Latar Belakang lahirnya Hiranyaksa dan Hiranyakasipu
Suatu hari, saat matahari akan terbenam, Resi Kashyapa, putra Resi Marichi, sedang melakukan pemujaan korban suci kepada Dewa Wisnu ke dalam api suci. Pada saat iitu, istrinya tercinta, Diti putri Daksya, mendekati suaminya yang sedang melakukan pemujaan karena Diti saat itu sangat menderita dan dipengaruhi oleh hasrat seks yang begitu bergelora. Tanpa berusaha untuk memancing hasrat suaminya dengan cara mengekspresikan tubuhnya yang indah, Diti yang cantik terus terang memohon dengan manja kepada suaminya, "O, yang maha tau, Dewa Asmara telah secara paksa membuatku tertekan dengan panah asmara-nya, layaknya seperti seekor gajah yang mengganggu kokohnya pohon pisang. Aku hanya ingin memiliki keturunan anak lelaki seperti teman-temanku yang lainnya. Jadi Anda harus berbelas kasihanlah kepada saya. " "Ayahku, Daksha, secara terpisah bertanya kepada masing-masing putrinya, siapa yang kami sukai untuk diajak menikah. Kemudian, setelah memahami niatan kami, ia menyerahkan ketiga belas putrinya kepadamu, dan kami telah setia kepadamu sejak saat itu. O Resi yang memiliki mata yang indah layaknya bunga padma, ketika seseorang yang sedang mengalami penderitaan berusaha untuk mendekati seseorang yang hebat, maka permohonannya tentu tidak boleh sia-sia. "
Kashyapa yang dikuasai oleh keinginan istrinya tidak kuasa untuk menolak keinginan istrinya itu, hal ini karena kashyapa juga cenderung ingin menikmati hasrat seksualnya, dengan bijaksana dia mencoba menenangkan istrinya Diti, yang telah menjadi sangat menderita karena keinginannya dan mulai banyak bicara, karena diti telah terkontaminasi oleh hawa nafsu nya. Kashyapa berkata, "Wahai yang menderita, tentu aku akan segera memuaskan keinginanmu. Hanya karena memiliki istri yang saleh maka seorang lelaki sepertiku dapat menyeberangi samudera maha luas kehidupan material ini. Sesungguhnya, seorang istri sangat membantu suaminya sehingga dia dikenal sebagai bagian yang lebih baik dari tubuh seorang pria. Sama seperti seorang komandan militer yang dapat dengan mudah menaklukkan penjajah sementara ia tetap dapat dilindungi didalam benteng tersebut, sehingga seorang pria dapat menaklukkan akal sehatnya dengan berlindung kepada istrinya yang saleh. Karena alasan ini, seorang pria tidak pernah bisa membalas jasa-jasa istrinya atas semua manfaat yang dia dapatkan darinya, bahkan jika dia mencoba melakukannya selama seluruh hidupnya, atau bahkan setelah kematian. "
"Diti sayangku, walaupun aku tidak bisa membalasmu dengan cukup, aku akan memuaskan hasrat seksmu untuk tujuan memenuhi keinginanmu agar segera memiliki keturunan. Aku hanya meminta kepadamu untuk menunggu beberapa menit lagi, agar aku tidak menjadi sasaran kritik para orang suci dan terpelajar. Saat ini adalah sandya kala, waktu yang paling tidak menguntungkan karena pada saat ini Dewa Siwa sedang mengendarai bantengnya, Beliau ditemani oleh pengikut-pengikutnya yang menakutkan, Beliau memberi kesempatan kepada roh-roh jahat itu untuk mendapatkan badan kasar dengan menempatkan mereka di dalam rahim wanita yang sedang menikmati hubungan seksual selama periode terlarang ini. Dewa Siwa adalah suami adikmu, dan dengan tiga matanya, dia akan melihat tindakan terlarangmu. "
Akan tetapi Diti tidak bisa menerima instruksi yang begitu baik dari suaminya, Diti begitu tertekan oleh hasrat seksnya sehingga dia bergegas menangkap pakaian Kashyapa, seperti seorang pelacur yang tak tahu malu, dan dengan demikian dia benar-benar memaksa suaminya untuk memuaskan keinginannya yang begitu menggebu. Setelah mempersembahkan penghormatan kepada objek pemujaan pada api suci, Kashyapa berbaring bersama Diti di tempat terpencil. Dan terjadilah hubungan suami-istri tersebut diwaktu yang terlarang. Setelah menyelesaikan tindakan terlarang nya, Kashyapa langsung memurnikan dirinya dengan mandi dan sekali lagi duduk untuk mengucapkan mantra Gayatri, sambil bermeditasi pada aspek kepribadian yang abadi. Sementara itu, setelah memuaskan nafsunya, Diti kembali tersadar. Dengan kepala tertunduk malu, dia mendekati suaminya dan berkata, "oh Brahmana yang terkasih, tolong pastikan bahwa calon janin saya tidak dibunuh oleh Dewa Siwa, karena pelanggaran besar yang telah saya lakukan terhadapnya."
Diti kemudian berdoa memohon belas kasihan dan karunia Dewa Siwa dengan cara yang sangat cerdik: "Izinkan saya mempersembahkan ketaatan saya kepada Dewa Siwa yang sedang diliputi amarah. Dia begitu hebat sehingga dia dapat segera menghancurkan calon janin saya, tetapi pada saat yang sama dia begitu pemurah dan pemaaf. Dewa Shiva dikenal sebagai penguasa semua wanita, yang dimaafkan bahkan oleh pemburu yang tidak beradab, dan karena itu saya memohon pada anda untuk membebaskan saya dari amarah-Nya. "
Ketika Diti berdiri di hadapan suaminya, dengan tubuh yang gemetar karena rasa takut akan amarah Suaminya, Kashyapa berkata, "Karena pikiranmu yang telah tercemar, disaat waktu yang tidak tepat, ketidaktaatanmu, dan pengabaianmu terhadap para dewa, konsepsimu akan menghasilkan keturunan dua orang putra yang sangat keji, mereka berdua yang akan menciptakan kekacauan di dalam dirimu dan di seluruh alam semesta, dengan membunuh begitu banyak orang-orang yan tidak bersalah, menyiksa kaum wanita, dan membuat marah jiwa-jiwa yang agung. Akibatnya, Tuhan Yang Maha Esa akan menjelma untuk membunuh mereka berdua, seperti halnya Dewa Indra yang menghancurkan gunung dengan petirnya. "
Diti menjawab, "Wahai suamiku, sungguh melegakan bagiku untuk mengetahui bahwa anak-anakku akan dibunuh oleh Kepribadian Tuhan Yang Mahatinggi, bukan oleh kemurkaan para brahmana. Seseorang yang menyinggung para brahmana atau menyebabkan ketakutan kepada orang lain adalah orang yang sangat terkutuk, bahkan walaupun mereka yang sudah berada di neraka, atau yang merupakan jenis mahkluk hidup yang terendah di mana ia kelak akan muncul, tidak perlu merasakan belas kasihan terhadapnya. "
Kashyapa kemudian memberi tahu Diti, "Karena pertobatan dan keyakinanmu yang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta pengabdianmu kepada Dewa Siwa dan saya sendiri, salah satu cucu lelaki Anda akan menjadi pemuja yang sangat mulia yang kenahsyurannya bahkan akan menyaingi Tuhan sendiri. Karena atas pengabdiannya yang begitu mulia kepada Personalitas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa, orang-orang akan mengikuti jejaknya, dan setelah dia berhasil memuaskan Tuhan Yang Mahakuasa, semua orang akan senang kepadanya. Sebagai seorang penyembah kelas utama, cucumu akan dapat melihat Tuhan Yang Maha Esa, di dalam dan di luar, dia akan menjadi penampung dari semua kualitas yang baik; dan dia akan merasa sangat sedih melihat penderitaan jiwa-jiwa yang terikat di dunia material ini. "
Setelah mendengar tentang kejayaan Prahlada, Diti menjadi sangat senang. Tetapi, karena dia dapat memahami bahwa putra-putranya akan menyebabkan gangguan besar bagi para dewa, dia berusaha untuk terus melanjutkan mengandung embrio yang begitu kuat itu selama seratus tahun, tanpa melahirkan. Akan tetapi, kekuatan kehamilan Diti tersebut telah mengganggu keseimbangan seluruh alam semesta, bahkan cahaya matahari dan bulan pun menjadi terganggu.
Setelah mengamati kondisi yang menakutkan ini, para dewa mendekati Dewa Brahma dan menyampaikan hal tersebut, "Ya Tuhan, lihatlah kegelapan ini yang meluas ke segala arah. O pengatur alam semesta, yang mengetahui niat semua makhluk hidup, kehamilan Diti telah menyebabkan kehancuran hebat dan gangguan ini, dan dengan demikian semua kewajiban dan tugas kami telah ditangguhkan. Mohon berbelas kasihan kepada kami, karena kami telah jatuh ke dalam kondisi yang sangat menyedihkan. "
Menanggapi permohonan para dewa tersebut, Dewa Brahma menceritakan kepada para dewa tentang apa yang telah terjadi sebelumnya dan kenapa hal ini bisa terjadi, apa yang melatarbelakanginya. Dewa Brahma mulai bercerita kepada para dewa :
Setelah melakukan perjalanan di seluruh ciptaan material, empat orang bijak Sanaka, Sanatana, Sanandana dan Sanat-kumara, memasuki langit tempat keberadaan kerajaan rohani, di mana planet-planet Vaikuntha berada. Mereka dapat melakukan ini karena mereka telah terbebas dari semua kontaminasi alam material. akan tetapi ketika akan memasuki planet Vaikunta, catur kumara dihalangi oleh Jaya dan Vijaya, sang penjaga pintu gerbang... catur kumara tidak terima akan perlakuan Jaya dan Vijaya dan akhirnya.......
Setelah melakukan perjalanan di seluruh ciptaan material, empat orang bijak Sanaka, Sanatana, Sanandana dan Sanat-kumara, memasuki langit tempat keberadaan kerajaan rohani, di mana planet-planet Vaikuntha berada. Mereka dapat melakukan ini karena mereka telah terbebas dari semua kontaminasi alam material. akan tetapi ketika akan memasuki planet Vaikunta, catur kumara dihalangi oleh Jaya dan Vijaya, sang penjaga pintu gerbang... catur kumara tidak terima akan perlakuan Jaya dan Vijaya dan akhirnya.......
KUTUKAN CATUR KUMARA PADA JAYA DAN VIJAYA
Para Dewa mendatangi Dewa Brahma untuk memohon perlindungan atas kekacauan alam semesta yang diakibatkan oleh kandungan Diti, yang sedang mengandung putra-putra nya lebih dari seratus tahun lamanya..
Dewa Brahma berusaha menenangkan Para Dewa dan menyampaikan latar belakang kenapa hal ini bisa terjadi.. Beliau melanjutkan kisahnya tentang Putra-Putra Nya, Catur Kumara (Sanaka, Sanatana, Sanandana dan Sanat Kumara)..
Catur Kumara setelah tersucikan, berniat untuk mendatangi planet Vaikuntha dan ingin mendapatkan darshan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi ketika akan memasuki kerajaan rohani tersebut mereka dihadang oleh Jaya dan Vijaya dengan cara yang sangat tidak sopan dan meremehkan keberadaan catur kumara. Atas perlakuan yang tidak baik tersebut, Catur Kumara mengutuk Jaya dan Vijaya dan mengatakan bahwa kedua kepribadian tersebut sangat tidak layak untuk berada di dunia rohani, mereka berdua lebih hina dari mereka yang hidup di dunia material. Selanjutnya Catur Kumara mengutuk Jaya dan Vijaya untuk hidup sebagai kepribadian di dunia material sebanyak 7x kelahiran..
Mendengar kekacauan tersebut, Tuhan Sri Vishnu bersama Dewi Keberuntungan, Dewi Laksmi, muncul dihadapan mereka dan berusaha menenangkan Catur Kumara serta Jaya Vijaya..
Catur kumara begitu terkesima akan kehadiran Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan memohon maaf atas kutukan yang telah ditujukan kepada Jaya dan Vijaya, akan tetapi Tuhan Sri Vishnu bersabda, hal tersebut sudah pantas dan layak diterima oleh mereka, tak perlu khawatir akan hal tersebut. Mereka berdua akan turun ke dunia material sebanyak 3x dengan mengambil wujud kepribadian yang sangat menakutkan dan akan menimbulkan kekacauan diseluruh alam semesta, setelah selesai melaksanakan kewajiban tersebut mereka akan kembali ke dunia rohani terlebih dahulu dan selanjutnya baru akan melanjutkan kutukan anda yang mengharuskan mereka untuk turun ke dunia material sebanyak 7x.
Mendengar sabda dari Tuhan Sri Vishnu dan setelah mendapatkan darshan dari Beliau, catur kumara pun mohon pamit dan Tuhan Sri Vishnu masih bersama Jaya dan Vijaya.
Sang Bhagavān kemudian memerintahkan Jaya dan Vijaya, "Berangkatlah dari tempat ini, tetapi jangan takut. Sebenarnya Aku bisa saja membatalkan kutukan brahmana tersebut, tetapi aku memilih untuk tidak melakukannya. Lakshmi, yang pernah kalian hentikan di pintu gerbang ketika aku sedang tidur. , sudah memperkirakan kejatuhanmu. Meskipun tujuh kelahiran di dunia material adalah hukuman yang telah di tetapkan, aku ingin kalian menerima tiga kelahiran sebagai kepribadian iblis . Dengan mempraktikkan yoga mistik dalam pengaruh sifat kemarahan, maka kalian akan dengan cepat dibersihkan dari reaksi berdosamu, dan dengan demikian dapat segera kembali kepada-Ku dalam waktu yang sangat singkat. "
Setelah mengatakan hal ini, Sang Bhagavā pergi, Jaya dan Vijaya menjadi murung dan pucat karena kutukan dari brahmana tersebut,karena mereka akan jatuh dari Vaikuntha. Ketika nanti mereka jatuh kedunia material, para catur Kumara telah meyakinkan mereka bahwa setelah tiga kelahiran yang mengambil kepribadian yang menakutkan, mereka sekali lagi akan kembali ke Vaikuntha.
Para dewa, yang mengamati semua ini dari pesawat angkasa mereka, mengeluarkan raungan kekecewaan, dan setelah itu, selanjutnya Jaya dan Vijaya mulai memasuki rahim Diti, setelah ditutupi oleh sperma yang kuat dari Kashyapa.
Dewa Brahma kemudian menyimpulkan dan memberi tahu para dewa, "Kekuatan iblis kembar inilah yang telah mengganggu Anda saat ini, dengan meminimalkan potensi kalian sendiri. Namun, saya tidak memiliki solusi untuk situasi ini, karena semua ini terjadi atas kehendak Tuhan sendiri. Yakinlah bahwa Tuhan Yang Mahatinggi akan datang untuk menyelamatkan kita semua, jadi jangan pernah berspekulasi lagi tentang masa kegelapan yang menutupi semua penjuru. "
Setelah mendengar hal ini, para dewa menjadi lega dari rasa ketakutan mereka dan kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Sementara itu, setelah membawa calon janin nya selama seratus tahun, Diti melahirkan putra kembar yang merupakan kepribadian Iblis yang Maha Dahsyat. Pada saat itu, terjadi begitu banyak gangguan alam yang sangat menakutkan terjadi, seperti gempa bumi, dan api yang mengamuk terlihat membakar di mana-mana. Planet-planet yang tidak menguntungkan, seperti Saturnus dan Mars, mengalahkan planet-planet yang menguntungkan seperti Venus dan Jupiter; dan komet, meteor, dan petir muncul di langit. Angin kencang membuat suara mendesis yang tidak menyenangkan dan mencabut pohon-pohon besar; dan karena tertutupnya awan, semua menjadi tertutupi dalam kegelapan. Lautan menjadi sangat gelisah, dan semua bunga padma yang tumbuh di dalam sungai dan danau seketika menjadi layu.
Gerhana matahari dan bulan terjadi berulang kali, dan dari gua-gua di gunung terdengar bunyi gemeretak kereta. Mereka-serigala2 yang memuntahkan api sambil menangis dengan sedih, dan keledai-keledai berlari di sana-sini dalam kawanan, menyerang bumi dengan kuku-kuku mereka yang keras dan meringkik dengan keras. Karena ketakutan oleh keledai yang meringkik, burung-burung terbang menjerit-jerit dari sarang mereka, dan sapi-sapi mengeluarkan kotoran dan kencing karena ketakutan. Memang, sapi-sapi yang ketakutan tidak menghasilkan susu, akan tetapi mengeluarkan darah. Para dewa yang berada diistana mereka masing masing meneteskan air mata, dan pohon-pohon tumbang meskipun tidak ada embusan angin.
Gerhana matahari dan bulan terjadi berulang kali, dan dari gua-gua di gunung terdengar bunyi gemeretak kereta. Mereka-serigala2 yang memuntahkan api sambil menangis dengan sedih, dan keledai-keledai berlari di sana-sini dalam kawanan, menyerang bumi dengan kuku-kuku mereka yang keras dan meringkik dengan keras. Karena ketakutan oleh keledai yang meringkik, burung-burung terbang menjerit-jerit dari sarang mereka, dan sapi-sapi mengeluarkan kotoran dan kencing karena ketakutan. Memang, sapi-sapi yang ketakutan tidak menghasilkan susu, akan tetapi mengeluarkan darah. Para dewa yang berada diistana mereka masing masing meneteskan air mata, dan pohon-pohon tumbang meskipun tidak ada embusan angin.
Setelah melihat semua pertanda jahat ini, semua orang terkecuali Catur Kumara diliputi oleh rasa takut yang mencekam. Makhluk hidup lainnya tidak mengetahui tentang jatuhnya Jaya dan Vijaya dan kelahiran mereka selanjutnya sebagai kepribadian iblis yang sangat menakutkan, semua orang berpikir bahwa peleburan alam semesta sudah semakin dekat.
MUNCULNYA KEPRIBADIAN AGUNG TUHAN VARAHA DEV
Setelah kekacauan alam semesta tersebut, lahirnya dua kepribadian tersebut. Kedua Putra Kashyapa bernama Hiranyaksa (yang sebelumnya merupakan Kepribadian Jaya) dan Hiranyakasipu (yang sebelumnya merupakan kepribadian Wijaya)
Segera setelah kelahiran mereka, kepribadian kembar yang jahat tersebut menunjukkan bentuk tubuh yang tidak biasanya, dan kerangka tubuh mereka seperti baja, mereka menjadi sangat tinggi sehingga mereka seolah-olah akan menyentuh langit. Memang, mereka menghalangi pandangan ke segala arah, dan saat mereka berjalan, bumi bergetar dengan setiap langkah mereka. Selanjutnya mereka berdua pun melakukan pertapaan yang maha ketat untuk mendapatkan karunia dari para dewa.
Setelah melakukan pertapaan yang ketat, Hiranyakashipu menerima berkat dari Dewa Brahma, dan sebagai hasilnya, ia menjadi tidak takut akan kematian dan sangat bangga. Menjadi yang paling kuat, Hiranyakashipu mampu membawa seluruh tiga dunia di bawah kendalinya. Saudaranya, Hiranyaksha, juga telah menerima berkat Brahma berupa keabadian, sehingga ia akan menjadi sama kuat dan angkuh.
Untuk memuaskan saudara lelakinya, Hiranyaksha mengambil tongkatnya dan mulai melakukan perjalanan ke seluruh alam semesta, dengan semangat juang yang tinggi. Tidak ada yang mampu untuk membunuhnya karena berkat dari Dewa Brahma, bahkan para dewa diliputi rasa ketakutan dan bersembunyi saat melihat Hiranyaksha, seperti seekor ular yang bersembunyi karena takut kepada Sang Garuda.
Ketika Hiranyaksha melihat Indraloka yang kosong, dia meraung keras, menyadari bahwa para dewa telah mengakui kekalahan mereka tanpa bertempur sedikitpun.
Setelah kembali dari surga, Hiranyaksha dengan penuh keyakinan terjun ke lautan alam semesta dengan membawa serta bumi, dan setelah melihatnya, semua kepribadian air yang besar menjadi panik dan melarikan diri. Akhirnya, setelah berkelana di lautan selama bertahun-tahun, Hiranyaksha mencapai Vibhavari, ibukota Varuna. Hanya untuk menghina penguasa air, Hiranyaksha bersujud di kakinya dan sambil tersenyum memohon, "Berikan aku sebuah pertempuran, ya Tuhan yang tertinggi!"
Setelah melihat kesombongan Hiranyaksha, Varuna menjadi marah. Namun, ia menahan amarahnya dengan kecerdasan dan menjawab, "Wahai orang yang baik, aku telah menyerah untuk bertarung karena aku sudah terlalu tua. Kau sangat terampil dalam pertempuran sehingga aku tidak dapat melihat orang lain selain kepribadian yang paling awal, Dewa Wisnu , yang akan mampu untuk memuaskan keinginanmu untuk bertempur. "
"O kepala Daityas, aku sarankan kamu mendekati-Nya, dan dengan demikian kamu akan dapat menghilangkan kesombonganmu dengan berbaring dalam kematian di medan peperangan, dikelilingi oleh hewan-hewan pemakan daging."
Tanpa mempedulikan Varuna lagi, Hiranyaksha pun pergi. Kemudian, Hiranyaksa tanpa sengaja bertemu dengan Rsi Narada yang maha bijaksana, dari pertemuan tersebut akhirnya Hiranyaksa memahami keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Setelah sekali lagi memasuki kedalaman samudera, Hiranyaksha melihat Tuhan Yang Mahakuasa yang sangat kuat dalam inkarnasi babi hutan-Nya sedang membawa bumi ke atas, sambil mempertahankannya di ujung taring-Nya.
Setelah melihat Tuhan, Hiranyaksa tertawa lantang dan berseru, "wahai kepribadian binatang, babi hutan! Wahai dewa yang terbaik, mengambil wujud dalam bentuk babi hutan, bumi adalah milik kami, penduduk daerah-daerah yang lebih rendah mereka semua pantas berada didasar lautan, dan karenanya saya tidak dapat membiarkan Anda mengambil jauh dari hadapanku. Kau bajingan! Hari ini aku akan menghidupkan saudara-saudaraku dari kepribadian iblis untuk membunuhmu. Ketika kau terjatuh dan mati dengan tengkorakmu yang dihancurkan oleh gada ku, para dewa dan resi yang memberikan pemujaan kepadamu dalam pengorbanan api suci juga akan berhenti, seperti halnya pohon yang tidak bisa lagi hidup tanpa akar. "
Meskipun Tuhan tentu saja sedih mendengar bahasa yang kasar seperti itu, Tuhan tetap bisa mentolerirnya sehingga Beliau terus dapat membawa bumi ditaring-Nya, ya.. bumi yang telah menjadi sangat ketakutan.
Ketika Dewa Varaha bangkit dari air, Hiranyaksha mengejarnya dan meraung, "Apakah kamu tidak malu pada dirimu sendiri karena melarikan diri setelah ditantang oleh musuhmu? Tidak ada yang bisa dicela lagi oleh makhluk yang tak tahu malu seperti kamu!"
Terlepas dari kata-kata kasar ini, Lord Varaha dengan tenang menempatkan bumi di atas permukaan air dan kemudian memberikan kekuatan untuk mengapung. Pada saat ini, Dewa Brahma dan para dewa lainnya memuji Tuhan atas tindakan-Nya yang luar biasa mengangkat bumi, dan mereka menghujani bunga-bunga di atas-Nya. Kemudian, untuk mengekspresikan kemarahan-Nya yang mengerikan, Tuhan menjawab, "Sungguh, Kami adalah makhluk hutan dan sedang mencari anjing pemburu seperti Anda. Orang yang dibebaskan dari belitan maut tidak akan memiliki rasa takut atas ucapanmu, karena kamu terikat oleh hukum maut. Sekarang, serahkan saja kebodohanmu dan berusahalah untuk membunuh-Ku. Seseorang mungkin sangat bangga, tetapi dia tidak pantas mendapatkan penghormatan jika dia gagal memenuhi janjinya. "
Karena tertantang, Hiranyaksha menjadi sangat marah dan gelisah, dan seluruh tubuhnya mulai bergetar. Sambil mendesis marah, setan itu melompat ke arah Tuhan dan mencoba untuk menyerang-Nya dengan kekuatan gada sihirnya yang maha dahsyat. Namun, Tuhan Varaha dev berhasil menghindari pukulan dahsyat itu, dan kemudian dengan Gada-Nya sendiri, Dia berusaha untuk menghancurkan dahi Hiranyaksha. Hiranyaksa adalah seorang petarung yang sangat ahli, iblis itu pun menangkis pukulan Varaha dengan Gadanya sendiri, dan terjadilah pertarungan yang sangat sengit, dengan suara dentuman gada yang maha dahsyat.
Karena tertantang, Hiranyaksha menjadi sangat marah dan gelisah, dan seluruh tubuhnya mulai bergetar. Sambil mendesis marah, setan itu melompat ke arah Tuhan dan mencoba untuk menyerang-Nya dengan kekuatan gada sihirnya yang maha dahsyat. Namun, Tuhan Varaha dev berhasil menghindari pukulan dahsyat itu, dan kemudian dengan Gada-Nya sendiri, Dia berusaha untuk menghancurkan dahi Hiranyaksha. Hiranyaksa adalah seorang petarung yang sangat ahli, iblis itu pun menangkis pukulan Varaha dengan Gadanya sendiri, dan terjadilah pertarungan yang sangat sengit, dengan suara dentuman gada yang maha dahsyat.
Saat kedua petarung saling bertubrukan berulang kali dengan Gada kuat mereka, aroma darah mengalir dari luka mereka, hal ini membuat mereka semakin marah. Karena sangat berhasrat untuk menang, baik Tuhan maupun iblis memperlihatkan kekuatan pertarungan yang luar biasa, sehingga pertempuran itu tampak seperti pertarungan antara dua lembu jantan yang kuat untuk memangsa seekor sapi.
Dewa Brahma telah tinggal di langit, bersama dengan semua dewa dan resi surgawi, sehingga ia dapat menyaksikan pertarungan yang sangat mengerikan yang sedang berlangsung untuk menyelematkan bumi tersebut. Dewa Brahma enjadi agak cemas, selanjutnya ia berbicara kepada Dewa Varaha, "Tuhanku yang terhormat, Hiranyaksha selalu menindas para dewa, brahmana, sapi, dan makhluk tak berdosa lainnya. Tidak perlu lagi bagi Anda untuk bermain dengan iblis itu lagi, karena ia sangat terampil dalam hal ini. Dia memanfaatkan kekuatan mistiknya, dan dia adalah kepribadian yang paling sombong dan jahat. " "Ya Tuhanku yang sempurna, tolong bunuh dia sebelum senja tiba, jika tidak maka hal tersebut akan semakin meningkatkan kekuatannya. Masa keberuntungan yang disebut abhijit dimulai pada siang hari dan akan hampir berlalu. Karena itu, tolong hancurkan musuhmu yang tangguh dengan cepat dan dengan demikian akan menciptakan perdamaian di dalam dunia."
Sebagai tanggapan, Tuhan tertawa terbahak-bahak, sementara pada saat yang sama Dia menerima doa-doa dari Dewa Brahma dengan tatapan yang penuh dengan cinta kasih. Kemudian, ketika Hiranyaksha berdiri tanpa takut di dekatnya, Lord Varaha tiba-tiba melompat ke arahnya sambil mengarahkan Gada beliau ke dagu iblis tersebut.
Namun Hiranyaksha kembali menangkis pukulan dengan Gada-nya sendiri, dan sebagai hasilnya, Gada Tuhan terlepas dari tangan-Nya. Gada yang menyala-nyala itu tampak sangat indah sambil berputar-putar ketika jatuh, dan tangisan muncul dari para dewa dan para resi yang memandang kejadian itu. Meski begitu, walaupun sebenarnya Hiranyaksa memiliki kesempatan yang sangat baik untuk menyerang lawannya yang sedang tidak bersenjata, Hiranyaksha menghormati etiket dalam melakukan pertempuran tunggal dengan menahan diri untuk tidak melakukannya. Namun, ini mengobarkan amarah Tuhan, dan Varaha pun memanggil chakra Sudarshana-Nya. Ketika cakra yang indah ini berputar di tangan Tuhan dan berada dekat dengan musuh-Nya, para dewa dan resi berseru, "Semoga kemenangan menjadi milikmu!" "Habisi dia sekaligus!" "Jangan bermain lagi dengan iblis itu!"
Melihat Dewa Varaha di hadapannya dengan cakra Sudarshana di tangan-Nya, Hiranyaksha dengan marah menggigit bibirnya dan mulai mendesis seperti ular. Kemudian, iblis besar itu dengan gading yang menakutkan tiba-tiba melompat ke udara sambil memegang Gadanya, dan sambil melakukannya, dia berteriak, "Kamu akan kubunug!"
Ketika Hiranyaksha mencoba untuk menyerang-Nya, Lord Varaha dengan santai menendang gada dari tangan hiranyaksa hanya dengan kaki kiri-Nya dan kemudian berkata, "Ambil senjatamu, karena kamu sangat ingin menaklukkan Aku."
Ketika Hiranyaksha mencoba untuk menyerang-Nya, Lord Varaha dengan santai menendang gada dari tangan hiranyaksa hanya dengan kaki kiri-Nya dan kemudian berkata, "Ambil senjatamu, karena kamu sangat ingin menaklukkan Aku."
Menjadi sangat tertantang, Hiranyaksha mengambil gadanya kembali dan kemudian melemparkannya dengan sangat cepat sambil menderu dengan keras. Namun tanpa bergeming, Dewa Varaha dengan mudah kembali menangkap gada di tangan-Nya, sehingga iblis itu merasa sangat terhina. Karena enggan mengambil kembali senjatanya ketika Tuhan menawarkannya, Hiranyaksha malah mengambil trisula yang bersinar dan dengan keras melemparkannya. Ketika trisula bergerak dengan cepat saat melayang di langit, Lord Varaha mencabik-cabik trisula tersebut dengan cara melepaskan chakra Sudarshana-Nya. Mendengar hal ini, iblis menjadi lebih marah, dan sambil mengeluarkan raungan yang keras, dia bergegas mendatangi Lord Varaha dengan rasa yang tidak sabar. Setelah memukul dada Dewa dengan tinjunya yang keras, Hiranyaksha segera menghilang.
Tuhan tidak terganggu sedikit pun oleh pukulan itu. Setelah itu, Hiranyaksha menggunakan banyak trik tipuan untuk melawan Sang Bhagavān, Yang tak lain adalah Yogeshvara, dan semua yang melihat pertunjukan magis berpikir bahwa peleburan alam semesta sudah dekat.
Angin kencang mulai bertiup dan debu yang terangkat menciptakan kegelapan di segala penjuru alam semesta. Semburan batu jatuh dari langit, bersama dengan hujan dari rambut, darah, tinja, urin, dan tulang - disertai dengan kilat dan guntur. Pegunungan mengeluarkan berbagai senjata, dan iblis-iblis telanjang dengan rambut terurai tiba-tiba muncul, membawa trisula. Tuan rumah Yaksha dan Rakshaas terdengar mengucapkan kata-kata yang kejam dan biadab ketika mereka berjalan kaki atau menunggang kuda, gajah, dan kereta.
Namun, dengan melepaskan chakra Sudarshana-Nya, Sang Bhagavān mampu menghilangkan semua ilusi ini, dan pada saat yang sama, getaran kuat menembus hati Diti, Ibunda Hiranyaksa. Sambil mengingat kata-kata suaminya, darah mulai mengalir dari payudaranya.
Namun, dengan melepaskan chakra Sudarshana-Nya, Sang Bhagavān mampu menghilangkan semua ilusi ini, dan pada saat yang sama, getaran kuat menembus hati Diti, Ibunda Hiranyaksa. Sambil mengingat kata-kata suaminya, darah mulai mengalir dari payudaranya.
Ketika Hiranyaksha melihat bahwa kreasi magis yang diciptakannya telah dihilangkan, dia sekali lagi membuat dirinya terlihat. Dalam keadaan marah, ia mencoba untuk menghancurkan Tuhan dalam pelukannya sebagai upaya terakhirnya. Tetapi, hal yang sangat mengejutkan terjadi, setelah mencoba meraih Tuhan, iblis itu menemukan bahwa Dia masih berada di luar lingkaran lengannya. Kemudian, ketika Hiranyaksha dengan marah memukulnya dengan pukulan tinjunya, Lord Varaha menamparnya dengan sangat kuat di bawah telinganya, membuat hiranyaksa terhuyung mundur. Dengan bola matanya melotot keluar dari rongganya, rambutnya berserakan, dan anggota tubuhnya menjadi patah tak beraturan, akhirnya iblis besar itu jatuh mati, seperti pohon besar yang tumbang.
Dewa Brahma dan para dewa lainnya mendekat dengan cepat ketempat itu, untuk melihat tubuh iblis yang terbunuh tersebut. Hiranyaksa masih menggigit bibirnya, kilau tubuh Hiranyaksha belum memudar, terlepas dari ketiadaan jiwanya, kaki padma Tuhan tetap menyentuhnya. Dewa Brahma dengan kagum berkata, "Oh, siapa yang bisa bertemu dengan kematian yang diberkati sedemikian rupa? Iblis yang beruntung ini mendapatkan karunia dari kaki padma Sang Bhagavān, bahkan para yogi bermeditasi dalam kekuatan yang penuh dengan harapan memperoleh pembebasan dari tubuh material mereka yang tidak nyata seperti ini. "
Setelah itu, para dewa mengungkapkan penghargaan mereka yang besar kepada Tuhan karena telah mengambil bentuk Varaha-Nya dan membebaskan mereka dari rasa takut yang menyiksa mereka terhadap kepribadian iblis tersebut. Setelah menerima pujian dari para dewa, Tuhan kembali ke kediaman-Nya sendiri di dunia spiritual, di mana selalu ada festival rohani yang tidak pernah terputus.
Suta Gosvami mengakhiri narasinya dengan mengatakan, "Wahai para brahmana, siapa pun yang mendengar, melantunkan, atau menikmati deskripsi indah pembunuhan Lord Varaha atas Hiranyaksha, ia sekaligus dibebaskan dari hasil semua jenis kegiatan berdosa, termasuk pembunuhan seorang brahmana. "
Jay Tuhan Varaha dev ki... jay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar