Selasa, 04 Februari 2020

SRI NITYANANDA


KEAGUNGAN TUHAN SRI NITYANANDA DI BEBERAPA KITAB-KITAB SUCI

Keagungan Beliau telah diulas secara terperinci di beberapa kitab suci melalui sloka-sloka yang begitu indah, sloka-sloka itu tentu jumlahnya banyak dan tidak akan cukup waktu untuk mengutipnya, belum lagi ulasan-ulasan dari para Acharya, oleh sebab itulah, saya berusaha mencari 16 Sloka terpenting terkait Tuhan Sri Nityananda Prabhu. Kita baca bersama-sama yaa…
Adapaun sloka-sloka tersebut adalah :
(1)
nityanandam aham naumi
sarvananda-karam param
hari-nama-pradam devam
avadhuta-siromanim
(Sri Nityananda Pranam)
Hamba bersujud kepada Kepribadian Tertinggi, Tuhan Sri Nityananda Prabhu, yang dikenal sebagai Avadhuta, permata lambang semua pengemis paramahamsa. Beliau adalah Kepribadian yang memberikan kebahagiaan-sukacita tertinggi untuk semua Makhluk dan Beliau adalah yang terbaik dari Nama Suci Tuhan Sri Hari.
(2)
vande 'nantadbhutaisvaryam
sri-nityanandam isvaram
yasyechchhaya tat-svarupam
ajnenapi nirupyate
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 5.1)
Perkenankanlah hamba mempersembahkan penghormatan kepada Tuhan yang Tertinggi Sri Nityananda Prabhu, yang kemewahannya begitu luar biasa dan tidak terbatas. Atas kehendak Beliau, bahkan orang yang bodoh sekalipun akan mampu memahami identitas rohani-Nya.
(3)
sankarsanah karana-toya-sayi
garbhoda-sayi cha payobdhi-sayi
sesas cha yasyamsa-kalah sa nitya-
nandakhya-ramah saranam mamastu
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 1.7)
Oh Maha-Sankarsana, yang merupakan wujud Tuhan yang Maha Esa di planet Vaikuntha, yang merupakan pondasi dasar dari keberadaan dunia material dan spiritual, Karanodakasayi Visnu, yang menguasai lautan penyebab dari manifestasi alam semesta, Garbhodakasayi Visnu, yang menguasai lautan penciptaan universal didalam alam semesta, Ksirodakasayi Visnu, yang berbaring di lautan susu dan mempertahankan keberadaan semua jiwa individu dalam satu alam semesta, dan Sesa Naga, yang mengambil bentuk yang tak terhitung untuk selalu memuaskan keinginan Tuhan yang tak terbatas, adalah bagian- bagian dari Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa penuh. Bagian tersebut dikenal sebagai Sri Nityananda Rama, bentuk yang tidak berbeda dari Tuhan Sri Balaram. Perkenankanlah hamba untuk merangkul Beliau sebagai satu-satunya tempat berlindung hamba selamanya.
(4)
mayatite vyapi-vaikuntha-loke
purnaisvarye sri-chatur-vyuha-madhye
rupam yasyodbhati sankarsanakhyam
tam sri-nityananda-ramam prapadye
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 1.8)
Hamba menyerahkan diri hamba pada kaki padma Tuhan Sri Nityananda Rama, yang berada jauh di luar energi ilusi Tuhan di dunia spiritual Vaikuntha yang tak terbatas, Yang berkuasa penuh atas segala jenis kemewahan rohani dalam bentuk Sankarsana, Tuhan yang sangat menarik hati, yang ekspansinya berada di tengah-tengah empat kali lipat dari Bentuk kekal yang asli Tuhan Sri Krishna.
(5)
maya-bhartajanda-sanghasrayangah
sete saksat karanambhodhi-madhye
yasyaikamsah sri-puman adi-devas
tam sri-nityananda-ramam prapadye
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 1.9)
Hamba menyerahkan diri hamba pada kaki padma Tuhan Sri Nityananda Rama, yang merupakan perwujudan bagian pertama Tuhan Yang Esa di alam semesta, yang ber-stana di lautan penyebab, yang disebut Karanodakasayi Visnu. Beliau adalah Kepribadian Tuhan yang sejati dan tertinggi, Penguasa energi ilusi dan memberikan perlindungan pada semua alam semesta.
(6)
yasyamsamsah srila-garbhoda-sayi
yan-nabhy-abjam loka-sanghata-nalam
loka-srastuh sutika-dhama dhatus
tam sri-nityananda-ramam prapadye
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 1.10)
Hamba menyerahkan diri hamba pada kaki padma Tuhan Sri Nityananda Rama, yang merupakan manifestasi bagian kedua di alam semesta ini, yaitu Garbhodakasayi Visnu, Penguasa alam semesta individual ini. Dari pusar Garbhodakasayi Visnu ini tumbuhlah bunga padma yang merupakan tempat kelahiran Dewa Brahma, pengatur alam semesta yang menciptakan segala sesuatu di dalam alam semesta. Batang bunga padma tersebut adalah tempat peristirahatan dari berbagai planet di alam semesta ini.
(7)
yasyamsamsamsah paratmakhilanam
posta visnur bhati dugdhabdhi-sayi
ksauni-bharta yat-kala so 'py anantas
tam sri-nityananda-ramam prapadye
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila, 1.11)
Hamba menyerahkan diri hamba pada kaki padma Tuhan Sri Nityananda Rama, yang merupakan manifestasi bagian kedua di alam semesta ini, Beliau adalah Shri Visnu yang berbaring di lautan susu, Ksirodakasayi Visnu, yang memanifestasikan diri Beliau sebagai paramaatma dari semua jenis makhluk hidup dan merupakan pemelihara segala sesuatu di alam semesta ini. Bagian selanjutnya dari Ksirodakasayi Visnu yaitu Sesa Naga, yang dengan begitu mudahnya menjunjung tinggi planet Bumi ini di atas kepala-Nya.
(8)
e-saba pramane jani nityananda-tattva-sima
tanhake 'ananta' kahi, ki tanra mahima
(Sri Chaitanya-charitamrita: Adi-lila 5.126)
Dari kesimpulan ini kita dapat memahami identitas tertinggi Sri Nityananda Prabhu. Tetapi tetap saja itu tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan kemuliaan rohani-Nya, apabila jika kita hanya merujuk pada Sesadev Ananta atau bagian-bagian manifestasi-Nya yang lain.
(9)
ei-rupe nityananda 'ananta'-prakasa
sei-bhave—kahe muni chaitanyera dasa
Tuhan Nityananda Prabhu memiliki inkarnasi dan manifestasi yang tidak terbatas! Tetapi, dalam wujud rohani pribadi-Nya yang tertinggi, Beliau menyebut diri-Nya hanya seorang pelayan Tuhan Shri Chaitanya Mahaprabhu.
(10)
sarve rupe asyadayekrishna sevananda
sei balarama-gaura-sange nityananda
(sri Chaitanya charitamrita : Adi lila 5.11)
Dalam semua perwujudan tersebut, Beliau merasakan kebahagiaan rohani yang sangat luar biasa dari kegiatan melayani Tuhan-Nya, Sri Krishna. Tuhan Balarama yang sama itu adalah Tuhan Sri Nityananda, rekan intim Tuhan Shri Gauranga Mahaprabhu.
(11)
samsarera para hai' bhaktira sagare
ye dubibe se bhajuka nitai chandere
amara prabhura prabhu sri gaurasundara
e bada bharasa chitte dhari nirantara
(Sri Chaitanya-Bhagavat: Adi-lila 17.152-153)
Mereka yang ingin menyeberangi luasnya sifat alam material dan tenggelam dalam lautan pengabdian bhakti harus memuja Tuhan Sri Nitaichandra, Tuhan Sri Nityananda yang bersinar layaknya sang rembulan. hamba akan memegang keyakinan ini di dalam hati hamba selamanya: Tuan saya adalah Nityananda Prabhu dan Tuan Beliau adalah Sri Gaurasundara.
(12)
sarva-bhave swami yena haya nityananda
tan'ra haiya bhaji yena prabhu-gaurachandra
(Sri Chaitanya-Bhagavat: Adi-lila 9.231)
Perkenankanlah hamba melayani Tuhan Gaurachandra dibawah instruksi dan arahan dari Tuhan Sri Nitananda, yang mana Beliau adalah Tuhan yang hamba puja dalam segala hal
(13)
nityananda-prasade se gaurachandra jani
nityananda-prasade se vaisnavere chini
nityananda-prasade se ninda yara ksaya
nityananda-prasade se visnu-bhakti haya
(Sri Chaitanya-Bhagavat: Madhya-lila 22.135-136)
Atas Karunia Tuhan Nityananda seseorang akan memahami Tuhan Gaurachandra. Atas karunia dari Tuhan Nityananda seseorang akan diterima sebagai seorang Vaishnava. Atas karunia dari Tuhan Nityananda segala kegiatan berdosa seseorang akan dihancurkan. Atas karunia dari Tuhan Nityananda seseorang akan mencapai tingkat pengabdian bhakti kepada Tuhan Sri Visnu.
(14)
kabe nityananda, more kori doya,
chadaibe mora visoyera maya
diya more nija- charanera chaya,
namera hatete dibe adhikar
(Saranagati—Vijnapti 6)
Kapankah Tuhan Nityananda Prabhu akan berbelas kasihan kepada hamba dan membebaskan hamba dari ilusi keduniawian ini? Memberikan perlindungan dibawah kaki Padma-Nya kepada hamba, kapankah Beliau akan memberikan izin kepada hamba untuk dapat memasuki pasar Nama Suci Beliau?
(15)
kona chaitanyera loka nityananda-prati
'manda' bole, hena dekha,—se kevala 'stuti'
(Sri Chaitanya-Bhagavat: Adi-lila 9.226)
Jika Anda bertemu dengan para pengikut Tuhan Chaitanya yang tampaknya mengatakan sesuatu yang buruk tentang Tuhan Nityananda, maka Anda harus memahami dengan pasti bahwa apa yang mereka katakan sebenarnya adalah untuk memuja Tuhan Sri Nityananda.
(16)
bhaja gauranga kaha gauranga laha gaurangera nama
ye jana gauranga bhaje sei haya amar prana
Sriman Nityananda Prabhu dengan penuh karunia berseru, "Tolong selalu memuja Tuhan Shri Gauranga, berbicara tentang Tuhan Shri Gauranga dan mengambil Nama Suci Tuhan Sri Gauranga dengan segala pengabdian. Seseorang yang memuja tuanku yang tercinta, Tuhan Srhri Gauranga, adalah orang yang paling Aku sayangi dalam hidup-Ku, dia adalah hidup dan jiwa-Ku."


Nityananda Prabhu muncul pada tahun 1474 di Ekacakra, sebuah desa kecil di Benggala Barat (saat ini). Tempat kelahiran Beliau sangat dihormati dan pemujaan terhadap Beliau dilakukan di sebuah kuil bernama Garbhasva yang hingga saat ini masih banyak dikunjungi oleh banyak peziarah dan para penyembah. Ayah Beliau bernama Hadai Ojha sedangkan ibunda tercinta Beliau bernama Padmavati. Hadai Ojha adalah seorang Brahmana yang berasal dari Mithila, Beliau sangat taat pada tradisi veda dan begitu saleh, sehingga begitu termahsyur didesa tersebut. Nityananda Prabhu lahir pada hari ketiga belas, hari yang sangat cerah dan berkarunia pada bulan Magha.
Tuhan Nityananda adalah rekan abadi dari Tuhan Shri Chaitanya Mahaprabhu, Personalitas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa. Pengucapan nama Nimai (Chaitanya Mahaprabhu) tak bisa dipisahkan dengan sebutan nama Nitai (Tuhan Nityananda). Tuhan Shri Chaitanya Mahaprabhu tidak akan bisa didekati atau dipahami apabila kita tidak mendapatkan karunia belas kasih dari Tuhan Nityananda Prabhu terlebih dahulu, dimana Beliau merupakan guru utama dari seluruh alam semesta dan berfungsi sebagai perantara utama antara Tuhan Shri Caitanya Mahaprabhu dan para penyembah terkasih-Nya. Tuhan Nityananda adalah kekuatan aktif Tuhan dalam hal penciptaan dan berperan sangat penting di setiap lila-lila Tuhan. Tuhan Nityananda Prabhu adalah ekspansi kedua dari Tuhan Yang Maha Esa, yang bermanifestasi sebagai Balaram untuk Shri Krishna, Lakshmana untuk Shri Ram dan Nityananda Prabhu untuk Shri Chaitanya Mahaprabhu. Semua bentuk dan perluasan manifestasi Tuhan yang lainnya berasal dari ekspansi kedua ini. Dengan demikian Nityananda Prabhu adalah sumber dari Sankarshan, semua Vishu, dan Ananta Sesa. Sebagai Wisnu tattva, Beliau dan Sri Advaita Acharya dipuja pada kategori yang sama dengan Shri Chaitanya Mahaprabhu. Dalam lila rohani jaman kaliyuga ini, Nityananda Prabhu lebih senior dari Chaitanya Mahaprabhu, selisih usia Mereka lebih dari satu dekade. Nityananda Prabhu berhati sangat Mulia, layaknya seperti Tuannya (Shri Caitanya Mahaprabhu), dengan kulit berwana putih seperti Tuhan Balarama. Pakaian Tuhan Nityananda Prabhu menyerupai kumpulan bunga padna yang berwarna biru dan cahaya-Nya dikatakan melampaui kemegahan sang rembulan yang terbit saat matahari terbenam. Beliau memiliki jenis suara yang sangat berat, Beliau selalu menyanyikan kemuliaan Tuhan Shri Krishna dan membawa tongkat yang berwarna merah yang merupakan simbol karunia bagi para penyembah, namun sangat ditakuti oleh orang-orang yang jahat. Beliau adalah seorang Avadhuta yang memiliki suasana hati yang tak terkendali akan tetapi selalu terserap dalam cinta kasih rohani Tuhan, dan tidak ada yang bisa memahami apa yang akan Beliau lakukan selanjutnya

LILA ROHANI MASA KANAK-KANAK TUHAN NITYANANDA PRABHU
Sebagai seorang anak-anak, Nitai (nama panggilan untuk Tuhan Nityananda Prabhu), sangat antusias mementaskan hiburan dengan memerankan lila-lila Tuhan Shri Krishna atau Lord Rama. Beliau memerankan peran tersebut dengan adegan-adegan sangat terperinci dan begitu menawan hati, sehingga seluruh desa akan tenggelam dalam cinta kasih rohani Tuhan.
Bagian favorit Nitai kecil adalah memerankan peran sebagai Lakshmana, dan Beliau memerankannya dengan begitu banyak adegan-adegan yang snagat terperinci yang bahkan adegan tersebut tidak pernah dijelaskan dalam Ramayana purana, sehingga orang-orang akan bertanya-tanya apakah Beliau sedang mengada-ada atau benar-benar sedang melakukan lila Beliau dimasa lampau sebagai Tuhan Laksmana.
Suatu hari, teman-teman sepermainan Nitai mengambil peran sebagai para dewa yang sedang berkumpul, yang berkeinginan untuk mengajukan permohonan kepada Tuhan untuk meringankan beban kejahatan yang menindas Bumi. Nityananda Prabhu membawa seorang anak yang lainnya yang dihias dengan menggunakan pakaian seperti bentuk bumi, dan bersama-sama dengan anak-anak yang berperan sebagai dewa-dewa yang berkumpul tersebut, mereka bergegas pergi menuju ke tepi sungai Gangga. Di sana mereka berbicara kepada Tuhan yang bersemayam di lautan susu, Visnu Kshirodakshayi. Pada saat itu, salah satu anak mengambil peran sebagai Dewa Vishnu, dan bersembunyi sehingga tak terlihat oleh anak-anak lain, anak tersebut selanjutnya berbicara dengan suara yang lantang sehingga bisa didengar oleh semua orang : "Aku pasti akan lahir di Goloka, Mathura untuk meringankan beban Bumi."
Demikianlah Nityananda Prabhu memberlakukan pementasan hiburan yang berbeda dari lila yang dilakukan Tuhan Shri Krishna selama jaman Dvapara.
Nitai juga mementaskan adegan upacara pernikahan Vasudeva dan Devaki, kelahiran Shri Krishna di penjara Kamsa, perjalanan Vasudeva ke Nandagaon dan bagaimana dia membawa Krishna melintasi sungai Yamuna, serta kepulangannya dari Nandagaon dan bagaimana dia membawa Mahamaya yang baru saja muncul sebagai putri Yashoda bersamanya.
Nitai juga mementaskan adegan pembunuhan terhadap Putana, memecahkan kereta bayi, lila mencuri mentega yang dilakukan oleh Tuhan Sri Krishna, membunuh raksasa Dhenuka, Agha, dan Baka.
Nimai juga memerankan adegan sebagai penggembala sapi, mengangkat bukit Govardhan, pencurian pakaian gopi dan pemberian karunia kepada para istri brahmana. Nitai juga memerankan adegan sebagai Narada Muni saat menyampaikan pesan rahasia kepada Kamsa, adegan pembunuhan gajah Kuvalaya dan pegulat Chanura & Mustika, dan juga termasuk adegan pembunuhan Kamsa.
Di lain kesempatan, ia berpakaian seperti Krishna kecil dan salah satu temannya sebagai Putana, sementara anak laki-laki lain, naik ke tubuhnya berpura-pura menyerupai payudara putana yang dihisap oleh bayi Krishna.
Suatu hari, setelah membangun kereta yang terbuat dari bambu dengan bantuan anak-anak, Nityananda Prabhu memecahkannya. Nityananda Prabhu akan membawa teman-teman masa kecilnya ke rumah pemerah susu lokal dan mencuri susu dan yogurt dari mereka, mengikuti jejak Krishna. Teman-temannya tidak pernah meninggalkannya, juga tidak akan kembali ke rumah mereka sebelum acara bermain dengan Nityananda Prabhu selesai, bahkan siang dan malam mereka akan bermain di kediaman Nityananda Prabhu.
Ibu dan ayah mereka juga tidak pernah mengeluh sedikitpun, tetapi semua tetap mencintai Nityananda dengan hati dan jiwa mereka. Nitai akan merangkul kerabat dan teman-temannya dalam pelukan penuh cinta kasih sayang. Setelah menyaksikan hiburan masa kecilnya yang sangat menakjubkan itu, semua orang akan berkata, "Kami tidak pernah melihat permainan yang begitu indah seperti ini sebelumnya. Bagaimana mungkin anak ini telah mempelajari semua kegiatan Krishna ini."
Desa Ekacakra benar-benar terserap dalam cinta Nitai kecil, tempat di mana Beliau menghabiskan 12 tahun pertama kehidupan duniawinya.
Pada tahun ke-13, seorang sannyasi yang sedang melakukan perjalanan sucinya singgah di desa ekacakra..
Tahun dimana orang tua Beliau mengalami tantangan hidup yang begitu berat dan bahkan sampai ingin bunuh diri...
Apa yang terjadi setelah itu?
Lila apa yang selanjutnya berlangsung saat kedatangan sanyasi tersebut?
Apakah Nityananda Prabhu akan tetap menghabiskan lila Beliau di ekacakra?



PERPISAHAN MENDALAM ANTARA HADAI PANDIT-IBU PADMAVATI DEWI DENGAN TUHAN NITYANANDA PRABHU
Pada Tahun 1486, ketika Nityananda Prabhu baru berusia dua belas tahun, seorang sannyasi datang ke rumah ayahnya. Tahun dimana Sri Caitanya Mahaprabhu muncul secara rohani di Nadiya, Sridhama Mayapur. Disini kita dapat memahami bahwa selisih usia Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu dengan Tuhan Nityananda Prabhu adalah 12 tahun.
Sanyasi tersebut sangat termahsyur pada jamannya. Begitu Beliau secara langsung melihat Nityananda muda, Beliau sangat terpesona kepada nitai kecil, dan Beliau dapat segera memahami bahwa nitai bukanlah anak lelaki biasa dan Beliau benar-benar merasa tidak bisa meninggalkan pergaulan dengan Nityananda Prabhu. Beliau jatuh pingsan ketika melihat Nityananda Prabhu dan akhirnya Beliau bertanya kepada ayah-Nya, Hadai Pandit,
Sanyasi berkata : "Saya akan pergi ke banyak tempat suci untuk berziarah, dan doa saya adalah agar Anda berkenan memberikan anak ini kepada saya sebagai teman seperjalanan."
Mendengarkan permintaan tersebut, Hadai Pandit menjadi begitu terkejut, layaknya seperti petir yang menyambar tubuhnya. Nityananda Prabhu adalah kegembiraan hidupnya, jiwa dan raganya. Akan tetapi pada waktu itu, prinsip-prinsip keaagamaan sangatlah kuat dalam pikiran setiap orang. Sudah menjadi tradisi yang kuat, bahwa jika ada sannyasi, terutama sannyasi Vaisnava, menginginkan apa pun, putra seseorang atau bahkan nyawanya sendiri atau apa pun, orang-orang harus dengan ikhlas memberikan segalanya kepada sannyasi itu. Nityananda Prabhu segala-galanya bagi Hadai Pandit bahkan melebihi hidupnya sendiri, tetapi itu adalah tradisi yang harus dipatuhi dan Hadai Pandit adalah seorang brahmana yang begitu taat dan memahami tradisi tersebut. Hadai Pandit merasa dia tidak pernah bisa meninggalkan putra satu-satunya, Nityananda Prabhu, tetapi dia juga merasa, tidak bisa mengatakan, "Tidak, saya tidak bisa meninggalkan Nityananda."
Saat itu pikiran Hadai Pandit langsung tertuju pada kisah Ramayana. Dia ingat bagaimana orang bijak Visva-mitra telah meminta kepada Raja Dasarath untuk menyerahkan putranya Sri Ramacandra, dan Raja Dasarath harus memberikan Sri Rama kepada Visva Mitra. Ketika Shrimati Padmavati devi yang saat itu sedang memasak di dapur, yang telah mendengarkan permintaan permintaan sannyasi tersebut, merasakan hatinya hancur menjadi dua. Dia memikirkan Akrura telah datang, Akrura yang datang ke Vraja dan membawa Krishna dan Balaram pergi ke Mathura. Mengetahui bahwa ia harus mentaati tradisi dan menepati janjinya, dengan hati yang berat Hadai Pandit memanggil putranya Nitai. Dengan kesedihan yang begitu mendalam, berusaha dengan hati yang teguh, Hadai Pandit memerintahkan kepada Nitai untuk melayani sannyasi ini dengan penuh perhatian, karena Dia sekarang akan menerima kesempatan yang langka untuk bepergian bersamanya dan mengunjungi berbagai tempat suci di seluruh bagian India.
Hadai Pandit merangkul putranya dengan erat di dadanya, Hadai Pandit menempatkannya dalam penjagaan sannyasi tersebut dan perlahan memasuki rumahnya.
Setelah memberikan Nityananda kepada Sanyasi tersebut , Hadai Pandit menjadi seperti seorang pria yang pagal/gila (loke bale "hado ojha haila pagala," Cb 2.3.98). Dia menjadi setengah gila dalam rasa perpisahan yang begitu mendalam tersebut dan Ibunda Padmavati jatuh pingsan, bahkan karena rasa perpisahan yang begitu mendalam, dan dikatakan bahwa Hadai Pandit ingin segera menyerahkan hidupnya.
Dengan cara inilah Nityananda Prabhu meninggalkan rumah-Nya ketika Dia berusia lebih dari dua belas tahun (akan menuju usia tiga belas tahun). Lila beliau memang begitu ajaib dan Dia adalah avadhuta sejak kecil. Dia tidak peduli. Dia pergi dengan sannyasi itu dan berkeliling ke seluruh India.

PERJALANAN ROHANI SRI NITYANANDA DAN PERTEMUAN ROHANI DENGAN SRI MADHAVENDRA PURI
Nitai melakukan perjalanan dari tempat suci yang satu ke tempat suci diseluruh wilayah di india selama dua puluh tahun, sampai Nitayananda Prabhu berusia tiga puluh dua tahun, hal ini mengingatkan kita pada lila rohani yang diperankan oleh Tuhan Balarama ketika Perang Bharata Yudha di Kurukshetra sedang berlangsung, dimana seperti kita ketahui bahwa Tuhan Balaram tidak ikut serta dalam perang tersebut, tetapi memilih untuk melakukan perjalanan spiritualnya kesemua tempat-tempat suci yang ada.
Selama perjalanan rohani tersebut, Nitai akhirnya mendapatkan karunia diksa dari Tirtha Laksmipati dan Nityananda Prabhu juga bertemu dan menjalin hubungan dengan salah satu sisya Tirtha Laksmipati, Sri Madhavendra Puri yang begitu termahsyur. Walaupun sebenarnya Madhavendra Puri adalah Saudara seguru Nityananda Prabhu, Nityananda Prabhu sangat menghormati Madhavendra Puri, layaknya menghormati Guru Kerohaniannya sendiri.
Madhavendra Puri begitu termahsyur dijamannya, dimana Beliau memperlihatkan kebenaran lila yang begitu manis-nya di daerah Remuna (saat ini), lila rohani tentang kisah Sri Gopinatha yang mencuri susu kental untuk Madhavendra Puri dan lila ini menjadi lila yang sangat menarik, yang diceritakan langsung oleh Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu. Kuil tersebut saat ini dikenal dengan nama Khirachora Gopinath yang berlokasi di Remuna.
Selain bertemu dengan Madhavendra Puri, Nityananda Prabhu juga berhubungan rohani dengan sisya-sisya lain dari Tirtha Laksmipati yaitu Sri Advaita Acharya dan Isvara Puri (Guru Kerohanian Sri Caitanya Mahaprabhu).
Bertemu Madhavendra Puri adalah titik balik dalam kehidupan Nityananda Prabhu dan setelah itu Nityananda Prabhu melanjutkan pergi ke berbagai tempat suci yang ada. Nityananda Prabhu melakukan perjalanan yang panjang di India dan menyucikan semua wilayah tersebut dengan kehadiran-Nya. Ketika Nitai terus melakukan perjalanannya, Beliau selalu merasakan kebahagiaan rohani dari tempat-tempat suci tersebut, Dia semakin mengambil karakter seorang avadhuta, yaitu seorang yang diangkat secara spiritual yang jauh dari lingkungan material dan tampak tak terkendali (gila) kepada orang-orang yang tidak mendapatkan informasi mengenai pengetahuan rohani. Aktivitas dan perilaku Beliau menjadi semakin tidak dapat dijelaskan; tidak ada yang bisa memahami apa yang memotivasi-Nya atau mengapa Beliau berperilaku dengan cara tertentu seperti itu.
Note : Orang-orang berspekulasi tentang identitas sannyasi yang termahsyur ini. Beberapa orang menganggap bahwa sannyasi itu adalah kakak tertua Lord Chaitanya Mahaprabhu, Visvarupa. Tetapi pada tahun 1486, ketika Shri Nityananda Prabhu meninggalkan rumah, Visvarupa belum mengambil sannyasa, karena saat itu dia baru berusia sekitar empat tahun. Jadi teori ini tidak bisa diterima. Yang lain mengatakan bahwa sannyasi yang dimaksud tidak lain adalah Laksmipati, guru kerohanian dari Madha-vendra Puri. Tetapi kita melihat di Bhakti-ratnakara bahwa Shri Nityananda Prabhu secara faktual menerima Vaishnava diksa dari Laksmipati jauh setelah Beliau meninggalkan Ekacakra atau saat dimana Beliau telah menjalani perjalanan spiritualnya bersama Sanyasi tersebut. Dan jika Laksmipati adalah sannyasi yang sama dengan yang datang ke Ekachakra, maka tentunya Narahari Cakravarti akan menyebutkan fakta ini. Selain itu, Laksmipati sudah usia lanjut pada saat itu. Beliau sudah berusia lanjut saat itu sehingga Beliau tidak mungkin menjadi sannyasi muda yang datang ke Ekachakra. Dalam sepuluh tahun setelah kejadian ini, tidak lama setelah Shripad Laksmipati memberikan Vaishnava diksa kepada Nityananda Prabhu, Beliau telah meninggalkan dunia ini. Dengan demikian, mengenai identitas sannyasi ini, yang kita tahu adalah bahwa Beliau adalah seorang Vaishnava dalam garis Brahma Madhva Gaudiya Vaishnava, entah Beliau adalah seorang murid dari Shripad Laksmipati atau seorang murid Shri Madhavendra Puri. Tidak jelas siapa sannyasi itu tetapi tidak diragukan lagi dia adalah kepribadian yang hebat dan Nityananda Prabhu melayaninya dan atas kehendak Shri Nityananda Prabhu, identitas pastinya tetap tidak diketahui.


MIMPI TUHAN SRI CAITANYA MAHAPRABHU
Pada tahun 1506, setelah perjalanan yang sulit melalui hutan yang lebat dan dalam kondisi kebahagiaan yang begitu mendalam, Nityananda Prabhu akhirnya tiba di tanah Nadiya, tempat dimana Tuhan Sri Chaitanya Mahaprabhu menetap.
Nityananda Prabhu datang ke Nabadwip hanya untuk mencari Tuan-Nya, "Di mana Nimai Pandit? Di mana Nimai Pandit?" Ketika Dia mengerti bahwa Mahaprabhu tinggal di rumah Jagannath Misra, Dia segera menyembunyikan diri-Nya di Mayapur untuk menunggu dan melihat apakah Mahaprabhu akan dapat menemukan-Nya. Dia pergi ke rumah salah seorang penyembah Mahaprabhu yang terkasih yaitu Nandana Acharya dan Beliau dengan sengaja menyembunyikan diri Beliau disana dan mengatakan kepada Nandana Acharya, "Mohon jangan memberi tahu siapa pun tentang keberadaan-Ku disini; Aku ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Tuhan Sri Krishna.”
Sebenarnya semua hal ini dimaksudkan hanya untuk meningkatkan mood perpisahan yang begitu mendalam dengan rekan intim Beliau, sehingga pertemuan pertama Mereka nantinya akan menjadi lebih berarti lagi.
Dilain tempat, pagi itu Shri Caitanya Mahaprabhu sedang memberikan ceramah kepara para bakta-Nya,
tala-dhvaja eka ratha — samsarera sara
asiya rahila ratha — amara duyara
(Sri Chaitanya-bhagavat: Madhya-khanda, 3.142)
"Tadi malam aku melihat dalam mimpiku sebuah kereta ditandai dengan bendera pohon palem, kereta Tuhan Sri Baladev sendiri. Di dalam kereta tersebut ada satu mahapurusa, kepribadian yang hebat, dan Dia sedang mencari rumahku. Kereta itu datang di depan Rumah saya dan bertemu dengan saya. Saya telah melihat mahapurusa itu. Saya berpikir bahwa Baladev sendiri telah mengambil bentuk mahapurusa dan dia telah datang ke Nabadwip. Kalian pergilah dan berusahalah mencari di mana dia berada! Dia pasti berada di suatu tempat di Nabadwip. Dia telah muncul di sini dan aku ingin melihat apakah Dia akan dapat menemukan Aku. " Para penyembah khususnya Haridasa Thakur dan Srivas Pandit berusaha mencari ke mana-mana, tetapi mereka tidak dapat menemukan Nityananda Prabhu. Mereka mengira itu hanyalah mimpi Shri Caitanya Mahaprabhu dan setelah berusaha mencari-cari dan tidak menemukan hasilnya mereka akhirnya kembali dan memberi tahu Mahaprabhu, "Kami tidak dapat menemukan-Nya di mana pun." Tetapi Mahaprabhu berkata, "Ini bukan hanya mimpi, ini adalah mimpi yang akan menjadi kenyataan. Nityananda sangat kuat dan Dia pasti menyembunyikan diri-Nya.
Sri Caitanya Mahaprabhu selanjutnya berkata “Hal ini adalah masalah yang sangat rahasia, sehingga saya yang harus pergi untuk menemukan dimana Dia berada."
DEKAPAN KEBAHAGIAAN ROHANI TUHAN SRI CAITANYA MAHAPRABHU
Kemudian Mahaprabhu langsung pergi menuju rumah Nandana Acharya dan di sana Mahaprabhu dan para penyembah-Nya melihat Nityananda Prabhu sedang duduk di beranda rumah. Nityananda melihat Mahaprabhu datang dan tidak bisa bergerak karena hati-Nya diliputi kebahagiaan rohani dan kegembiraan Krishna-prema. Ketika Mahaprabhu melihat Nityananda, hati-Nya juga diliputi dengan kegembiraan Krishna-prema dan Dia merasa sangat mabuk. Mereka berdua pun jatuh pingsan. Setelah tersadar, kemudian Mahaprabhu bergerak maju dan memeluk Nityananda, dan mereka berdua pingsan lagi. Setelah beberapa waktu, mereka kembali sadar dan menangis dalam Nama Krishna. Nityananda Prabhu berkata, "Aku pergi ke Vrindavan, tetapi ternyata Krishna tidak ada di sana. Kemudian seseorang mengatakan kepadaku bahwa Krishna telah berada di sini, di Nabadwip, jadi aku datang kesini. Sekarang aku mohon, 'Tolong selamatkan aku.'" Nityananda Prabhu menyerahkan diri-Nya kepada Mahaprabhu, dan Mahaprabhu memeluk Nityananda Prabhu dengan penuh rasa cinta rohani, penuh kasih sayang, penuh kehormatan, segalanya.
Mahaprabhu dan Nityananda Prabhu mengambil bentuk rohani mereka masing-masing, tidak semua orang bisa menyaksikannya secara langsung dengan penglihatan material mereka, akan tetapi para penyembah dapat memahami bahwa Nityananda Prabhu bukanlah sannyasi biasa atau brahmachari biasa. Mereka tidak mengenal Nityananda Prabhu pada saat itu tetapi mereka melihat ekspresi Mahaprabhu dan ekspresi Nityananda Prabhu dan mereka segera mengerti bahwa Mereka berdua muncul dari tempat tinggal rohani Tuhan. Di banyak tempat dalam kitab suci dikatakan bahwa Mahaprabhu tidak berbeda dari Krishna, abhinna-swarup, dan dengan cara itulah mereka juga menganggap Nityananda Prabhu sebagai Balarama.
untuk pertama kalinya kedua Kepribadian yang Agung ini akhirnya bertemu satu sama lain, mereka segera dikalahkan oleh gelombang kebagiaan rohani. Nitai kira-kira berumur tiga puluh dua tahun, dan Mahaprabhu berusia dua puluh tahun. Mereka masing-masing merasa bahwa kehidupan mereka saat ini sempurna, sangat sempurna. Mereka berdua saling merangkul satu sama lain, mereka menangis bersama dan tenggelam dalam rasa kebahagiaan rohani yang begitu mendalam..

NITYANANDA PRABHU PENUH DENGAN KARUNIA
Mahaprabhu meminta kepada Nityananda Prabhu dan Haridasa Thakura untuk melayani-Nya sebagai pengajar gerakan harinama ini dari rumah ke rumah, menyebarkan pesan kasih saying Tuhan pada setiap rumah di Navadvipa. Pada titik inilah Nityananda dan Haridasa bertemu dengan dua bersaudara Jagai dan Madhai. Mereka adalah keturunan dari dinasti imamat yang termasyhur tetapi telah meninggalkan cara saleh leluhur mereka untuk kehidupan berpesta pora.
Nityananda Prabhu mengatakan kepada Haridas, "Mereka adalah orang-orang yang tepat untuk disucikan dengan Harinam-sankirtan."
Haridas Thakur adalah orang yang sangat bijaksana; dia berkata, "Jangan pergi ke sana! Seluruh dunia terbuka untuk Anda. Mengapa Anda pergi kepada mereka? Anda dapat memberikan pengajaran sesuai dengan konsep Mahaprabhu kepada semua orang. Jadi Tinggalkan lah mereka, mereka sangat buruk ..."
Nityananda Prabhu berkata, "Ini adalah target yang sangat teapt, saya harus menyelamatkan mereka, dengan menyelamatkan mereka dan kemudian mereka menjadi sadar sepenuhnya akan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, maka misi Mahaprabhu akan semakin diterima dengan baik di Navadvipa dan kemuliaan Mahaprabhu akan semakin ditinggikan di seluruh dunia."
Haridas juga sudah tidak muda lagi. Dia berkata, "Kamu bisa pergi, aku tidak akan pergi. Jika mereka menghukum kamu, kamu mungkin bisa melarikan diri, tapi aku tidak bisa lari. Jadi itu akan sangat berbahaya bagiku. Tidak perlu pergi ke sana." Haridas Thakur sedang berusaha menguji pikiran Nityananda Prabhu, tetapi Nityananda Prabhu berkata, "Tidak, ini adalah kesempatan kelas utama untuk dapat memperlihatkan kualitas karunia Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu. Kamu harus pergi bersama-Ku."
Ketika Nityananda Prabhu dan Haridasa Thakura berusaha untuk menemui mereka, Jagai dan Madhai sedang berada dalam keadaan mabuk. Nityananda Prabhu berusaha mendekati kedua saudara lelaki yang jahat tersebut, Nitai mulai memohon kepada mereka untuk menyanyikan nama suci Tuhan Sri Krishna dan untuk mencicipi manisnya nektar dari kesadaran Krishna, dengan mengatakan hal sebagai berikut : O Jagai! O Madhai! Anda telah melakukan begitu banyak hal yang melanggar prinsip-prinsip dharma, tetapi jika Anda berusaha mengucapkan Mahamantra Hare Krishna, maka Anda akan terselamatkan.". Jagai dan Madhai yang sedang mabuk mengancam Nityananda dan Haridas, "Oh, anda para sannyasi dan Anda datang ke sini mencoba untuk mengajari kami? Kamilah yang akan mengajari Anda! Keluarlah dari sini, Anda adalah orang-orang yang benar-benar tidak masuk akal, kalau kalian tidak pergi sekarang juga, maka kami akan membunuh kalian!" selanjutnya kedua penjahat itu mengejar Nityananda dan Haridasa Thakur di jalanan dan meneriakkan kata-kata yang kotor kepada mereka. Madhai melemparkan pot tanah liat kearah Nityananda Prabhu sehingga pot itu pecah dan mengenai kepala rohani Nityananda Prabhu dan menyebabkan kepala Beliau berdarah. (Meskipun tubuh Nityananda sangat spiritual, Beliau memanifestasikan lila ini agar menjadi lebih menarik sehingga Jagai dan Madhai akan dapat mencapai pembebasan.)
Haridas segera berlari dengan cepat dan melaporkan kejadian ini pada Mahaprabhu, "Hari ini entah bagaimana saya bisa menyelamatkan hidup saya, tetapi saya tidak akan keluar lagi dengan Nityananda pagal (gila) itu!"
Ketika Mahaprabhu mendengar apa yang terjadi, Sri Caitanya Mahaprabhu menjadi sangat geram dan segera bergegas menuju ke tempat kejadian tersebut. Bagaimana orang bisa menyakiti jiwa yang lembut seperti Nityananda? Sri Caitanya Mahaprabhu segera memanggil senjata cakra-Nya yang menyala dan bersinar, Mahaprabhu siap untuk membunuh kedua saudara lelaki yang jahat tersebut. Nityananda Prabhu berusaha menenangkan Sri Caitanya Mahaprabhu, yang mengingatkan Tuhan bahwa mayoritas orang di zaman ini adalah orang-orang seperti Jagai dan Madhai, dan bahwa misi utama-Nya adalah untuk membebaskan mereka dengan rasa cinta rohani, bukan melalui kekerasan. Nityananda Prabhu menambahkan “Madai memang telah melukai kepala-Ku, tapi Jagai berusaha menyelamatkan-Ku dari kemarahan saudara-nya itu” Mendengar kata-kata ini, Mahaprabhu bersedia memaafkan Jagai tetapi tidak untuk Madhai, yang telah melakukan perbuatan jahat dengan melukai kepala Padma Tuhan Sri Nityananda. Selanjutnya madhai berkata Madhai berkata, "Saya telah melakukan begitu banyak kegiatan yang berdosa tetapi Jagai telah terbebaskan dari semua dosanya, mengapa saya tidak?" Nityananda Prabhu berkata, "Mahaprabhu, tolong maafkan kesalahan Madhai." Kemudian Madhai mengambil kaki padma Mahaprabhu, tetapi Mahaprabhu berkata, "Aku tidak bisa melakukan hal yang sama untukmu seperti yang kulakukan kepada Jagai. Kamu pergilah ke Nityananda Prabhu dna mohon pengampunan hanya dari-Nya. Jika Dia mengampuni kamu, maka kamu akan mendapatkan pelukanku. Jika tidak, itu hal yang tidak mungkin dapat aku lakukan. bagi saya untuk dapat menerima Anda, anda harus memperoleh maaf dan karunia dari Nityananda Prabhu, karena hanya dia yang mampu memberikan maaf atas tindakan yang sangat berdosa tersebut, Jika Nityananda Prabhu telah memaafkan Anda, maka Anda akan mendapatkan hasil dari pengucapan Mahamantra Hare Krishna. "
Madhai menyentuh kaki padma Nityananda Prabhu, dan memohon pengampunan-Nya. Nityananda Prabhu memeluk Madhai, lalu Mahaprabhu memenuhi janji Beliau dan memeluk Madhai sehingga dosanya dihapuskan.
Ketika Jagai dan Madhai melihat pertukaran cinta rohani antara Mahaprabhu dan Nityananda dan mengamati sifat murah hati Nityananda Prabhu kepada mereka, hati mereka-pun berubah. Mereka memutuskan untuk menjadi penyembah dan pengikut yang sangat antusias untuk misi sankirtana Mahaprabhu. Melihat ketulusan hati mereka, Mahaprabhu bersedia menanggung semua dosa mereka di atas kepala-Nya sendiri. Untuk beberapa saat, tubuh emas-Nya yang indah telah berubah menjadi warna kehitaman, menjadi tak layak untuk dipandang. Memang, ketika asisten Yamaraja, Chitragupta mencoba untuk menghitung dosa kolektif Jagai dan Madhai, maka ia tidak akan mampu melakukannya, bisa-bisa Chitragupta akan pingsan karena kelelahan, karena begitu banyak dosa-dosa yang telah dilakukan Jagai dan Madai sebelumnya. Akan tetapi, setelah insiden dengan Nityananda Prabhu, Jagai dan Madhai telah menetapkan standar tertinggi dalam pelayanan bhakti dengan terus-menerus menyebut nama suci Krishna dan mengajarkan kepada orang lain tentang pengabdian bhakti yang hanya tertuju kepada-Nya. Sehingga akhirnya mereka berdua menjadi penyembah yang begitu termahsyur.
Jay Nityananda Prabhu Ki… Jay
Bagaimanakah lila selanjutnya? Apakah Nityananda Prabhu akan selalu bersama Chaitanya Mahaprabhu? kita simak esok yaaa...
Hare Krishna...
SRI CHAITANYA MENGAMBIL TINGKATAN SANYASA
Setiap hari sankirtan diselenggarakan oleh Pancha-Tattva dan Haridas Thakur di Sri Nabadwip Dham.
Pancha-Tattva berarti,
sri-krsna-chaitanya prabhu-nityananda
sri-advaita gadadhara srivasadi-gaura-bhakta-vrnda
(Sri Pancha-Tattva Mahamantra)
Mahaprabhu, Nityananda Prabhu, Advaita Prabhu, Gadadhar Pandit, Srivas Thakur dan semua penyembah lainnya pengikut Shri Caitanya Mahaprabhu setiap hari memimpin ribuan orang pada acara Harinam-sankirtan, dan Pancha-Tattva mendistribusikan Harinam Mahamantra di dunia material ini. Banyak tantangan terjadi di Nabadwip, seperti cerita Chand Kazi dan yang lainnya. Pada satu acara, Mahaprabhu memberikan izin kepada Nityananda Prabhu untuk mengadakan upacara Vyasa-puja. Nityananda Prabhu melakukan puja itu tetapi Beliau memberikan persembahan bunga yang terakhir kepada Mahaprabhu, dengan demikian menunjukkan kemuliaan Mahaprabhu. Mahaprabhu meneriakkan Nama Suci Tuhan Krishna: "Hare Krishna Hare Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare." Ini adalah ceramah Chaitanya Mahaprabhu, tetapi lebih dari itu, Beliau adalah bentuk yang tidak berbeda dari Mahamantra Hare Krishna itu sendiri— Beliau adalah bentuk yang tidak berbeda dari Sri Sri Radha-Krishna.
Sri Chaitanya Mahaprabhu menganugerahkan karunia-Nya kepada masyarakat umum dan Beliau ingin menyelamatkan jiwa-jiwa yang jatuh di seluruh dunia. Untuk itu Beliau memutuskan, "Aku akan mengambil sannyas." Nityananda Prabhu adalah pilar utama dari sistem pengajaran Mahaprabhu tentang kesadaran Krishna, dan ketika Mahaprabhu mengambil sannyas, Nityananda Prabhu dengan setia menemaninya. Mahaprabhu mengelilingi Radha-desa selama tiga hari, dan Nityananda Prabhu akhirnya membawanya untuk singgah ke rumah Advaita Acharya. Disini Shri Caitanya bertemu dengan Ibunda tercinta-Nya Sachi Mata. Sri Caitanya Mahaprabhu, Nityananda Prabhu, Advaita Acharya, dan para penyembah lainnya memberikan Krishna-prema yang berlimpah kepada semua orang. Kemudian Mahaprabhu pergi menuju ke Puri. Nityananda Prabhu tinggal bersama Mahaprabhu layaknya seperti seorang wali. Sebelumnya Nityananda Prabhu telah melakukan perjalanan suci keseluruh tempat-tempat suci dan ketika mereka melanjutkan perjalanan ke Puri, Nityananda Prabhu menceritakan tentang kemuliaan Saksi Gopal untuk Mahaprabhu.
Tepat sebelum memasuki Puri Dham, Mahaprabhu mandi di sebuah sungai di Atharanala. Saat Beliau sedang mandi, Nityananda Prabhu memecahkan dandha-sannyas Mahaprabhu. Itu adalah eka-danda dan Nityananda Prabhu memecahnya menjadi tiga bagian dan melemparkannya ke sungai. Mahaprabhu telah mengambil sannyas dan menunjukkan dalam Masa lalunya bahwa begitu banyak persyaratan dalam mengikuti aturan dan peraturan seorang sannyasi dengan sangat ketat. Dia menunjukkan kemarahan-Nya kepada Nityananda Prabhu dan berkata, "Saya hanya memiliki satu harta, danda sannyas saya, dan kini Anda telah merusaknya dan bahkan membuangnya!" Nityananda Prabhu tidak peduli tentang apa pun. Dia berkata, "Mengapa Anda perlu membawa danda? Anda sendiri adalah Kepribadian Tuhan Sri Krisna, kebutuhan apa yang Anda perlukan untuk menggunakan danda tersebut?" Mahaprabhu berkata, "Aku tidak ingin bepergian dengan kalian semua. Aku akan pergi sendiri. Apakah kalian semua yang pergi terlebih dahulu, atau aku yang akan pergi terlebih dulu?" Mereka menjawab, "Anda yang pergi terlebih dulu dan kita akan mengikuti anda dari belakang." Kemudian Mahaprabhu berlari dengan sangat cepat menuju kearah Kuil Lord Jagannath dan tiba-tiba saja Beliau langsung pingsan di Kuil Jagannath. Sarvabhauma Bhattacharya membawa tubuh-Nya ke rumahnya. Nityananda Prabhu segera dapat memahami situasi yang terjadi dan mengetahui bahwa Mahaprabhu berada di rumah Sarvabhauma Bhattacharya. Nityananda Prabhu pergi kerumah Sarvabhauma Bhattacharya untuk bertemu dengan Mahaprabhu, dan kemudian berangkat bersama untuk darshan dihadapan Lord Jagannath. Selanjutnya Mahaprabhu mulai memberikan pengajaran kesadaran Krishna di Puri Dham bersama Nityananda Prabhu dan yang lainnya.
Nityananda Prabhu — Tuhan Yang Maha Pemurah dari semua Jiwa-Jiwa.
Nityananda Prabhu menerima semua orang tetapi akan menghukum mereka yang bersifat ofensif. Mahaprabhu memperlihatkan kewaspdaaan dalam mendistribusikan Krishna-nama dan Krishna-prema: Dia mengikuti aturan dan peraturan kehidupan sannyas dengan sangat ketat dan karena ini Mahaprabhu tidak dapat memberikan perlindungan kepada para pendosa. Ketika Mahaprabhu pergi ke India Selatan, Beliau membawa serta Kaliya Krishna Das bersamanya. Dalam Sri Chaitanya-charitamrita disebutkan sebagai Kala Krishna Das. Dalam perjalanan mereka, Kaliya Krishna Das mengalami gangguan dimana ia bergaul dengan beberapa wanita dan Mahaprabhu menyelamatkannya dari itu. Kemudian ketika mereka kembali ke Jagannath Puri Mahaprabhu berkata, "Saya ingin meninggalkan bocah ini, Kaliya Krishna Das, dia tidak bertanggung jawab dan sangat mengganggu misi kami. Saya tidak ingin ia tetap bersamaku. Saya tidak ingin bertanggung jawab untuknya . " Kaliya Krishna Das, sebagai penyembah parsad abadi (dari Sri Nityananda Prabhu), memainkan peran ini untuk lila Tuhan sendiri. Pada saat kejadian itu Nityananda Prabhu tidak meninggalkannya, Dia mengatakan kepada Mahaprabhu, "Jika Anda tidak ingin menjaganya dan membawa pergi kaliya krishna, itu tidak masalah, saya yang akan membawanya dalam misi pengajaran saya. Saya akan mengirimnya ke Nabadwip untuk memberi kabar kepada Ibunda Sachi Mata dan para penyembah lainnya yang baru saja kembali dari India Selatan bersama Anda. "
Dengan cara ini Nityananda Prabhu menunjukkan karunia-Nya yang ekstrem dan akhirnya Kaliya Krishna Das menghabiskan sisa hidupnya bersama Nityananda Prabhu. Jadi, bahkan ketika Mahaprabhu marah, Nityananda Prabhu membuat pengikutnya tetap berada pada kaki padma-Nya. Jiwa-jiwa yang terikat akan memiliki banyak harapan ketika mereka melihat karakter Sri Nityananda Prabhu yang sangat dalam dan begitu penuh karunia.
NITYANANDA PRABHU- TUHAN YANG MAHA BERKARUNIA PADA SEMUA JIWA
Baik Mahaprabhu dan Nityananda Prabhu, Keduanya lahir didalam keluarga brahmana. Mahaprabhu mempertahankan aturan dan peraturan kehidupan sannyas nya dengan begitu ketat dan menyebarkan ajaran kesadaran Krishna. Beliau membagikan Mahamantra Hare Krishna kepada semua orang dan mengungkapkan Radha-Krishna-prema di dunia ini. Mahaprabhu selalu ingin memberikan Prema-Krishna kepada jiwa-jiwa yang jatuh yang tidak ofensif. Sedangkan sistem pengajaran Nityananda Prabhu sedikit agak berbeda, Nityananda Prabhu tidak peduli dengan formalitas eksternal.
preme matta nityananda kripa-avatara
uttama, adhama, kichhu na kare vichara
(Sri Chaitanya-charitamrta: Adi-lila, 5.208)
Nityananda Prabhu selalu mabuk dengan Gaura-prema, mabuk dengan Nama Sriman Mahaprabhu. Dia hanya tahu Mahaprabhu dan Dia membagikan ajaran Mahaprabhu dalam suasana pengabdian yang memabukkan. Jika ada yang akan berlindung kepada Nityananda Prabhu, maka Nityananda Prabhu akan sangat berkarunia kepadanya. Nityananda Prabhu tidak akan melihat siapa yang baik atau siapa yang jahat. Jika ada yang ingin berlindung di bawah naungan kaki padma-Nya, Dia akan segera melindungi mereka dan mengirim mereka ke Gauranga Mahaprabhu, Dia akan melibatkan mereka dalam pelayanan Mahaprabhu. Jika ada yang pernah meneriakkan "Jaya Sachinandana, jaya Gaurahari," Nityananda Prabhu akan berpikir, "Aku adalah budaknya, aku akan memberikan segalanya kepadanya." Siapa yang jatuh, siapa yang tidak jatuh, siapa yang jahat, siapa yang baik — Nityananda Prabhu tidak pernah mempertimbangkannya. Berkali-kali Mahaprabhu memberi banyak syarat, tetapi Nityananda Prabhu tidak menuruti syarat-syarat tersebut, Nityananda Prabhu hanya memohon, "Berserah dirilah kepada Chaitanyadev, Berserah dirilah pada Gaurangadev, Berserah dirilah pada Nimai Visvambhar, dan kamu akan diselamatkan!" Nityananda Prabhu memandang keimanan seseorang. Di mana saja Beliau melihat cahaya iman di dalam diri seseorang yang diberikan karunia-Nya. Iman adalah dasar dan inti kehidupan spiritual. Hanya ada kesulitan bagi orang-orang yang tidak beriman, tetapi Nityananda Prabhu sangat berkarunia sehingga ketika Dia menemukan orang-orang yang tidak beriman, Dia akan memberikan iman kepada mereka. Dia akan memberikan kepada mereka harta rohani sejati. Dengan cara inilah, karunia yang luar biasa dari Nityananda Prabhu benar-benar tersebar ke mana-mana! Bahkan di mana sinar matahari tidak menerangi suatu tempat, di sana juga karunia Nityananda Prabhu berada. Dengan cara inilah Dia memberikan sesuatu yang bahkan lebih dari Mahaprabhu! Itulah karakter rohani dari Nityananda Prabhu dan hadiah tertinggi dari Beliau.
Pengajaran Nityananda Prabhu sebenarnya adalah tentang kesadaran Gaura. Pengajaran-Nya adalah memuliakan Tuhan Sri Chaitanya Mahaprabhu. Nityananda Prabhu membagikan karunia Mahaprabhu sendiri. Mantra dan gaya khotbah Nityananda Prabhu adalah:
bhaja gauranga kaha gauranga laha gaurangera nama
kamu jana gauranga bhaje sei haya amar prana
"Nyanyikan Nama rohani Gauranga Mahaprabhu! Siapa pun yang memuja Tuhan Gauranga, dia adalah hidup dan jiwa-Ku, siapa pun yang mempraktikkan kesadaran Krishna di bawah bimbingan Gauranga Mahaprabhu, dia adalah hidup dan jiwa-Ku."
Dengan cara ini Nityananda Prabhu memberikan pengajaran dan pengajaran-Nya sangat berhasil. Nityananda Prabhu sangat berkarunia kepada siapa pun yang berlindung pada Mahaprabhu — Dia akan memberi mereka semua kekayaan rohani Gaura-prema. Ini adalah karakter utama dari Nityananda Prabhu. Ribuan orang datang pada kaki padma Nityananda Prabhu dan Nityananda Prabhu menjadikan mereka semua penyembah Tuhan Sri Gauranga Mahaprabhu. Di seluruh dunia orang-orang melantunkan Nama Suci Mahaprabhu dan Nama Krishna. Hanya atas karunia Nityananda Prabhu-lah hal ini bisa terjadi. Tanpa limpahan karunia-Nya semua hal ini tidak akan mungkin pernah terjadi.
JAY NITYANANDA PRABHU KI.... JAY

PERINTAH SRI CAITANYA MAHAPRABHU KEPADA NITYANANDA PRABHU
Ketika Mahaprabhu kembali ke Jaganath Puri setelah perjalanan pengajaran ke India selatan, Dia senang melihat perkembangan gerakan Sankirtana di Daerah Puri, hal ini adalah berkat usaha dan kerja keras Nityananda Prabhu dengan bantuan para penyembah setempat yang begitu antusias. Namun sayangnya, gerakan Sankirtana di Navadvipa agak sedikit diabaikan dan tidak mengalami perkembangan lagi, oleh karenanya, pada tahun 1511, Mahaprabhu meminta Nityananda, komandan gerakan sankirtana yang paling handal, untuk segera kembali ke Bengal, dan memberikan pengajaran disana
Ketika Nityananda Prabhu pertama kali kembali ke Bengal, Dia memulai misi-Nya di Panihati, sebuah desa yang terletak di utara Calcutta. Selama beberapa bulan Dia memberikan pengajaran disana dan mengumpulkan beberapa penyembah di daerah ini, sampai ribuan orang akhirnya meneriakkan dan menari dalam kebahagiaan rohani di bawah pengawasan-Nya. Pada saat inilah Raghunatha dasa Goswami, yang waktu itu masih kecil, mendekati Nityananda Prabhu dan menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan Beliau. Berikut uraian lila tersebut….
FESTIVAL PANIHATI CIDHA DAHI OLEH NITYANANDA PRABHU
Raghunath Das Goswami adalah seorang pangeran muda yang menikah dengan seorang gadis muda yang cantik dan Raghunath Das Goswami berasal dari keluarga yang sangat kaya. Akan tetapi Raghunath das memiliki jiwa yang ingin melepaskan keterikatan duniawi meskipun ia memiliki banyak harta kekayaan. Baik ayahnya dan pamannya ingin memberikan semua kekayaan dan harta mereka kepadanya untuk kesejahteraan hidupnya, tetapi dia tidak menginginkannya. Dia hanya menginginkan karunia dari Sri Caitanya Mahaprabhu dan Nityananda Prabhu.
Berkali-kali Raghunath Das mencoba berusaha meninggalkan kehidupan keluarganya untuk ikut bergabung dengan kelompok sankirtana Mahaprabhu, tetapi ia selalu gagal. Ayahnya selalu bertekad mencegahnya pergi dan menggunakan semua kekuatan dan pengaruhnya untuk melakukan pencegahan ini. Penjaga keamanan yang sangat ahli dipekerjakan untuk menjaganya di rumah sehingga ia tidak bisa pergi. Dia tidak menginginkan apa pun selain pergi ke kaki Padma Tuhan Sri Chaitanya Mahaprabhu dan dia ingin meninggalkan segalanya tetapi dia ditahan dengan paksa.
Kemudian, suatu hari Nityananda Prabhu datang ke Panihati. Rumah ayah Raghunath Das Goswami mungkin hanya sekitar tujuh mil dari sana, dan melihat kesempatan ini ia memberi tahu ayahnya, "Ayahku tersayang, Nityananda Prabhu telah dekat dan aku ingin pergi dan memberikan puja kepada-Nya." Ayahnya berkata, "Ya, itu tidak masalah. Asalkan kamu berjanji untuk tidak melarikan diri dari rumah, maka kamu bisa pergi." Jadi Raghunath Das pergi ke Nityananda Prabhu. Nityananda Prabhu melihatnya dari jauh dan dengan nada bercanda berkata, "Aku akan menghukummu hari ini." Kemudian Raghunath Das Goswami bertanya, "Ya Prabhu, apa hukumanmu? Tolong berikanlah hukuman itu kepadaku. Aku akan menerimanya dengan senang hati." Nityananda Prabhu memberkatinya, dan selanjutnya mengatakan, "Ya, sekarang kamu telah datang kepada-Ku dan sekarang kamu akan mendapatkan kebahagiaan.
Aku akan mengatur agar kamu dapat meninggalkan kondisi duniawimu, tetapi sebelum itu aku memiliki satu syarat: ada ribuan penyembah bersama dengan-Ku saat ini, kamu harus memberi makan mereka hari ini dan membuat pesta yang besar di sini. Saya ingin melihat hal itu. Jika kami puas maka Aku akan memberikan karunia-Ku kepadamu. "
Raghunath Das Goswami sangat senang. Raghunath Das yang kaya raya itu segera mempersiapkan dadhi (yoghurt), chida (nasi datar), susu, ksira, sandesa, rasagulla, mangga, pisang, dan banyak bahan makanan lainnya. Semua orang membantu semua persiapan ini dan meletakkannya kedalam pot tanah liat. Raghunath Das mengatur begitu banyak prasadam bagi ribuan pengikut Nityananda Prabhu — dia memberikan prasadham kepada semua penyembah yang hadir disana dengan sangat baik. Begitu banyak orang berkumpul di tepi Sungai Gangga dan tempat itu begitu penuh sehingga beberapa penyembah bahkan berdiri di tepian Sungai Gangga saat mereka makan prasadham tersebut.
Nityananda Prabhu secara pribadi saat itu mengundang Chaitanya Mahaprabhu, dan Mahaprabhu datang ke sana dalam wujud rohani-Nya dan menerima persembahan prasadam bersama Nityananda Prabhu dan penyembah-Nya. Raghunath Das memberi prasadham kepada semua penyembah di sana, dan tidak hanya itu, ia memberikan pranami (donation) kepada mereka semua dalam bentuk koin emas. semua penyembah diberikan pranami sesuai dengan posisi mereka,. Nityananda Prabhu diberikan dalam jumlah yang terbesar dari koin emas tersebut, kemudian Raghava Pandit, dan kemudian penyembah umum lainnya. Semua orang mendapat uang dari Raghunath Das. Festival di Panihati ini berlangsung dengan sangat sukses, festival ini menarik perhatian para penyembah yang berasal dari jarak yang sangat jauh, mereka turut serta berpartisipasi dalam berbagai cara. Festival itu menjadi sangat terkenal dikenal sebagai Dadhi-Chida-Mahotsava, festival yoghurt dan beras cincang, yang membuat Raghunath Das masuk kedalam Chaitanya-lila dan ini secara alami meningkatkan gerakan sankirtana didaerah tersebut dan sangat menyenangkan hati Nityananda, sehingga Beliau meletakkan kaki-padma-Nya di atas kepala Raghunath Das Goswami, dan memberkatinya: "Sekarang penderitaan material Anda akan sirna; Anda akan tersucikan dan bebas dari kehidupan keluarga Anda. Saya telah memberi Anda pintu masuk - Anda akan mendapatkan karunia dari Tuhan Sri Chaitanya Mahaprabhu. Sekarang kamu kembali-lah ke rumahmu, mulai saat ini semua ikatanmu akan menghilang, dan kamu akan segera datang pada kaki-padma Tuhan Sri Chaitanyadev. "
Di Panihati, Nityananda Prabhu menggunakan rumah Raghava Pandita sebagai markas utama, dan dari sana Beliau mengajarkan gerakan kesadaran Krishna kepada ribuan orang dari kedua sisi daerah yang berada disekitar Sungai Bhagirathi, sungai yang merupakan cabang dari Sungai Gangga yang mengalir di daerah tersebut. Selanjutnya’ dari sana Nityananda Prabhu pindah ke Varahanagara, di mana Nityananda Prabhu tinggal di rumah Gadadhara dasa. Dia mengubah tempat tinggal yang kecil itu menjadi pusat gerakan sankirtana. Dikatakan bahwa Nityananda Prabhu telah merubah orang-orang di daerah ini dengan penuh perhatian sehingga bahkan anak-anak dari desa tetangga pun akan datang untuk bergabung dengan gerakan kirtana tersebut, walaupun kegiatan tersebut dilakukan pada hari-hari sekolah mereka.
Perjalanan selanjutnya, Nityananda Prabhu pergi ke Shantipur dan Navadvipa, di mana Beliau pergi dari rumah ke rumah dan memohon orang-orang untuk menyerahkan diri pada misi sankirtana Mahaprabhu. Nityananda Prabhu menyebarkan ajaran gerakan sankirtana ini ke wilayah Thanajora, Baragachi, Dogachiya, Fulia, dan semua desa di kedua sisi Sungai Gangga. Di daerah Khardaha, Beliau telah mengubah kurang lebih dari 1.200 pria dan 1.300 wanita penganut Budha untuk turut serta mengambil peran serta dalam gerakan harinama Sankirtana tersebut. Dimana mereka semua adalah Pengikut Nityananda Prabhu yang paling pentin, karena atas bantuan merekalah, Nityananda Prabhu berhasil menyebarkan kesadaran Krishna di seluruh wilayah Bengal, sehingga Beliau dikenal sebagai kepribadian yang membangun pasar nama suci dimana-mana.
NITYANANDA PRABU MENANGGALKAN STATUS AVADHUTA NYA
Ketika Nityananda Prabhu kembali ke Bengal atas permintaan Mahaprabhu, Nityananda Prabhu memutuskan untuk meninggalkan status avadhuta-Nya dan Sri Caitanya Mahaprabhu menyarankan agar Nityananda Prabhu mengambil tingkatan Grhasta ashram. Seorang pemimpin desa bernama Suryadasa Sarakhel memiliki dua orang putri,dimana mereka adalah penyembah yang begitu agung; nama mereka adalah Jahnava dan Vasudha. Sebagai gadis yang berkualitas secara rohani yang merasakan kasih sayang yang besar kepada Nityananda Prabhu, mereka dipilih untuk menikahi-Nya, dan Nityananda Prabhu pada akhirnya juga membalas kasih sayang mereka.
Awalnya, Nityananda Prabhu menikahi Jahnava Dewi, ketika Vasudha adiknya sedang melayani prasadham kepada Nityananda Prabhu, cadar nya yang awalnya menutup kepalanya, tiba2 saja melorot, dan Nityananda Prabhu melihat kejadian ini, berdasarkan penglihatan Nityananda, Vasudha mengeluarkan kedua tangan yang lainnya untuk berusaha menutup kembali kepalanya dengan cadar tersebut, karena kedua tangan yang lainnya sedang mempersembahkan prasadham, melihat hal tersebut Nityananda berusaha menangkap kedua tangan yang mencoba akan menutup cadar tersebut, dan mengatakan bahwa ini suatu pertanda bahwa Vasudha akan menjadi pendamping Nityananda Prabhu, dan akhirnya Nityananda Prabhu memohon ijin untuk menikahinya, dan dengan senang hati ayahnya dan jahnava dewi menerima keinginan Nityananda Prabhu tersebut. Menurut penyair Kavi Karnapura, kedua gadis itu adalah inkarnasi dari Revati Devi dan Varuni Devi, yang tak lain adalah istri-istri dari Tuhan Balarama.
Nityananda Prabhu memiliki seorang putra (Virchandara) dan seorang putri (Gangadevi) dari Vasudha. Setelah Vasudha berpulang, Jahanva devi merawat keduanya. Beliau kemudian memberikan karunia diksa kepada Virchandra, dan juga menjadi guru spiritual yang mengajarkan kepada orang-orang seperti Shyamananda Pandit, Shrivasa Pandit dan Narottama dasa Thakur. Jahnava Dewi dipuja sebagai seorang Vaishnavi yang agung dalam tradisi Vaishanava.
Nityananda Prabhu mendirikan sebuah yang dikenal dengan nama Bankima Raya, dikuil tersebut dipuja Arca Tuhan Shri Krishna ditemani dua arca lainnya, di sebelah kanan Arca tersebut adalah Arca Jahnava Devi, dan di sebelah kiri-Nya arca Srimati Radharani. Para Pujari di kuil tersebut menguraikan bahwa
Lord Nityananda mengakhiri lila Beliau, dengan cara menyatu dengan Arca Lord Krishna tersebut.Tidak ada cerita yang lainnya tentang kepergian Nityananda Prabhu, dan cerita ini umumnya diterima oleh komunitas Vaishnava.
Para Vaishanava acharyas dengan sangat tegas menyatakan bahwa orang yang mencoba memahami Tuhan Chaitanya Mahaprabhu harus mendapatkan karunia dari Tuhan Nityananda Prabhu, jika tidak memdapatkan karunia dari Nityananda Prabhu maka seseorang tidak akan pernah berhasil dan seseorang harus terus berdoa dengan sangat tulus kepada Lord Nityananda Prabhu sebagai Adi-Guru (guru spiritual asli) untuk dapat mencapai kaki Padma Lord Shri Chaitanya Mahaprabhu. Kehadiran Nityananada Prabhu akan selalu terasa di hadapan guru kita sendiri, karena kita menganggap Guru kita sebagai manifestasi hidup dari cinta dan karunia Nityananda Prabhu, dan Kekuatan Guru adalah memberikan kemampuan kepada sisya-sisy nya untuk melakukan pelayanan bhakti. dan merasakan kebahagiaan spiritual.
Jay Nityananda Prabhu...
Matur suksema telah mengikuti artikel ini... sampai jumpa pada artikel berikutnya...
Haribolo





Sri Nityananda Membebaskan pedagang dari Saptagrama dan perjumpaan-Nya dengan Advaita Acarya
Nityananda Prabhu tinggal di Khadadddaha untuk beberapa waktu dan selanjutnya menuju Saptagrama, bersama dengan rekan-rekan-Nya. Saptagrama begitu terkenal karena tujuh resi sebelumnya pernah tinggal disana. Tempat ini juga dikenal sebagai Triveni-ghata. Tujuh Resi melaksanakan pertapaan disana ditepi Sungai Ganga dengan demikian menerima kaki padma Sri Govinda. Tiga sungai—Gangga, Yamuna, dan Sarasvati—bergabung di tempat ini. Triveni-ghata dikenal dengan baik diseluruh semesta. Hanya melihat tempat suci ini mengerus reaksi berdosa seseorang.
Dengan kebahagian yang luar biasa, Nityananda Prabhu mandi pada pertemuan  tiga sungai itu dengan penyembah-Nya, Sri Nityananda tinggal di rumah sosok yang sangat beruntung Uddharana Datta dekat ditepi sungai Triveni-ghata. Uddharana Datta penuh keyakinan melayani kaki padma Sri Nityananda Prabhu dnegan pikiran, badan, dan kata-katanya. Siapakah yang mampu mengestimasi  keberuntungan dari Uddharana Datta, karena dia mendapatkan pelayanan kepada kakipadma Sri Nityananda Prabhu?
Sri Nityananda adalah Tuhan dari Uddharana Datta, kelahiran demi kelahiran, dan Uddharana Datta adalah pelayan Sri Nityananda, kelahiran demi kelahiran. Dikarenakan oleh Uddharana Datta, seluruh komunitas para pedagang menjadi tersucikan. Tidak ada keraguan akan hal ini. Sri Nityananda berinkarnasi membebaskan kasta pedagang. Dia memberkati cinta dan bhakti pada mereka semua.
Di Saptagrama, Dia secara pribadi melakukan kirtana di rumah setiap para pedagang. Para pedagang memuji kaki padma Sri Nityananda dengan hati dan jiwa mereka. Setiap orang menjadi terkagum-kagum saat melihat para pedagang memuji Sri Krsna. Keagungan Nityananda Prabhu tanpa batas. Dia membebaskan orang-orang kurang cerdas, jiva-jiva jatuh, dan para pedagang. Dia dengan bahagia menikmati lila nama-sankirtana-Nya di Saptagrama. Tak seorangpun dapat cukup menguraikan lila pengucapan nama suci dan menari yang membahagiakan ini, bahkan selama ratusan tahun.
Penduduk Saptagrama sekarang menikmati kebahagian dari orang-orang Nadia yang sebelumnya telah menikmati kegembiraan itu. Setiap orang melakukan nama-sankirtana tanpa mengalami pengaruh dari haus, tidur, atau rasa takut. Sri Nityananda melaksanakan kirtana di setiap rumah orang, di setiap jalanan Saptagrama. Sepanjang orang-orang melihat pertunjukan emosi yang begitu mengagumkan oleh Sri Nityananda Svarupa, mereka tidak dapat tetap berdiri tegak, namun menjadi dibanjiri. Apa yang dapat dikatakan dengan yang lainnya, bahkan orang Muslim yang secara alami menolak Sri Visnu mencari perlindungan pada kakipadma Sri Nityananda.
Pada saat para brahmana Saptagrama melihat air mata cinta bhakti di mata dari orang mulim, mereka mengutuk dirimereka sendiri. Segala pujian kepada Avadhuta Nityananda, yang mana karunianyamembuat lila yang mengagumkan ini benar adanya! Nityananda Prabhu dengan bahagia menikmati lilanya diseluruh Saptagrama.
Setelah beberapa hari, Sri Nityananda Prabhu datang ke Santipura, ke rumah dari yang sangat terkasih-Nya Sri Advaita Acarya. Ketika Advaita Acarya melihat yang berwajah tampan Sri Nityananda Prabhu, kebahagian yang Dia rasakan tanpa batas. Dia berteriak dan menghaturkan sujud-Nya. Dia secara berulang-ulang memeluk Nityananda Prabhu, membasahi seluruh tubuh-Nya dengan air mata cinta-bhakti. Menyaksikan keduanya dimabukan antara  Nitayannda Prabhu dan Advaita acarya. Mereka merasakan pengalaman rasa yang tak terjelaskan.  Mereka berguling-guling sambil berpegangan bersama, mencoba menyentuh kaki masing-masing. Keduanya mengaum seperti singa dan kegilaan mereka tak terkendalikan.
Setelah beberapa saat, Tuhan Nityananda menjadi tenang dan duduk dalam mood berwibawa. Advaita Acarya yang memikat hati mencakupkan tangannya dan dengan bahagia mulai menghaturkan doa pujian kepada Nityananda:
tumi nityananda murti nityananda nama
murtimanta tumi caitanyera sunadhama
sarva jiva paritrana tumi mahahetu
mahapralayete tumi satya dharmasetu
tumi se bujhao caitanyera prambhakti
tumi se caitanya bakes dhara purna sakti
brahma siva naradadi bhakti nama yara
tumi se parama upadesta savakara
visnu bhakti sabei payena toma haite
tathapio abhimana na sparse tomate
patita pavana tumi doya drsti sunya
tomare se jane yara ache bahupunya
sarva yajnamaya ei vigraha tomara
abidya bandhana khao smarena yahara
yadi tumi prakarsa na kara panare
tabe  kara sakti ache janite tomare
akrodha paramananda tumi mahesvara
sahasra badana adi deba mahjidhara
raksa kula hasta tumi srilaksmanacandra
tumi gopa-putra haladhara murtimanta
murkha nica adhama patita uddharite
tumi avartirna haiyacha prthibite
ye bhakti banchaye yogesvara munigane
toma haite tha paibe yete jane
 “Nama-Mu Nityananda dan memang Anda Nityananda, kebahagaian kekal. Anda merupakan wujud dari sifat transcendental Sri Caitanya. Anda membebaskan semua makhluk hidup dan melindungi prinsip keagamaan pada waktu pelebaran. Anda turun memberikan caitanyaprema-bhakti. Sesungguhnya, Anda merupakan potensi penuh Sri Caitanya. Anda mengajarkan pengetahuan paling utama sekali kepada penyembah, yang dipimpim oleh Dewa Brahma, Dewa Siva, dan Narada. Setiap orang menerima visnu-bhakti dari-Mu, memang Anda tak tersentuh oleh rasa banga. Engkau membebaskan jiwa jatuh tanpa melihat kesalah-kesalahan mereka. Hanya sosok sangat saleh mengetahui-Mu. Engkau satu-satunya penikmat kurban suci. Hanya dengan mengingat-Mu mengancurkan belenggu kebodohan segera. Jika Engkau tidak memanifestasikan diri-Mu, maka siapakah yang akan mengerti Engkau?
“Engkau merupakan Tuhan Yang Mahaesa yang penuh karunia, sepenuhnya terbebaskan dari rasa marah. Engkau Ananta yang berkepala ribuan, yang menyanga semesta di atas kepala-Nya. Engkau Sri Laksmanacandra, penghancur dinasti Raksasa. Engkau Haladhara, putra pengembala sapi. Engkau turun untuk menyelamatkan roh jatuh, orang buruk, orang bodoh, dan orang-orang kelas rendah. Atas karunia-Mu, setiap orang dengan mudah menerima pelayanan bhakti yang dicita-citakan oleh resi-resi agung dan ahli mistik yoga.”
Sambil menguraikan keagungan Nityananda Prabhu, Advaita Acarya menjadi terserap pada suatu kesadaran cinta-bhakti Tuhan. Advaita Acarya mengetahui keagungan Nityanan Prabhu. Beberapa jiva-jiva agung langka mengetahui kenyataan ini. Perselisihan yang orang lihat diantara Mereka tidaklain adalah sebuah ekspresi karunia transcendental. Siapakah yang bisa mengerti pernyataan dari Advaita Acarya ini: “Mengetahui dengan pasti bahwa Dia tidak berbeda dari Tuhan Yang Mahaesa.”
Keduanya Nityananda Prabhu dan Advaita Acarya menghabiskan waktu  Mereka dengan bahagia mendiskusikan topik-topik mujur Sri Krishna. Setelah pertukaran beberapa candaan dan meningkatkan cinta-bhakti-Nya dan kasihsayang untuk-Nya, Nityananda Prabhu meminta ijin dari Advaita Acarya dan pergi menuju Navadvipa.
Menerima Sri Caitanya dan Nityananda Prabhu sebagai jiva dan raga ku. Aku, Vrndavana dasa, menyanyikan keagungan kakipadma Mereka.
disadur dari : facebook satyasena das dan vedabase indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar