tentang Nama Aparadha, yaitu kesalahan- kesalahan yang dilakukan sehubungan dengan pengucapan Nama Suci, karena itu setiap calon murid hendaknya mengerti jelas sekali tentang Nama Aparadha tersebut. 

SEPULUH JENIS KESALAHAN TERHADAP NAMA SUCI 


1. SADHU NINDA: 
menghina/ mengkritik para Vaisnava/ sadhu. (satam ninda namnah paramam aparadham vitanute yatah khayatim yatam katham u sahate tad-vigraham) 

Kesalahan pertama adalah menghina atau mengkritik para sadhu (Vaisnava) yang disebut sadhu ninda. Siapa sadhu tersebut?. Sadhu adalah orang yang telah sepenuhnya menyerahkan diri kepada kaki padma Sri Krsna. Orang yang telah mengabdikan seluruh kehidupannya untuk mengajarkan ajaran Bhagavan Sri Krsna keseluruh dunia adalah seorang Vaisnava sadhu. Karena itu kalian hendaknya jangan sampai menghina atau mengkritik seorang sadhu. 


2. Menganggap nama-nama para dewa seperti Siwa atau dewa Brahma sejajar atau tidak tergantung dengan nama suci Sri Visnu. (sivasya Sri-visnor ya iha guna-namadi-sakalam dhiya bhinam pasyet sa khalu hari-namahitakarah).

 Adalah suatu kesalahan kalau berpikir bahwa para dewa yang lainnya adalah sebagai Bhagavan dan juga berpikir bahwa nama suci, bentuk sifat-sifat dan kualitas, kegiatan atau lila Sri Krsna berbeda dengan Sri Krsna sendiri. Juga bila kalian berpikir bahwa dewa Siwa dan dewa Brahma adalah bhagavan atau Tuhan atau kalian berpikir bahwa nama dewa Siwa dan dewa Brahma sejajar dengan nama suci Sri Visnu atau Sri Krsna, atau beranggapan bahwa mengucapkan atau berjapa nama dewa Siwa atau dewa Brahma sebaik mengucapkan (japa) Maha Mantra Hare Krsna adalah juga suatu kesalahan. Karena itu seorang bhakta, penyembah atau Vaisnava hendaknya tidak berpikir seperti itu. Dijelaskan bahwa: 

Anyadeba sha Vishnu kaje mane se bada agyani isa tatta nahijane a jada jagate Vishnu param isvara girisadi jatadeba tahar kinkara vasudev chade jei anya deva bhaje iswar chadiya sei samsaratemaje 

Di dalam sastra dikatakan bahwa Tuhan Sri visnu ata Sri Krsna adalah parameswara. Sedangkan para dewa yang lainnya bahkan dewa Siwa dan dewa Brahma adalah sebagai pembantunya. Bila Sri Krsna atau Sri Visnu dipuja dengan baik, otomatis semua dewa-dewa yang lain ikut dipuja. Untuk itu pemujaan khusus atau terpisah untuk para dewa tidak diperlukan. Maka selanjutnya timbul suatu pertanyaan. Apakah kita boleh mengabaikan atau sama sekali tidak perlu menghormati para dewa,?, atau bagaimana caranya kita berhubungan dengan para dewa? Jawabannya adalah: bahwa seorang Vaisnava hendaknya selalu hormat kepada para dewa, karena semua dewa adalah pelayan atau pembantu- pembantu Sri Krsna/ Sri Vishnu, maka dengan demikian mereka adalah para Vaisnava, tetapi bukan jyatha –tatha anyadeva karenadarsan, Krsna dasa bali tare Karen bandan. Seorang Vaisnava semestinya tidak melecehkan dewa manapun, mereka semuanya adalah pelayan Sri Vishnu/Sri Krsna, dengan cara demikian mereka semuanya adalah Vaisnava, walaupun bukan Vaisnava- Vaisnava yang murni, mereka tetap adalah Vaisnava. Jadi seorang penyembah semestinya selalu hormat kepada para dewa jangan sampai kurang hormat atau bahkan melecehkan para dewa. 


3. GURU VAKYA AVAJNA (guror avajna) 
Tidak melaksanakan/ mengabaikan nama tattva-vit guru Kesalahan yang ke- 3 adalah tidak melaksanakan/ mengikuti nama tatva-vit guru. 

Ini adalah kesalahan yang paling besar dan paling serius. Kesalahan-kesalahan yang lain mungkin dapat dimaafkan dengan suatu cara tertentu, tetapi sama sekali tidak ada maaf bila seseorang tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya. Jadi ini adalah kesalahan yang paling penting dan paling keras atau serius, karena ini suatu kesalahan yang sangat besar, maka semuanya harus memperhatikan dan mengertikannya dengan baik. Seorang murid hendaknya jangan menganggap sang guru kerohanian sebagai manusia biasa. 

acaryam mam vijaniyan nava manyetas karhicit na martya-buddhyasuyeta sarva deva mayo guruh

 “ seorang hendaknya mengerti bahwa para acarya sebagai diri-Ku dan dalam keadaan manapun jangan sampai tidak menghormatinya. Orang hendaknya jangan berpikir bahwa acarya adalah orang biasa. Karena dia adalah wakil dari semua dewa (Srimad Bhagavatam 11.17.27) Inilah ajaran Sri Krsna. Kalian hendaknya jangan pernah berpikir bahwa acarya atau guru kerohanian sebagai manusia biasa “mat-svarupa”, guru adalah manifestasi dari Tuhan Sri Krsna dan semua kepribadian ada pada kepribadian Sri Guru.

 gurute abagyan jar trar aparadh se aparadhe tar haye braktibadh gurute achala sraddha kare jei jana suddha nama bale pai se permadhan sad guru prapti jei abagya acHare se papist aparadhi sarbatra samsare sad guru apsaradh ati bhayankara ehi aparadhi nasta hoya deva nara

telah dinyatakan dalam sastra, seharusnya seorang murid mengembangkan bhakti yang mantap tampa menyimpang kepada Tuhan Sri Krsna. Pasti dengan mudah sekali memperoleh bhakti yang murni ( suddha Bhakti). Dengan mudah sekali mereka akan kembali pulang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang hendaknya sangat hati-hati sekali untuk menerima seorang sang guru. Guru yang bonafide (yang dapat dipercaya) penyembah murni Sri Krsna, suddha bhakte layivena guru rupe basi, dinyatakan bahwa hendaknya menerima seorang sudhha bhakta, penyembah murni Sri Krsna sebagai guru kerohanian. Seorang semestinya menerima guru seperti itu, seseorang harus berhati-hati, kalau tidak hati-hati dia akan tertipu. Dia akan menerima seorang penipu atau hypocrite. Jadi seorang murid hendaknya selalu berusaha untuk melaksanakan segala ajaran, petunjuk, dan perintah-perintah dari gurunya. Inilah kesalahan yang paling serius bila seorang murid tidak melaksanakan perintah-perintah dan ajaran gurunya. 


4. SRUTI SASTRA NINDA (sruti sastra nindanam)
 Menghina kesusastraan veda Kesalahan ke- 4 adalah srutti sastra ninda
menghina kesusastraan/ kitab suci veda 

maya badha jibe Krsna bahu krpakari veda purandi dila arya gyan dhari maya mugda jiber nahi Krsna smrti gyan jiber kripaye kaile Krsna veda piuran 

disini dikatakan, bahwa roh yang terikat telah melupakan Sri Krsna, maka atas karunia beliau yang tiada sebabnya, Sri Krsna telah memberikan semua kesusastraan weda. Karena itu kalian hendaknya jangan pernah menghina kitab-kitab suci weda tersebut. 


5. NAMA ARTAVADA (tathartha vadah) Menafsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa Nama arthavada, berarti menafsirkan nama suci Sri Krsna dengan berbagai jalan, 

Contohnya orang yang melakukan kesalahan bisa mengatakan: “Krsna artinya hitam”, dalam abhidan (kamus sansekerta) dikatakan demikian dan ini adalah kesalahan. Krsna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, kebenaran mutlak. Karena itu kalian hendaknya tidak menfsirkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa atau Sri Krsna, atau memberi arti lain dengan berbagai cara apapun, itu adalah suatu kesalahan. Banyak orang juga mengatakan sebagai berikut, “memang di dalam sastra dinyatakan tentang kehebatan nama suci tetapi sesungguhnya itu tidak benar karena itu hanya dilebih-lebihkan saja yang maksudnya agar orang tertarik pada nama suci Sri Hari”. Ini juga kesalahan, mereka yang mengembangkan sikap ragu-ragu (samsaya atma) terhadap nama suci ini otomatis dia sudah melakukan kesalahan. Kalian hendaknya jangan pernah ragu-ragu terhadap nama suci Sri Krsna yang tidak berbeda dengan Sri Krsna sendiri “abhinna twam nama namina”. Dan khususnya pada zaman kali ini tidak ada inkarnasi lain dari Sri Krsna, hanya ada satu inkarnasi-Nya yaitu nama suci Krsna. Kali yuga nama rupe Krsna avatar, inilah petunjuk sastra, dan kesimpulan sastra, siddhanta. Dalam hal ini telah diberikan dalam semua sastra dan khususnya dinyatakan sendiri oleh Sri Caitanya Mahaprabhu yang tidak lain adalah Sri Krsna sendiri yang telah datang sebagai seorang penyembah, seorang acarya, beliau mengatakan seperti ini: bila seseorang melakukan kesalahan itu berarti dia telah meragukan nama suci Sri Krsna, dan bagi mereka yang memberikan penafsiran yang berbeda terhadap nama suci ini, mereka adalah salah besar dan bila pada suatu kesempatan kalian bertemu dengan seorang pendosa dan berbicara dengan orang tersebut, itu juga berbuat kesalahan. Untuk menyucikan diri dari kesalahan tersebut kalian hendaknya mandi di air sungai gangga, bila tidak ada sungai gangga kalian hendaknya mandi di air suci yang lainnya. Sambil mengucapkan mantra gangga dia hendaknya segera mandi, bila tidak demikian kesalahan tersebut tidak akan bisa diperbaiki atau disucikan. 


6. NAMAVALE PAPABUDHI (namo balad yasya hi papa-buddhir na vidyate tasya yamair hi subdhih) Melakukan kegiatan berdosa atas kekuatan nama suci Tuhan. 

Kesalahan ke- 6 disebut namavale papbhudi, artinya melakukan kegiatan yang berdosa atas kekuatan dari pengucapan nama suci. Dikatakan dalam sastra “eka Krsna kare sarwa papa kshya” satu nama Sri Krsna sudah sangat kuat sekali, bahkan mampu menghancurkan dosa-dosa yang telah dikumpulkan dari sejak berjuta-juta kali penjelmaan, jadi sangat kuat sekali, hanya satu nama Krsna saja “eka Krsna kare sarwa papa kshya”, kemudian bila sesorang mengatakan atau berpikir “wah ini adalah senjata yang sangat ampuh yang sudah saya miliki sekarang, karena itu saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna dan menghancurkan seluruh reaksi dosa, kemudian saya akan mengucapkan maha mantra Hare Krsna lagi untuk menghilangkan reaksinya”. Mentalitas ini disebut navale papabuddhi, itu berarti melakukan suatu hal yang berdosa atas kekuatan pengucapan Hari Nama. Ini adalah suatu kesalahan. Karena itu janganlah mengembangkan mentalitas seperti itu. Bagi mereka yang menerima seorang guru yang bonafide dan sedang di inisiasi olehnya, untuk mendapatkan Hari nama, mereka semestinya tidak memikirkan tentang hal-hal yang berdosa dan semestinya dia sangat hati-hati, bahkan didalam hati sekalipun jangan pernah berpikir tentang kegiatan berdosa. Walaupun pada zaman kali sesorang mendapat maaf, yaitu bahwa pada zaman kali kalau seseorang berpikir tentang kegiatan berdosa hanya dalam pikirannya saja, dia tidak akan menerima reaksi dosa dan kegiatan yang berdosa, kalau dia tidak melakukannya, tetapi pada zaman kali seseorang baru berpikir saja bahwa dia akan menerima seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya (bonafide) dan menerima Hari Nama dari beliau, walau hanya berpikir saja dia sudah mendapatkan hasil. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, segera memperlihatkan karunia kepadanya, jadi hasil yang sangat baik, hanya dengan berpikir saja, apalagi kalau mereka bertindak atau akan berbuat kearah itu. Tapi mereka yang sudah didiksa atau diinisiasi, hendaknya sangat berhati-hati sekali jangan sampai memikirkan tentang kegiatan berdosa. Tentu saja pikiran itu sangat lemah sekali, secara tidak disadari akan berpikir tentang sesuatu, tetapi sesorang hendaknya dengan sangat serius sekali dan bersumpah bahwa mulai sejak ini dan seterusnya tidak memberikan pikiran kalian yang lemah itu untuk berpikir tentang dosa apapun. Sri Krsna sebagai paramaatman yang bersemayam didalam hati, beliau mengetahui sampai dimana keseriusanmu dan bagaimana perkembangan keyakinanmu terhadap nama suci. Beliau mengetahui isi hati kita. Inilah hal yang sangat penting, bila dalam hati tidak ada apa-apa tapi hari nama masuk kedalam pikiran dan selekasnya ia menjadi sadar. Oh pikiran yang bodoh dan lemah ini telah memikirkan sesuatu yang buruk dan segera dia mengucapkan Maha mantra Hare Krsna dan berdoa dengan serius dari hatinya yang paling dalam kepada Sri Krsna dan nama suci untuk memaafkannya, maka dia akan dimaafkan, tetapi hal itu jangan dilakukan berulang-ulang, mengertikah kalian dengan semua yang saya katakan..? Sehubungan dengan hal ini perkenankan saya mengatakan satu hal lagi. Bagi mereka yang bukan penyembah/para asadhu dan bagi mereka yang menjadi penipu/munafik, dimana diluar mereka berpenampilan sebagai penyembah atau Vaisnava, tetapi didalamnya lain, mereka tidak lebih sebagai seorang munafik dan penipu. Dengan bergaul dengan orang-orang penipu, orang-orang munafik, yang hanya di luarnya saja berpakaian sebagai seorang penyembah (Vaisnava/bhakta), berjapa Hare Krsna, tetapi didalamnya tidak demikian halnya, mereka itulah yang disebut penipu atau munafik, apakah mengerti…? Kalau bergaul dengan mereka maka pemikiran-pemikiran berdosa akan masuk kedalam pikiran. Bila seseorang sangat hati-hati dalam hal ini, untuk tidak bergaul dengan orang-orang seperti itu yaitu yang memungkinkan dia berbuat kesalahan, mungkin dapat menghindarkan diri dari kesalahan seperti itu. Bila tidak demikian akan sangat sulit adanya. 

7. SRADAHINA JANE NAMA UPADESH (asraddhane vimukhe py asrnvati yas copadesah siva namparadah) Mengajarkan kemuliaan nama suci terhadap orang-orang yang tidak berkeyakinan. 

Sradhahina jane nama upadesh artinya bahwa seorang penyembah hendaknya jangan menjelaskan tentang kehebatan dan kemuliaan nama suci kepada orang-orang yang belum mengembangkan keyakinan yang kuat terhadap nama suci dan juga terhadap Sri Krsna sendiri. Jadi adalah suatu kesalahan bila mengajarkan atau membicarakan kemuliaan nama suci kepada orang-orang demikian itu “sradahina jane nama upadesh” hanya orang-orang yang sudah mengembangkan keyakinan sepenuhnya terhadap Sri Krsna dan nama suciNya memenuhi syarat untuk menerima nama suci. Kewajiban bagi mereka yang akan mengajarkan tentang nama suci adalah bahwa mereka pertama-tama harus mengucapkan nama suci ini dengan suara keras: 

HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE 

Melalui cara mengucapkan nama suci dengan suara keras seseorang akan menanamkan keyakinan kepada orang yang belum menumbuhkan keyakinan kepada nama suci. Inilah langkah awal, jangan membicarakan apapun tentang nama suci, cukup hanya berjapa dengan suara keras, laksanakan kirtan dengan suara keras dan biarkan mereka mendengarkan getaran suara rohani ini. itulah yang sangat penting, bila ia menyentuh telinga-telinga seperti itu, maka secara berangsur-angsur dia akan mengembangkan keyakinannya, hal demikian itu dilakukan oleh Srila Prabhupada ketika beliau pergi kenegara barat. Beliau hanya mengambil sepasang kartal dan pergi ke Taman dimana para hippies sedang bergumul dengan obat-obat terlarang dan mabuk mabukan. Srila Prabhupada hanya mengucapkan Maha mantra Hare Krsna HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE Hanya bernyanyi beliau memenuhi seluruh atmosfir dengan getaran suara rohani, dimana cara ini memiliki daya tarik yang alamiah. Krsna adalah yang maha menarik, begitu pula dengan nama suciNya, karena itu antara Sri Krsna dan nama suciNya tidak ada bedanya. Jadi miliki daya tarik yang wajar. Karena itu kaum hippies tersebut secara otomatis tertarik, anda mengerti…? Dengan jalan ini beliau menanamkan sradha (keyakinan) kepada mereka. Setelah itu barulah beliau mengajar mereka. Demikianlah caranya. Bila tidak melaksanakan seperti itu, dimana kalau kamu langsung bicara tentang kemulian dan kehebatan nama suci kepada orang-orang yang belum memiliki keyakinan, maka kamu akan melakukan kesalahan. 


8. ANYA SUBHA KARMA SAHA HARI NAMA SAMAN (dharma vraha tyaga hutadi sarva subha krya samyam api pramadah) Menganggap cara mengucapkan maha mantra Hare Krsna sama dengan kegiatan saleh lainya.

Saya sudah berkali-kali mengajarkan kalian semua bahwa antara nama suci dengan Sri Krsna tidak ada bedanya. Sri Krsna adalah absolute maka nama beliaupun absolute. Sri Krsna adalah yang paling utama, Tuhan yang Maha Esa, kebenaran mutlak, tidak seorangpun sejajar dengan Sri Krsna. Begitu pula halnya tidak ada sesuatupun yang sejajar dengan namaNya, jadi bila seseorang berpikir bahwa pengucapan maha mantra Hare Krsna sebaik melakukan kegiatan saleh lainnya, dia melakukan kesalahan. Pada umumnya para mayawadi berpikir atau berkata demikian. Jadi kalau kalian bergaul dengan para mayawadi maka secara otomatis kalian akan melakukan kesalahan ini. 


9. NAMA GRAHANA SAMAYE ASAVADHANATA (anavadhanata) Tidak memberikan perhatian yang penuh/serius pada saat mengucapkan nama suci. 

“nama grahana samaye asavadhanata” pada saat mengucapkan nama suci/ maha mantra yang diberikan oleh guru pada saat diksa, seorang sisya semestinya memusatkan segala perhatiannya terhadap maha mantra. Kalian semestinya mantap dalam pikiran terhadap Krsna apakah mengerti…? Ini berarti pada saat guru memerintahkan untuk berjapa 16 putaran setiap hari dengan japa ini, hendaknya berjapa dengan sangat hati-hati dengan penuh perhatian. Dengan memusatkan pikiran dan perkataan kepada Sri Krsna. Pada dasarnya sifat dari pikiran itu selalu naik turun (bergelombang) goyah atau terombang-ambing, itu adalah biasa. Jadi untuk melengkapi jumlah putaran yang diwajibkan, kadang-kadang dalam berjapa kurang perhatian (… guru meniru cara berjapa yang cepat dan kurang jelas). Pikiran bergelombang dan pergi kearah lain dan japa menuju arah lainnya lagi, itu adalah suatu kesalahan. Penyembah hendaknya jangan melakukan hal ini, jadi siapaun yang memiliki sifat dimana pikirannya selalu bergelombang, goyah dan terombang ambing, dia hendaknya sangat hati-hati untuk menyelesaikan japa sesuai dengan jumlah putaran yang telah diwajibkan. Bila memungkinkan selesaikan japa tersebut pada pagi hari pada saat Brahma muhurta, yaitu mulai jam 04.00- 06.00. itulah saat yang paling baik dan tepat. Pada saat ini pikiran tidak akan bergelombang terlalu keras sehingga dengan mudah memusatkan pikiran, karena pada saat ini kebanyakan orang belum bangun tidur, maka tidak ada getaran suara lain yang datang sehingga suasana sangat tenang dan damai, maka dengan mudah dapat memusatkan pikiran. Sedangkan pada jam-jam lainnya pikiran pasti akan bergelombang dengan keras. Jadi saat antara jam 04.00-06.00 adalah saat yang sangat tepat dan mendukung. Jadi usahakanlah berjapa sebanyak mungkin pada saat tersebut, maka anda semua akan terhindar dari kesalahan diatas. Sedangkan sisa putaran yang belum selesai dapat diselesaikan pada saat suasana tenang sebelum tidur, dimana pikiran tidak diganggu oleh pikiran-pikiran lainnya. Selesaikan japamu baru kemudian tidur, inilah jalan yang paling mudah, sedangkan menjelang tengah hari antara jam 10.00 dan jam 11.00 atau jam 14.00 sangat sulit untuk berkonsentrasi. Jadi itulah cara terbaik untuk berjapa semaksimal mungkin antara jam 04.00-06.00 pagi karena pada saat itu anda akan merasa enak sekali, bila kalian dapat berjapa dengan baik maka kalian akan merasa sangat bahagia dan kalian dengan mudah dapat menghadapi maya, dan mengatasinya. Bila tidak demikian maka akan merasa sangat sulit sekali, bahkan maya akan menguasai kalian. Begitulah kenyataannya maka dari itu siapapun jangan melakukan kesalahan ini. Ada suatu hal yang penting yang ingin saya tambahkan. Bila seseorang berjapa pada tingkat permulaan, tentu tidak dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada bentuk Sri Krsna. Maka akan lebih bijaksana bila berjapa dihadapan arca sehingga dengan mudah dapat berkonsentrasi, atau berjapalah dihadapan foto Sri-Sri Radha Krsna dan berjapa dalam pergaulan bersama Vaisnava sadhu. Demikianlah prosesnya kalau kalian mengikutinya dengan baik maka pikiran tidak akan bergelombang atau terombang-ambing lagi, dan jika pikiran sudah mantap maka tidak akan ada masalah lagi dan kalian akan selamat. Orang demikian dapat berjapa dimana saja, karena pikirannya sudah mantap. Dia sudah tidak pernah terganggu oleh kebisingan dari luar atau apapun juga. Tetapi selama kalian belum mencapai tingkatan ini, maka kalian mesti berjapa sesuai proses tersebut diatas. 


10. AHAM-MAMABHUDI TYAGA NAKARIBA (srute’pi nama mahatmye yah priti-rahito narah aham namadi-paramao namni so’pi aparadhakrt) Masih ragu-ragu dalam mengucapkan nama suci dan masih tetap memelihara keteriktan material, walaupun sudah mengerti tentang ajaran tersebut. (mentalitas aku dan milikku) 

“ahammamabhudi tyaga nakariba” Guru maharaja, guru kerohanian memberikan begitu banyak petunjuk-petunjuk dan para penyembah setiap hari mendengarkan dari Sri guru yang sedang menyampaikan Srimad Bhagavatam, dan banyak perintah ada disana dan kami mengatakan secara berulang-ulang segala sesuatu adalah milik Sri Krsna. Amaravalite prbhu are kichu nahin, bagaimanapun saya tidak bisa berkata bahwa ini adalah milikku, atau “aku dan milikku”. Saya adalah pelayan kekal dari Sri Krsna, saya adalah milik Sri Krsna. Saya bukan milik diri saya, badan, pikiran, kata-kata, segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai milikiku adalah milik Sri Krsna. “amaravalite prabhu are kichu nahin” tidak ada suatu apapun yang dapat saya katakan sebagai milikku. Sri guru deva, guru kerohanian mengatakan hal ini berulang kali. Semua sastra semua acarya, semua mahajanas, semua sudah mengatakan secara berulang-ulang dan juga ketika sedang di inisiasi oleh Sri guru. Bila seorang sisya mengatakan “aku dan milikku” ia melakukan kesalahan itulah kesalahan terakhir/ kesalahan yang ke-10 Jadi berhati-hatilah dan jaga ke- 10 jenis kesalahan itu dalam pikiran kalian setiap hari kalian harus membaca dan mengingat serta mencoba untuk menghindari semua kesalahan ini. Jadi coba lebih berhati-hati seraya menghindari kesalahan-kesalahan tersebut satu-persatu, mulai kesalahan no. 1, 2, 3 dan seterusnya seperti itu, dengan cara ini menjadikan diri kalian tidak bersalah dan memuji nama suci tampa kesalahan, kemudian kalian akan memperoleh Krsna prema, kalian akan memperoleh Krsna. Kalau tidak demikian kalian tidak akan mungkin memperolehNya. Guru memberikan kalian Krsna, memberi Krsna Nama, Nama Krsna berarti memberikan Krsna “ambil Krsna”. Bila kalian berhasrat untuk memperoleh Krsna, selalu berdoa kepada gurudeva “oh Sri gurudeva tolonglah berikan saya Krsna, silahkan curahkan karunia anda kepada saya, karena saya hanya ingin Sri Krsna. Bukankah begitu…?” krsne se tomara krsne dite paro tomara sakati ache ami to kangale Krsna Krsna boli dhai tava pache pavhe Apa kalian mengerti…? Kami menyanyikannya, O Sri Gurudeva, O Vaisnava Thakur, Krsna adalah milik dirimu, Krsna milik dirimu, kalian mengerti…? Anda telah mengikat Krsna di dalam hati anda dan Krsna tidak bisa meninggalkan hati anda, Krsna tidak sanggup meninggalkan hati anda, jadi Krsna adalah milik anda, saya ingin Krsna, saya sangat berhasrat dan saya sangat serius bagaimana memperoleh Krsna. Jadi kalian berlari sedemikian rupa menuju seorang guru, silahkan O gurudeva, Oh Vaisnava thakur, silahkan, silahkan taburkan karunia, berikan saya Krsna, berikan kami Krsna, persis seperti seorang peminta-minta orang yang tidak punya uang se-sen pun akan mengikuti seorang yang kaya, tolonglah berikan saya satu sen. Sama halnya disini kalian mengatakan berikan saya Krsna. Apakah kalian mengerti…? Kemudian Vaisnava Thakur adalah cukup berkarunia, beliau menaburkan karunia kepada kalian, baiklah saya berikan kalian Krsna, jadi ambillah Krsna!! Namanya tidak berbeda dengan Krsna sendiri, jadi jagalah nama suci tersebut. Kegelapan yang kecil sekalipun, ketidak hatihatian, akan menyebabkan anda kehilngan Krsna, pikirkanlah hal itu dengan sepenuh hati. Krsna akan pergi dari kalian, kemudian kalian akan menangis Ahaaaaaa…..!! oh saya kehilangan Krsna, dimanakah Krsna, kemudian apa yang bisa dilakukan…? Tapi Sri guru begitu baik hati, beliau lagi memberikan curahan karunia dan memberikan kalian Krsna, ambil Krsna…! Tapi jaga Krsna dengan sebaik-baiknya, lebih berhati-hatilah, kalau tidak demikian kegelapan sekilaspun dapat menyebabkan kalian kehilangan Krsna… jadi berhati-hatilah…!! Terimakasih banyak.

Rabu, 26 Februari 2020

MAYA


MAYA, TENAGA MATERIAL TUHAN YANG MAHA ESA


Maya adalah nama lain prakrti, tenaga material (material energi) dari Tuhan sendiri. Tenaga material ini terdiri dari tiga unsur sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan/kebodohan). Ketiga sifat alam material ini disebut triguna. Sri Krishna berkata, “Daivi hy esa guna mayi mama maya duratyaya, tenaga material (maya)-Ku ini yang terdiri dari unsur-unsur triguna, sangat sulit diatasi” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.14).
Maya berasal dari dua suku kata yaitu ma = tidak dan ya = itu. Jadi maya berarti “Yang bukan itu”. Diartikan demikian karena tenaga material Tuhan ini menyebabkan;
Para makhluk hidup lupa pada hakekat dirinya sebagai roh atau jiva spiritual kekal abadi.
Para makhluk hidup menganggap badan jasmaninya yang di panggil si “A” adalah dirinya sendiri.
Karena itu, maya secara umum dimengerti sebagai khayalan, sesuatu yang tidak nyata, tidak benar atau tidak sejati.

Beberapa istilah untuk menyebutkan istilah maya ini antara lain;

Disebut Mohini-Prakrti, sebab maya berhakekat mengkhayalkan.
Disebut Avidya-Sakti, sebab maya berhakekat menggelapkan atau menyebabkan kelupaan atau kebodohan.
Disebut Tri-gunamayi, sebab maya tersusun dari unsur-unsur Tri-guna, tiga sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan/kebodohan).
Disebut Apara-Prakrti, sebab maya bisa dimanfaatkan oleh para makhluk hidup (jiva) untuk kesenangannya di dunia fana (sang jiva = Para-Prakrti).
Disebut Bahiranga-Sakti atau tenaga luar (external energy) Tuhan, sebab maya berhakekat menyisihkan/menjauhkan sang makhluk hidup (jiva) dari Tuhan.
Disebut Acit-Vaibhava, sebab maya merupakan tenaga material Tuhan yang mewujudkan dunia fana yang sementara dan berubah-ubah.
Disebut Maha-Maya, sebab maya sungguh sulit diatasi.

Maya adalah tenaga material yang menghayalkan. Disini kata “mengkhayalkan” mencakup pengertian menggelapkan, menyebabkan lupa, menyesatkan dan membingungkan. Dengan kata lain, maya adalah tenaga material Tuhan yang menyebabkan illusi, tipuan atau angan-angan hingga sang makhluk hidup (jiva) senantiasa berpikir salah, keliru dan sesat.

Ketiga unsur maya yang disebut  tri-guna, (tiga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas) secara metaporik (kiasan) sering disebut:

Jerat atau tali-temali maya yang mengikat para makhluk hidup (jiva) di dunia fana atau alam material.

Tangan-tangan halus maya yang mencengkeram para makhluk hidup (jiva) di dunia fana atau alam material.

Tirai maya yang menutupi atau menggelapkan para makhluk hidup (jiva) di alam material atau dunia fana.

Maya berasal dari tenaga spiritual Tuhan

Dengan 5 (lima) unsur materi kasar (ether, udara, api air dan tanah), maya mewujudkan dunia fana atau alam material yang nampak ini.

Dengan 5 (lima) unsur materi kasar tersebut diatas + 3 (tiga) unsur materi halus (ego, pikiran dan kecerdasan) + 5 (lima) indria persepsi (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit) + 5 (lima) obyek indria (rasa,aroma, wujud suara dan sentuhan) + 5 (lima) indria  pekerja (kaki, tangan, mulut, anus dan kemaluan), maya mewujudkan beraneka-macam badan jasmani bagi para makhluk hidup (jiva).

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam sattvam (kebaikan), maka sang jiva berjasmani manusia tekun dalam kegiatan spiritual keinsyafan diri, senang membaca kitab suci, dan suka berdiskusi tentang hal-hal metapisik atau spiritual.

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam rajas (kenafsuan), maka sang jiva berjasmani manusia memiliki banyak keinginan duniawi sehingga dia bekerja amat keras secara pamrih untuk bisa menikmati berbagai kesenangan material.

Bila badan jasmaninya dominan diliputi oleh sifat alam tamas (kegelapan/kebodohan), maka sang jiva berjasmani manusia berwatak  tidak cerdas, bekerja lambat dan tidak praktis, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyengsarakan makhluk-makhluk lain.

Begitu sang manusia lahir, dia seketika dicengkeram oleh maya dengan tiga tangan halus Tri-Guna-nya. Dalam hubungan ini, Sri Krishna berkata, ”Sattvam raja tamah iti gunah prakrti sambhavah nibadhnanti dehe dehinam avyayam, begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material dengan memperoleh badan jasmani (= lahir ke dunia fana), ia seketika di cengkram oleh (tiga tangan maya nan halus) Tri-Guna yaitu sifat alam sattvam, rajas dan tamas." (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.5).

Cara maya bekerja mengkhayalkan para makhluk hidup dapat dijelaskan dengan analogi berikut.

Akibat-akibat cengkeraman maya;

Manusia menjadi terkhayalkan sehingga ia menganggap dirinya sendiri (sebagai jiva rohani-abadi) sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya, padahal kegiatannya itu terlaksana oleh alam material. Dikatakan, “Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimu dhatma kartaham iti manyate. Dikhayalkan oleh (tirai maya yaitu) Tri-Guna, sang makhluk hidup berpikir bahwa dirinyalah yang melakukan segala kepada hal kegiatannya itu ter-laksana oleh alam material” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 3.27). Contoh, sifat alam rajas (kenafsuan) yang  dominan menyelimuti jasmaninya, menyebabkan seseorang gemar nonton film porno dan kekerasan.

Manusia menjadi tidak insyaf diri (bodoh) dan sibuk dalam kegiatan pamrih, lalu terikat di dunia fana oleh hasil kegiatannya itu. Dikatakan, ”Prakrter guna sammudhah sajjante guna  karmasu tan akrtsna vido mandan, dikhayalkan oleh (tirai maya yaitu) Tri-Guna, sang makhluk hidup menjadi tidak insyaf diri (bodoh) dan sibuk dalam berbagai kegiatan material pamrih, dan jadi terikat pada hasil kegiatannya itu” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 3.29). Contoh, sang pengusaha terus bekerja keras meski telah kaya raya. Sifat alam rajas (kenafsuan) menyebabkan dia tak pernah puas atas segala harta yang telah dimilikinya. Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan dia tidak perduli pada tujuan hidup sebagai manusia. Dan sifat alam sattvam (kebaikan) tiada henti membuai dirinya dengan kenikmatan materi, pujian dan juga sanjungan dari orang-orang materialistik.

Manusia tidak mengerti bahwa Sri Krishna adalah Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan, ”Tribhir gunamayair bhavair ebhih sarvam idam jagat mohitam na bhijanati mam ebhyah param avyayam, digelapkan (tirai maya yaitu) oleh sifat-sifat material (Tri Guna), seluruh dunia tidak mengenal diriKu yang mengatasi ketiga sifat alam material tersebut dan kekal abadi.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.13).

Manusia tidak sadar bahwa dirinya (sebagai jiva rohani-abadi) berpindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan. Dikatakan, ”Karanam guna sango’sya sad-asad yoni janmasu, karena dicengkeram (oleh tangan-tangan maya nan halus yaitu) Tri-Guna, sang makhluk  hidup berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan. ” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 13.22)

Manusia mengembangkan jenis keyakinan/kepercayaan tertentu selain kepada Tuhan. Dikatakan,”Yajante sattvika devan yaksa raksamsi rajasah pretan bhuta ganams canye yajante tamasa janah, mereka yang diliputi sifat alam sattvam, menyembah para Dewa. Mereka yang diliputi sifat alam rajas, menyembah para Yaksa dan Raksasa (yang tergolong Asura atau Demon). Sedangkan mereka yang diliputi sifat alam tamas, menyembah hantu dan roh-roh halus.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 17.4).

Beraneka-macam pandangan hidup keliru yang timbul dari cengkraman maya, adalah sebagai berikut:

1. Badan jasmani dianggap diri sendiri.
2. Alam material dianggap tempat tinggal sejati.
3. Kenikmatan indria semu dan sementara dianggap kebahagiaan tertinggi.
4. Memuaskan indria jasmani dianggap tujuan hidup.
5. Cara-cara memuaskan indria jasmani disebut pengetahuan.
6. Pencapaian pangkat/jabatan/kedudukan material dianggap membuat diri terhormat.
7. Pemilikan gelar-gelar akademik dianggap membuat hidup lebih maju.
8. Pemilikan banyak kekayaan material dianggap meniadakan kesengsaraan.
9. Kelahiran dianggap kesempatan menikmati.
10. Kematian dianggap akhir kehidupan.
11. Persenyawaan unsur-unsur materi secara kimiawi dianggap sumber kehidupan.
12. Alam material dianggap terwujud secara mekanis.
13. Kemajuan teknologi dianggap membuat kehidupan lebih beradab.
14. Ceritra-ceritra kitab suci Veda dianggap dongeng.
15. Binatang dan makhluk rendah lain dianggap tidak punya jiva (roh).
16. Kehidupan beradab dianggap hanya ada di Bhumi.
17. Ekonomi dianggap masalah kehidupan paling utama.
18. Perbuatan dianggap bermoral jika secara material menyenangkan dan menguntungkan.
19. Kebebasan individual dianggap nilai kemanusiaan tertinggi.
20. Kehidupan kumpul kebo dianggap pola hidup wajar.
21. Demokrasi dianggap sistem pemerintahan terbaik.
22. Pendidikan akademik dianggap pendidikan sesungguhnya.
23. Hidup sederhana dan bersahaja dianggap kehinaan dan kesesatan.
24. Dicengkeram oleh maya, sang jiva berjasmani manusia menderita sakit. Yaitu sakit materi yaitu kecanduan/ketagihan/keterikatan/kemelekatan pada kenikmatan indriawi atau kesenangan material dunia fana. Sakit materi yang dideritanya ditunjukkan oleh kerja keras memuaskan indria. Dan kerja keras seperti itu hanya menyengsarakan dirinya belaka.

Dikatakan oleh Veda, ”Mayam tu prakrtim viddhi mayinam tu mahesvaram, meskipun maya terlihat hebat dalam mewujudkan dunia fana, namun ia dikendalikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Svetasvatara Upanisad 4.10).

Sri Krishna berkata, ”Mama maya duratyaya mam eva ye prapadyante mayam etan taranti te, tenaga material (maya)-Ku ini sungguh sulit diatasi. Tetapi siapapun yang berserah diri kepada-Ku, mudah mengatasinya." (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 7.14).

Selanjutnya Sri Krishna berkata, "Mam ca yo’vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, siapapun yang tekun dalam pelayanan bhakti kepada-Ku tanpa pernah gagal, seketika mengatasi (cengkeraman tangan maya nan halus yaitu) Tri Guna” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.26).

Ciri-ciri orang yang bebas dari cengkeraman maya adalah sebagai berikut, ”Dia tidak membenci pencerahan rohani, kemelekatan duniawi ataupun khayalan bila hal-hal itu datang padanya. Dia juga tidak menginginkan hal-hal itu bilamana tidak datang kepadanya. Dia tetap tenang karena tidak  terpengaruh oleh sifat-sifat alam material itu. Dia hidup mantap karena sadar bahwa hanya sifat-sifat alam itu saja yang aktif. Dia merasakan kesusahan dan kesenangan sama saja, dan melihat tanah, batu dan emas dengan pandangan sama. Dia tidak goyah oleh pujian ataupun cacian, bertindak sama kepada kawan maupun lawan. Dan dia tidak melakukan kegiatan pamrih apapun.” (Bhagavad Gita Menurut Aslinya 14.22-26).

https://www.google.com/amp/s/dharmasastra3.wordpress.com/2010/11/07/maya-tenaga-material-tuhan-yang-maha-esa/amp/

Selasa, 25 Februari 2020

SHRI RASIKANANDA


KEMULIAAN DAN KEAGUNGAN SHRI RASIKANANDA
Pada tahun 1590 (Sakabda 1512), pada hari pertama dari dua minggu yang cerah dibulan Kartik, pada malam festival Dipamalika, ketika rumah-rumah dihiasi dengan deretan lampu hias yg begitu semarak, Shri Rasikananda Deva memilih saat itu sebagai hari kemunculan rohani Beliau. Ayahnya adalah Shri Acyuta Deva, raja Rohini. Setelah melewati bertahun-tahun tanpa memiliki seorang putra, Shri Acyuta Deva, atas karunia dari Shri Jagadisa (Jagannath), Beliau dikarunia seorang putra yang sangat berharga. Desa Rohini atau Royni terletak di dalam negara yang dikenal sebagai Mallabhumi, yang di satu sisi dikelilingi oleh Sungai Suvarnarekha (Suvarna berarti emas dan rekha, sebuah garis). Sungai Suvarnarekha ini dikatakan bisa membersihkan dosa-dosa semua penduduk setempat. Di dekat Royni ada desa lain bernama Barayita, di sebelahnya mengalir Sungai Dolanganadi, yang tepiannya dihiasi dengan taman-taman yang indah. Raja Acyuta Deva dengan penuh kasih sayang melindungi rakyatnya dan Beliau sangat terkenal. Di desa Royni inilah putra Raja Acyuta lahir ketika matahari baru terbit di ufuk timur dan putra Beliau menjadi sangat dicintai oleh banyak orang. Dia dikenal sebagai Rasikananda dan dikenal juga dengan panggilan Murari. Ketika ia tumbuh dewasa, sifat-sifat yang mulia telah muncul didalam dirinya, yang tak lain merupakan sifat2 mulia dari keluarganya sendiri, seperti sinar bulan secara bertahap memperluas pengaruhnya di langit malam dan yang menyebabkan air laut menjadi pasang.
Pada usia yang sangat muda Beliau telah cukup mahir dalam semua aksara2 dan tulisan suci. Dia sangat berbakti kepada orang tuanya, terutama ibunya, yang bernama Bhavani. Ayahnya menikahkannya pada usia yang sangat muda. Istri Murari, Syamadasi, memiliki karakter yang baik, dia berasal dari desa Ghonta Sila, tidak jauh dari Royni di tepi Suvarna Rekha, tempat di mana pada zaman dahulu para Pandawa tinggal selama masa pengasingan. Suatu hari, Murari sedang duduk di tempat yang sepi, bertanya-tanya di dalam hatinya, kapan dan di mana Beliau akan mendapatkan karunia untuk dapat berlindung di kaki padma seorang guru kerohanian. Saat itu terdengar suara dari langit yang mengatakan hal seperti ini kepada Beliau, "Jangan khawatir, Anda akan segera menjadi sisya dari Shri Syamananda." Setelah mendengar pernyataan tersebut, Rasika Murari menjadi sangat bahagia, dan mulai berulang kali menyebutkan nama Shri Syamananda, layaknya seperti orang yg sedang ber-japa. Dari waktu ke waktu keinginannya terus meningkat, ketika air mata berlinang dari matanya karena nyanyiannya tentang nama Shri Syamananda. Beliau terus dalam kondisi tersebut sehingga Beliau menghabiskan sepanjang malam itu tanpa tidur, dan terus memanggil nama Gurunya Shri Syamananda. Akhirnya, menjelang pagi hari, tanpa disadari, Beliau larut dalam mimpinya, di mana Beliau melihat guru spiritualnya, sosok yang penuh pesona dan karunia, Shri Syamananda. Sambil tersenyum, Shri Syamananda memberitahunya, "Ketika besok langit timur diwarnai dengan warna merah muda, kamu akan menemukanku." Setelah mengatakan hal tersebut, Shri Syamananda menghilang. Hati Rasikananda bertambah bahagia. Kemudian, disaat sinar matahari mulai terbit dengan sinarnya yang menghilangkan kegelapan pekat di dunia, Murari yang bijak duduk diam dan memandang ke arah jalan. Setelah beberapa waktu, Syamananda mendekat dari kejauhan, tampak sangat indah seperti matahari dan dikelilingi oleh murid-muridnya seperti Shri Kishora dasa dan yang lainnya. Wajahnya yang tersenyum seperti bunga padma yang sedang mengembang sempurna untuk menyambut temannya sang matahari, dan dadanya yg lebar. Penampilannya yang begitu menawan dan seketika mengeluarkan suara manis ‘Shri Krishna Chaitanya-Nityananda yang keluar dari bibir padma Beliau. Semakin terserap dalam cinta yang kuat, Beliau bergerak di sepanjang jalan seperti awan bergerak di langit. Ketika Rasika melihat bentuk rohani Beliau, ia jatuh bersujud di depannya dan segera menyentuh kaki padmanya. Dengan sangat senang Shri Shyamananda memeluknya dan mulai memandikannya dengan air mata cinta kasih rohani yang luar biasa. Shri Rasika Murari kemudian merasa dirinya menjadi salah satu makhluk hidup paling beruntung di alam semesta ini. Pada hari yang penuh karunia tersebut, Shri Syamananda memberikan diksa kepada Rasikananda dan istrinya dalam mantra Radha-Krishna. Setelah itu, Rasikananda mulai melalukan perjalanan suci-nya dengan guru tercintanya, dan selama itu pula ia menjadi murid yang sangat berbhakti. Syamananda kemudian memberikan anugerah kepada Rasikananda untuk melakukan pelayanan kepada Shri Radha-Govinda Deva di Shri Gopiballabhapur. Rasikananda menjadi sangat sibuk dalam pelayanan rohani tersebut, dan para bakta menjadi terpesona karena pelayananya yang sangat baik. Di Gopiballabhpur dan di tempat-tempat lainnya Rasikananda mulai serius memberikan pengajaran spiritual yang berasal dari pesan Shri Gaura-Nityananda. Dengan pengaruhnya banyak ateis dan orang-orang kafir berubah menjadi pemuja Shri Gaura-Nityananda. “Dengan pengaruh luar biasa dari pengajaran Rasikananda, banyak penyamun, perampok, dan ateis dibebaskan dari kegiatan berdosa mereka dan mereka menerima karunia dari Sri Rasikananda. Beliau membagikan permata pengabdian rohani bahkan kepada orang-orang kafir, Beliau menyebarkan ajaran bhakti tsb dengan melakukan perjalanan dari desa ke desa, ditemani murid-muridnya. Beliau bahkan dapat mengubah gajah liar untuk menjadi muridnya dan melibatkannya dalam pelayanan Krishna dan Vaisnava, padahal Gajah Liar tersebut awalnya dengan sengaja dikirim untuk membunuhnya. Orang Jahat yang mengirimkan gajah tersebut adalah seorang Muslim, yang akhirnya bersujud di bawah kaki padma Shri Rasikananda, ketika dia menyadari semua kesalahannya. Begitu banyak mahkluk hiduo yg mendapatkan karunia Beliau, sehingga tidak mungkin untuk menghitung jumlah entitas hidup yang dibebaskan dari samudera keberadaan material oleh pergaulan Rasikananda Deva. Beliau selalu terserap dalam nyanyian Nama Suci Tuhan.
Atas Karunia Shri Rasikananda, banyak orang2 dari kalangan Muslim, yang sebenarnya hanya ateis jahat dan tak beriman, akhirnya menjadi pemuja Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Juga banyak raja2 yg berbudi luhur dan zamindar seperti raja Mayurbhanj bernama Vaidyanatha Bhanj, raja Patashpur yang dikenal sebagai Gajapati dan Candrabhanu, raja Moyna, berlindung di bawah kaki padma Beliau. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Beliau adalah orang yang saleh dan mulia, bahkan zamindar Bhima yang berdosa, Mohammad Suba Ahmadbeg dan ateis jahat Srikar juga menyerahkan diri di bawah kaki padma Beliau. Seekor gajah liar yang ganas dijinakkan oleh pengaruh transendental Rasikananda dan karenanya Beliau dikenal sebagai Gopala das. Kemudian, dua harimau hutan yang sangat ganas pun akhirnya juga melepaskan sifat ganas mereka. Menerima karunia berupa perintah gurunya, Shri Syamananda, di kepalanya, Rasikananda menyebarkan ajaran dan pesan Shri Gaursundar di dunia material kurang lebih selama 16 tahun. Setelah itu ia memasuki lilanya yang kekal di kaki padma Gopinatha di Remuna. Pada hari pertama dua minggu yang cerah di bulan Phalguna, Sakabda 1574 (tahun masehi 1652), Rasikananda diam-diam menyelinap keluar dari desa Santa tanpa pemberitahuan siapa pun dan berjalan ke Remuna. Sesampainya di sana, ia membahas Krishna-katha dengan para penyembah di sana untuk sementara waktu dan memerintahkan semua orang untuk melayani Shri Krishna dengan pelayanan bhakti. Kemudian, setelah meminta mereka untuk memulai sankirtana, ia memasuki kuil Shri Gopinatha, dan setelah menyentuh kaki padma Kshira-chora Gopinatha, ia masuk ke tempat perlindungan tertinggi mereka.
Samadhi Mandhir Rasikananda prabhu berada di Kuil Kshira-chora Gopinath di Remuna tepat disebelah kanan saat Anda masuk di gerbang utama, dengan kuil utama di sebelah kiri.
Shri Rasikananda memiliki tiga putra: Shri Radhananda, Shri Krishna-Govinda dan Shri Radha-Krishna. Para pelayan Shri Shri Radha-Govindadeva yang sekarang di Gopiballabhapur adalah keturunan mereka. Ia menggubah Shri Shyamananda-sataka, Shrimad Bhagavatastaka, juga lagu-lagu pujian dan nyanyian lainnya.
Daerah Gopiballabhpur dapat ditempuh dari Calcutta dengan naik kereta api ke Khavagpur, dan sebuah bus ke Gopiballabhpur dari Khavagur. Ada juga sebuah temple Rasikananda di Puri. Suatu waktu, selama festival Ratha-yatra Lord Jagannatha, Rasikananda Deva memberikan pengajaran di suatu tempat di daerah itu, tetapi ketika Beliau menyadari bahwa Festival Ratha-yatra akan dimulai, Beliau segera meninggalkan semua kegiatan Beliau dan bergegas secepat mungkin untuk datang ke Nilacala mengikuti festival tersebut.
Tetapi sementara itu, ketika festival sedang berlangsung. Bhagavā Jagannath, yang merasakan perpisahan timbal balik dari penyembah terkasih Rasikananda, menyebabkan Kereta berhenti sejenak. Meskipun raja memanggil gajah-gajahnya untuk mendorong Kereta Jagannath, mereka tetap tidak bisa menggerakkannya, bahkan satu inci pun. Kemudian Lord Jagannatha, melihat bahwa raja menjadi frustrasi, Beliau memberi tahu raja bahwa Beliau sedang menunggu penyembahnya yg sangat mulia, Shri Rasikananda. Akhirnya Rasikananda Deva tiba, dengan membawa banyak persembahan pakaian sutra dan hadiah lainnya. Beliau bersujud untuk mempersembahkan dandavatnya di hadapan Tuhan Jagannatha, dan kemudian Sang Raja memintanya untuk menarik tali kereta, dan akhirnya kereta Jagannath mulai bergerak dgn lancar di sepanjang jalan, seperti awan yang bergerak di langit. Kemudian raja meminta Rasikananda untuk menerima hadiah sebidang tanah, agar Beliau dapat mendirikan sebuah kuil di sana. Rasikananda meminta tempat yang dikenal sebagai Fultota Math, yang sekarang dikenal sebagai Kunja Math. Di sana ia menstanakan Arca Shri Bat Krishna. Arca itu sekarang dikenal sebagai Shri Shri Radha-Rasika Raya.
Demikian ulasan singkat mengenai Shri Rasikananda, semoga bermanfaat 
Ket Foto :
Foto 1 : Shri Rasikananda
Foto 2 & 3 : Maharaj Halladar memberikan kelas tentang lila Shri Rasikananda kepada rombongan kami di depan Samadhi Mandhir Shri Rasikananda di temple Khirachora Gopinath-Remuna.. Lila tentang Gajah Liar dan 2 Harimau yg Ganas yg selanjutnya menjadi pelayan2 Shri Rasikananda tampak terlukis dgn indah di dinding samadhi mandhir. Di dalam Samadhir Mandhir Beliau terdapat sebuah ranjang tempat tidur Beliau yg masih originil, Maharaj Halladar menjelaskan, tempat tidur itu setiap hari dirapikan oleh pujari yg bertugas, akan tetapi setiap pagi hari, ketika akan dibersihkan, ranjang tersebut seperti agak acak2an, setiap hari seperti itu, diyakini bahwa Shri Rasikananda masih sering berkunjung ke tempat tsb.
perjalanan rohani prb satyasena das dan penyembah lainnya.

JAGANNATH DASA BABAJI MAHARAJ


KEAGUNGAN DAN KEMULIAAN JAGANNATH DASA BABAJI MAHARAJ
Shrila Jagannatha dasa Babaji adalah Guru Kerohanian dari Acarya yg penuh berkarunia Shrila Bhaktivinoda Thakur (Ayahanda Bhaktisiddhanta Sarasvati)
Shrila Jagannatha dasa Babaji Maharaja sangat dihormati oleh semua komunitas Vaishnava dan dikenal sebagai Vaishnava Sarvabhauma, atau pemimpin di antara para Vaisnava. Ada beberapa cerita menarik yang menghubungkan Beliau dengan penemuan tempat kemunculan Rohani Lord Shri Chaitanya Mahaprabhu yang tercatat di Shri Navadwipa Dhama Mahatmya. Shrila Jagannatha dasa Babaji Maharaja lahir sekitar tahun 1800 Masehi. Beliau menghabiskan bertahun-tahun di Vrndavana di mana Beliau menjadi terkenal sebagai penyembah yang sempurna, meskipun lebih dari ini tidak diketahui tentang tahun-tahun dan masa lalunya. Apa yang dapat kita ketahui adalah bahwa Beliau sangat antusias dalam melayani para penyembah Tuhan dan melakukan 'kirtan'. Dalam perjalanan kehidupan selanjutnya, pelayan setia Beliau, Bihari Lal, biasa menggendongnya di atas keranjang, meskipun ketika dia mendengar seorang 'kirtan' atau dirinya sendiri terlibat dalam 'kirtan', tubuhnya akan menjulur keluar dari keranjang dan dengan segera Beliau akan berteriak keras, “Nitai ki nam eneche re! Nitai, ki nam diteche re! "" Ya Tuhan Nityananda, nama suci yang luar biasa yang kamu bawa! O Nitai, nama yang sangat mulia yang telah Anda berikan! ”
Ketika Beliau berusia lebih dari 120 tahun. Beliau Tinggal didalam sebuah tenda di Shri Navadwipa bersama Bihari Lal, pelayan setia Beliau, Beliau akan memakan 'prasadam' dari piring kuningan besar yang telah diberikan seseorang sebagai sumbangan. Anak-anak anjing yang lahir di dekat Beliau menetap mulai datang dan memakan piring Jagannatha dasa Babaji Maharaja, tetapi Beliau tidak pernah keberatan. Namun setelah beberapa hari, ketika Bihari Lal melihat apa yang terjadi, dan jijik melihat anjing2 tersebut yang makan dari piring 'guru'-nya, Bihari Lal segera mengusir mereka. Jagannatha dasa Babaji marah dan menghukum Bihari Lal dengan mengatakan, "Jika anjing2 itu tidak dapat makan, aku tidak akan pernah makan!" Bihari Lal pun harus mencari dan membawa kembali anak-anak anjing tersebut, dan ketika anak-anak anjing tersebut bergabung kembali dengan Babaji Maharaja di atas piringnya, Beliau pun berseru, " Semua kemuliaan bagi anjing-anjing 'dhama'! ”Demikianlah Srila Jagannath Das Babaji selalu menunjukkan rasa hormatnya yang besar kepada semua penghuni 'dhamas' suci di Mayapur. Pada kesempatan lain, dia meminta pelayannya untuk membeli 'rasagulas' seharga dua ratus rupee dan menginstruksikannya, “beri mereka makan untuk semua 'dhamas' sapi, tetapi jangan memberikan satupun kepada 'bajaji sahajya babajis' yang nakal (pura-pura).”
Shrila Jagannath dasa Babaji Maharaj adalah penyembah yang sangat berkarunia sehingga Bhaktivinoda Thakura yang terkenal (Kedarnath Datta) memanggil Beliau sebagai kepala komando para penyembah. Ketika Shrila Bhaktivinoda sedang mencari dimana tempat yang sebenarnya lokasi kemunculan rohani Shri Chaitanya Mahaprabhu berada, ia memohon karunia kepada Jagannatha dasa Babaji Maharaja untuk pergi bersamanya. Setelah banyak perubahan yang terjadi dalam aliran Sungai Gangga yang Suci, beberapa bagian 'dhama' suci Navadwipa (sembilan pulau) telah mengalami perubahan juga. Sungai Gangga telah mengungkapkan tempat-tempat lama yang hilang dan mengambil kembali yang baru. Yang mengejutkan, Bhaktivinoda Thakura memperoleh informasi bahwa kota modern bernama Navadwipa berusia tidak lebih dari 100 tahun dan karenanya hal tsb bukan Navadwipa dari Shri Chaitanya. Beberapa mengatakan situs kelahiran itu sekarang berada di sebuah tempat di Sungai Gangga, sementara beberapa mengatakan itu di kota Navadwipa. Merasa tidak puas, Bhaktivinoda terus mencari dan mencari. Dia menemukan beberapa peta kuno dan catatan pemerintah, dan buku-buku otentik yang ditulis pada zaman Lord Chaitanya, yang semuanya sepakat bahwa Mayapur, Navadwipa Dhama terletak di tepi timur Sungai Gangga. Yang membuat Bhaktivinoda kagum, dia menemukan beberapa gundukan besar ditutupi dengan tanaman Tulasi di tanah milik orang2 muslim. Dimana tempat tersebut diselimuti dengan desas-desus orang lokal tentang lampu dan suara aneh yang sering terdengar dari lahan tersebut, sehingga pemilik lahan tersebut, meyakini bahwa lahan tersebut berhantu, dan tidak akan pergi ke sana lagi. Namun, banyak babajis tua percaya bahwa tempat tsb adalah tempat kelahiran Shri Chaitanya Mahaprabhu yang sebenarnya. Yakin bahwa itu benar, Bhaktivinoda kembali pergi ke lokasi tersebut, dengan mengajak serta Gurunya tercinta Jagannatha dasa Babaji yang dibawa didalam keranjang oleh Bihari lal.
Karena usianya yang sudah lanjut, Shrila Jagannatha dasa Babaji tidak bisa membuka matanya, tetapi harus membukanya dengan jari secara paksa, hal itu pula yang mengakibatkan Beliau sudah tidak mampu lagi untuk berjalan. Jika Beliau pergi ke mana pun, Beliau akan dibawa dalam keranjangnya oleh Bihari Lal, tetapi setelah tiba di lahan transendental tersebut, Beliau seketika melompat keluar dari keranjangnya dan menari-nari dalam kebahagian rohani sambil berteriak, "Haribol!" Dan "Gauranga!", Yang semakin memastikan bahwa tempat tersebut sebagai tempat kemunculan Rohani yang sama dari Lord Chaitanya.
disebutkan pula, selanjutnya Srila Bhaktivinoda Thakur membeli semua lahan tersebut dengan harga yg murah, karena pemilik lahan sudah tidak terlalu memanfaatkan lahan tersebut.
"gauravirbhava bhumes twam nirdesta sajjana priyah
vaisnava sarvabhauma sri jagannathaya te namah"
Saya memberikan penghormatan penuh hormat kepada Shri Jagannatha dasa Babaji Maharaja, yang dihormati oleh seluruh komunitas Vaisnava, yang menemukan tempat di mana Lord Chaitanya muncul secara rohani."
Shrila Jagannatha dasa Babaji Maharaja juga memiliki murid bernama Bhagavat dasa Babaji Maharaja, dan Gaura Kisora dasa Babaji ( Guru Kerohanian dari Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakur)
Jay Jagannath dasa Babaji Maharaj ki... Jay
Ket Foto :
Foto 1 : Shrila Jagannath dasa Babaji
Foto 2 : Murti beliau di Samadhir Beliau di daerah navadwipa
Foto 3 : Samadhi Mandhir Jagannath das Babaji yg bagian atasnya terdapat lukisan Bihari Lal, pelayanan setia Beliau, yang dengan setia membawa Beliau kemanapun
Jay Bihari Lal ki.. Jay..
Foto 4,5 : Lokasi Kemunculan Rohani Lord Caitanya, yg ditemukan oleh Shrila Bhaktivinoda Thakur dan Guru Kerohanian tercinta Beliau Shrila Jagannath dasa Babaji Maharaj
Semoga bermanfaat ya..
Matur Suksma prb Satyasena das
Hare Krishna

🙏🙏🙏